Minggu berikutnya, suasana di Rumah Sakit Medika Nusantara terasa penuh energi baru. Tim medis dan manajemen mulai menerapkan perubahan yang telah dibahas dalam rapat sebelumnya. Pelatihan ulang berjalan lancar, dan sesi diskusi terbuka diadakan secara rutin untuk mendorong komunikasi dan pembelajaran di antara staf. Namun, Andra masih merasa adanya ketegangan yang belum sepenuhnya mereda.
Di ruang kerjanya, Andra sedang menyelesaikan laporan rutin ketika sebuah panggilan telepon masuk. Itu adalah panggilan dari Pak Denny, pengacara keluarga pasien.
Pak Denny (dari telepon): "Selamat pagi, Dokter Andra. Kami ingin mengatur pertemuan akhir untuk memastikan semua persyaratan kesepakatan telah dipenuhi. Apakah Anda tersedia hari ini?"
Andra (menghela napas, lalu menjawab): "Selamat pagi, Pak Denny. Ya, saya tersedia. Kapan dan di mana kita akan bertemu?"
Pak Denny: "Kami akan bertemu di kantor kami pukul tiga sore. Saya harap Anda bisa datang tepat waktu."
Andra: "Tentu, saya akan ada di sana. Terima kasih."
Setelah menutup telepon, Andra merasa sedikit khawatir. Dia tahu bahwa pertemuan ini mungkin menjadi langkah terakhir dalam menyelesaikan masalah ini, dan dia ingin memastikan bahwa semuanya beres sebelum pertemuan tersebut.
Di sore hari, Andra tiba di kantor Pak Denny. Saat memasuki ruang pertemuan, Pak Denny dan asisten sudah menunggu dengan dokumen-dokumen di meja.
Pak Denny (tersenyum sambil mengulurkan tangan): "Selamat datang, Dokter Andra. Terima kasih telah datang tepat waktu."
Andra (menyalami Pak Denny dan duduk): "Terima kasih, Pak Denny. Apa yang perlu kita bahas hari ini?"
Pak Denny membuka berkasnya dan mulai menjelaskan.
Pak Denny: "Kami ingin memastikan bahwa semua komitmen dari pihak rumah sakit telah dipenuhi sesuai dengan kesepakatan. Kami juga akan membahas beberapa detail akhir terkait kompensasi finansial dan penanganan keluhan di masa depan."
Andra (mengangguk sambil mencatat): "Baik. Kami telah melakukan pelatihan ulang, memperkenalkan sistem penilaian internal, dan meningkatkan prosedur administratif seperti yang disepakati."
Pak Denny (memeriksa dokumen): "Itu sangat baik untuk didengar. Selain itu, kami ingin mengonfirmasi bahwa permintaan maaf pribadi kepada keluarga pasien telah dilakukan."
Andra (dengan mantap): "Ya, kami sudah melakukannya. Keluarga pasien menerima permintaan maaf tersebut dan tampaknya merasa lebih baik tentang bagaimana kami menangani situasi ini."
Pak Denny (mengangguk puas): "Baiklah, kami juga ingin memastikan bahwa audit internal yang transparan dilakukan dan hasilnya dapat diakses oleh keluarga pasien. Apakah itu sudah terlaksana?"
Andra (berpikir sejenak): "Kami sedang dalam proses finalisasi audit tersebut. Kami akan memastikan bahwa hasilnya disampaikan dengan jelas kepada keluarga pasien."
Pak Denny (memeriksa jam): "Saya rasa itu mencakup semua poin penting. Jika tidak ada hal lain yang perlu dibahas, saya rasa kita bisa menyelesaikan pertemuan ini."
Andra (menghela napas lega): "Saya rasa itu semua. Terima kasih telah bekerja sama dengan kami selama proses ini."
Pak Denny (tersenyum): "Terima kasih juga, Dokter Andra. Kami menghargai upaya yang telah dilakukan oleh rumah sakit untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara yang baik. Kami berharap ke depan rumah sakit dapat terus memberikan pelayanan terbaik."
Andra meninggalkan kantor Pak Denny dengan perasaan campur aduk. Meski krisis ini hampir berakhir, dia tahu bahwa perjalanan untuk memulihkan sepenuhnya kepercayaan dan reputasi rumah sakit masih panjang.
Keesokan harinya, Andra mengadakan pertemuan dengan seluruh tim medis di Rumah Sakit Medika Nusantara untuk memberikan pembaruan dan membahas langkah-langkah ke depan.
Andra (berbicara kepada staf): "Rekan-rekan, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kerja keras dan dedikasi kalian selama periode sulit ini. Kita telah berhasil menyelesaikan kesepakatan dengan keluarga pasien, dan sekarang saatnya bagi kita untuk fokus pada perbaikan berkelanjutan dan pelayanan pasien yang lebih baik."
Dr. Ratna (mengangguk): "Kita harus tetap kompak dan terus melakukan yang terbaik. Terima kasih kepada Andra dan semua orang yang telah berusaha keras untuk memperbaiki situasi ini."
Aria (tersenyum): "Kita telah melalui banyak hal, tetapi kita juga telah belajar banyak. Mari kita gunakan pengalaman ini untuk menjadi lebih baik."
Andra (tersenyum, merasa terharu): "Terima kasih, semuanya. Kita akan menghadapi masa depan dengan tekad dan semangat baru. Ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan bahwa kita bisa belajar dan tumbuh dari setiap tantangan yang kita hadapi."
Dengan perasaan yang lebih ringan, Andra melanjutkan pekerjaannya, menyadari bahwa meskipun tantangan besar telah dihadapi, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan rumah sakit tetap menjadi tempat yang aman dan terpercaya untuk pasien.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Healing Hearts
Roman d'amourKisah antara Dr. Andra Wicaksono yang merupakan dokter bedah kardiokasvular senior dengan seorang dokter residen yaitu Dr. Nadya Ardianti, yang saling menjalin keakraban dengan adanya sedikit bubuk cinta. Seiring berjalannya waktu kedekatan mereka s...