Episode 36: Menata Ulang Kepercayaan

5 1 0
                                    


Keesokan harinya, di tengah aktivitas rumah sakit yang kembali seperti biasa, Andra masih merasakan ketegangan yang tersisa dari pertemuan sebelumnya. Namun, dia tahu bahwa ada hal yang lebih penting yang harus dilakukan: membangun kembali kepercayaan di antara para staf dan pasien. Andra mengadakan rapat internal dengan tim medis di ruang rapat utama Rumah Sakit Medika Nusantara.

Andra (berbicara dengan penuh semangat): "Rekan-rekan, kita telah melalui masa yang sangat sulit. Kesalahan yang terjadi bukanlah sesuatu yang bisa kita abaikan, tetapi kita juga tidak boleh terjebak dalam rasa bersalah. Saat ini, kita harus fokus pada langkah-langkah perbaikan untuk memastikan hal ini tidak terjadi lagi."

Ruangan rapat dipenuhi oleh berbagai reaksi dari staf medis. Ada yang mengangguk setuju, sementara yang lain masih tampak khawatir.

Dr. Ratna (mengangkat tangan, lalu bertanya): "Andra, apa yang akan menjadi langkah pertama kita? Saya rasa penting bagi kita untuk mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan."

Andra mengangguk, lalu menampilkan sebuah presentasi di layar yang berisi rencana tindakan ke depan.

Andra: "Langkah pertama yang akan kita ambil adalah mengadakan pelatihan ulang untuk semua staf medis terkait prosedur penanganan darurat. Kami akan memastikan setiap orang memahami protokol terbaru yang lebih ketat. Selain itu, kita juga akan memperkenalkan sistem penilaian internal yang lebih transparan untuk memantau kinerja medis secara rutin."

Dr. Bima (menanggapi dengan nada mendukung): "Itu langkah yang bagus, Andra. Saya setuju bahwa kita perlu lebih fokus pada pelatihan dan pengawasan. Tetapi saya juga berpikir kita perlu meningkatkan komunikasi di antara tim medis, terutama dalam situasi darurat."

Aria, yang duduk di barisan depan, mengangkat tangannya untuk menambahkan.

Aria: "Saya juga ingin menyarankan agar kita mengadakan sesi diskusi terbuka secara berkala, di mana semua anggota tim bisa berbagi pengalaman dan masukan. Dengan begitu, kita bisa saling belajar dan mencegah kesalahan serupa di masa depan."

Andra tersenyum mendengar usulan itu.

Andra: "Saran yang sangat bagus, Aria. Diskusi terbuka akan membantu kita semua merasa lebih terlibat dan mendukung satu sama lain. Saya akan memastikan sesi seperti itu menjadi bagian dari rutinitas kita."

Nadya, yang juga hadir di rapat, memberikan pandangannya dari sudut pandang manajemen.

Nadya: "Kami di manajemen juga akan memperketat prosedur administratif, terutama dalam penanganan keluhan pasien. Kami ingin memastikan bahwa setiap keluhan ditangani dengan serius dan cepat, untuk mencegah hal-hal seperti ini terulang."

Setelah rapat selesai, Andra merasa sedikit lebih lega. Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, setidaknya mereka telah memiliki rencana yang jelas. Ia keluar dari ruang rapat dan berjalan menuju kafetaria, di mana ia bertemu dengan Aria yang sedang duduk sendirian sambil menyeruput kopi.

Aria (tersenyum saat melihat Andra): "Butuh istirahat sebentar, ya?"

Andra (mengangguk sambil tersenyum): "Iya, rasanya hari ini cukup panjang. Terima kasih untuk masukannya di rapat tadi, Aria. Sesi diskusi itu ide yang sangat bagus."

Aria (mengangkat bahu): "Saya hanya berpikir itu bisa membantu kita semua merasa lebih terhubung. Lagipula, kita bekerja di lingkungan yang penuh tekanan, jadi penting untuk memiliki tempat di mana kita bisa saling mendukung."

Andra (berpikir sejenak, lalu berbicara dengan nada serius): "Aria, saya ingin bertanya sesuatu. Bagaimana perasaanmu selama ini? Apakah kamu merasa tertekan dengan semua yang terjadi?"

Aria terdiam sejenak sebelum menjawab.

Aria: "Tentu saja, ada rasa khawatir. Kita semua merasakannya. Tapi saya percaya pada tim kita, dan saya percaya pada kamu, Andra. Kamu telah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa selama masa sulit ini."

Andra (tersenyum tipis): "Terima kasih, Aria. Dukunganmu berarti banyak bagi saya. Saya hanya ingin memastikan bahwa kita semua tetap kuat, terutama di masa-masa seperti ini."

Aria (tertawa kecil): "Kamu terlalu keras pada dirimu sendiri, Andra. Ingat, kita ini tim. Kamu tidak harus menanggung semua beban sendirian."

Andra mengangguk setuju, merasakan beban di pundaknya sedikit berkurang. Saat ia dan Aria melanjutkan percakapan mereka, ia mulai merasa bahwa mereka benar-benar memiliki kesempatan untuk memulihkan rumah sakit dan menjaga integritasnya.

Namun, saat Andra kembali ke ruang kerjanya, sebuah pesan dari pengacara rumah sakit menunggu di mejanya. Pesan tersebut memberitahu bahwa meskipun keluarga pasien telah menerima kesepakatan, mereka ingin bertemu sekali lagi untuk memastikan semua persyaratan dipenuhi. Andra merasa ada sesuatu yang lebih besar yang akan datang, dan dia harus bersiap untuk menghadapi babak berikutnya.

Andra (berpikir dalam hati): "Sepertinya krisis ini belum benar-benar selesai. Tapi apapun yang terjadi, aku harus tetap teguh dan fokus pada apa yang benar."

Bersambung...

Healing HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang