Setelah berbulan-bulan fokus pada krisis infeksi nosokomial dan pemulihan citra rumah sakit, Andra mulai merasakan tekanan yang semakin berat. Meskipun situasi di rumah sakit mulai membaik, tekanan mental dan emosional yang ia alami tidak bisa diabaikan.
Di kantornya, Andra sedang memeriksa laporan harian sambil merasakan kelelahan yang tidak biasa. Kepala terasa berat, dan pikirannya terus menerawang ke masa lalu yang suram. Dr. Ratna memperhatikan bahwa Andra tampak tidak seperti biasanya.
Dr. Ratna: "Andra, kamu terlihat lelah. Sudah beberapa hari ini aku melihat kamu kurang tidur. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"
Andra (menarik napas dalam-dalam): "Aku hanya sedikit terbebani dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini. Rasanya seperti aku membawa beban dunia di pundakku."
Dr. Ratna: "Itu wajar, dengan semua yang telah kita lalui. Tapi kamu tahu, aku selalu ada di sini jika kamu butuh seseorang untuk bicara."
Andra: "Terima kasih, Ratna. Aku menghargai itu. Hanya saja, ada beberapa hal dari masa lalu yang kembali menghantui pikiranku... Hal-hal yang kupikir sudah selesai."
Dr. Ratna: "Mungkin inilah saatnya untuk menghadapi bayangan itu. Kita semua punya masa lalu, tapi membiarkannya membebani kita hanya akan merusak apa yang kita bangun saat ini."
Malam harinya, Andra kembali ke rumahnya. Dia duduk sendirian di ruang tamu, melihat foto lama keluarganya. Kenangan masa lalu, tentang kehilangan dan kegagalan yang pernah dialaminya sebagai seorang dokter, kembali membanjiri pikirannya. Dia teringat saat-saat ketika dia gagal menyelamatkan seorang pasien penting karena kelalaian kecil, kejadian yang membuatnya merasa sangat bersalah.
Flashback (beberapa tahun lalu):
Andra muda terlihat tegang di ruang operasi. Seorang pasien VIP yang dia rawat mengalami komplikasi tak terduga. Andra dan timnya melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa pasien itu, tetapi akhirnya gagal. Setelah kejadian itu, Andra dikritik keras oleh kolega dan masyarakat, yang membuatnya memutuskan untuk pindah ke rumah sakit yang lebih kecil dan menghindari sorotan.
Kembali ke masa sekarang, Andra memejamkan mata dan menghela napas panjang, merasa bayangan masa lalu itu kembali menghantuinya. Namun, ketukan pintu dari Nadya membawanya kembali ke kenyataan.
Nadya: "Andra, aku membawa beberapa berkas yang perlu kamu periksa besok pagi... Andra, kamu baik-baik saja?"
Andra (terkejut dan mencoba menutupi kesedihannya): "Ah, Nadya. Iya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah. Terima kasih sudah membawakan berkas-berkas ini."
Nadya (dengan cemas): "Andra, aku tahu kamu orang yang kuat, tapi tidak apa-apa untuk merasa lemah sesekali. Kalau ada yang mengganggu pikiranmu, aku di sini untuk mendengarkan."
Andra (tersenyum tipis): "Terima kasih, Nadya. Aku benar-benar menghargai perhatianmu. Mungkin aku hanya butuh istirahat sebentar."
Di hari berikutnya, di ruang rapat, Andra berusaha untuk fokus pada diskusi mengenai pengembangan teknologi baru di rumah sakit. Namun, pikirannya terus melayang, memikirkan kejadian masa lalu dan ketakutannya bahwa kegagalan serupa bisa terjadi lagi. Aria, yang menyadari perubahan sikap Andra, mengajaknya berbicara setelah rapat selesai.
Aria: "Andra, kamu tampak tidak seperti biasanya. Aku tahu kamu sedang melalui masa sulit, tapi kamu harus ingat bahwa kita semua di sini untuk saling mendukung."
Andra: "Aku tahu, Aria. Hanya saja, kadang-kadang sulit untuk melepaskan diri dari bayangan masa lalu. Apa yang terjadi dulu... Aku takut itu bisa terjadi lagi."
Aria: "Masa lalu adalah masa lalu, Andra. Apa yang kita lakukan sekarang adalah yang paling penting. Aku percaya pada kemampuanmu, dan aku yakin kita semua bisa mengatasi tantangan apa pun yang datang."
Andra (mengangguk perlahan): "Kamu benar, Aria. Aku tidak bisa membiarkan masa lalu mengendalikan masa depanku. Terima kasih sudah mengingatkanku."
Malam harinya, Andra memutuskan untuk menghadapi bayangan masa lalunya. Dia menulis surat kepada keluarga pasien yang pernah dia gagal selamatkan, meminta maaf dan mengungkapkan penyesalannya yang mendalam. Surat ini tidak hanya menjadi cara untuk melepaskan beban emosional, tetapi juga langkah awal untuk menyembuhkan diri dan melanjutkan hidup.
Andra merasa sedikit lebih lega setelah menulis surat tersebut. Meskipun perjalanan penyembuhan emosionalnya masih panjang, dia mulai menyadari bahwa masa lalunya tidak harus mendefinisikan masa depannya. Dia bertekad untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk rumah sakit.
Andra (berbicara kepada dirinya sendiri): "Ini bukan tentang melupakan masa lalu, tetapi tentang belajar darinya dan menjadi lebih kuat. Aku tidak akan membiarkan rasa takut menghentikanku lagi."Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/375995912-288-k254624.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Healing Hearts
RomanceKisah antara Dr. Andra Wicaksono yang merupakan dokter bedah kardiokasvular senior dengan seorang dokter residen yaitu Dr. Nadya Ardianti, yang saling menjalin keakraban dengan adanya sedikit bubuk cinta. Seiring berjalannya waktu kedekatan mereka s...