Ini tidak benar! Ini jebakan!
Astaga!Ling Jiushi segera menutup kembali resleting tas dengan wajah pucat.
"Sialan, apa-apaan..." desisnya geram.
Xiaoyi masih belum bisa kembali ke mode normal. Wajahnya melongo, bahkan berhenti mengunyah.
"Ge, uang apa ini?" dia berhasil bertanya setelah terpaku lama.
Sedikit takut, Ling Jiushi mendorong tas ke sudut sofa.
"Ini jebakan. Aku sangat yakin," gumamnya, mencengkram rambut dengan jemari. Bayangan wajah Chen Fei terlintas kembali di matanya. Pasti dia. Ini pasti perbuatannya. Tapi kenapa?
"Jebakan? Apa kau berhutang pada lintah darat untuk membayar uang kuliahku?" tanya Xiaoyi lagi.
"Ya ampun. Kau pikir aku akan melakukan hal bodoh itu?"
"Seseorang bisa bertindak bodoh saat sedang terdesak."
Ling Jiushi mendengus. Dia menjauhkan tangannya dari tas ransel seakan-akan itu bom. Segera dia berdiri dan mundur, menyandarkan pinggang lemasnya pada meja kerja. Keheningan menjerat keduanya, pikiran terhisap oleh pusaran misteri terkait uang misterius ini. Perlahan kegelapan merambat saat malam menyelimuti kota. Jalanan di luar apartemen lumayan berisik dengan banyaknya orang yang pulang kantor. Ling Jiushi masih mengatur napas, dicekam rasa gugup dan takut yang membuatnya untuk sesaat tak tahu harus berkata apa. Bagaimana jika uang ini adalah hasil rampokan? Bagaimana jika polisi tiba-tiba datang menyergap dan menangkapnya karena ada sejumlah uang ditemukan di apartemennya. Pikiran buruk berlalu lalang dalam kepalanya seperti ngengat di sekitar lentera.
"Ge, kau terlihat sangat takut. Apa yang sebenarnya terjadi?" Xiaoyi masih tak mengerti.
Ling Jiushi masih terdiam. Lengkingan klakson di jalan menerobos udara malam yang tenang dan dingin. Entah bagaimana itu mengejutkan bagi Ling Jiushi untuk mendengarnya. Dia menatap adiknya sekilas yang masih bertanya-tanya, lalu menyerbu jendela. Tatapannya tertuju ke bawah sana, mencari sedan biru yang dikemudikan Chen Fei. Tapi dia tak menemukannya di mana pun. Ling Jiushi menghembuskan napas lega, setidaknya pria itu tidak terus menjadi menerus menguntitnya.
"Kita harus mengembalikan uang ini, Xiaoyi," akhirnya Ling Jiushi berbalik dari jendela dan memegang bahu adiknya.
"Ke mana kau akan mengembalikannya?"
"Orang yang datang mengirimkan tas ini, kau masih ingat seperti apa ciri-cirinya?" Sikap gugup Ling Jiushi membuat Xiaoyi ikut-ikutan gugup. Jelas ada keanehan dalam kejadian hari ini.
"Dia pemuda berwajah cemberut. Tinggi, sedikit kurus dan rambutnya lurus, sedikit panjang melewati telinga."
"Apa dia menyebutkan nama?"
Xiaoyi menggeleng. "Dia hanya mengatakan kalau ia temanmu."
"Aku tidak memiliki teman seperti itu. Astaga, seharusnya kau tidak membuka pintu sembarangan saat aku tak ada di rumah."
Xiaoyi mengangkat bahu. Heran dengan kecemasan sang kakak. Selama ini ia sering ditinggal sendirian dan tak pernah ada larangan setegas itu padanya.
"Ayolah, ge. Ada apa denganmu?"
Ling Jiushi menghempaskan tubuh di sofa, lelah dengan kegelisahannya sendiri. Tatapannya tertuju pada kotak makanan Plush Lounge di meja. Bayangan makanan lezat, kenyamanan, barang impian, kebebasan finansial. Ini benar-benar nyata, bukan lagi fantasi.
Xiaoyi duduk di seberang meja, menatap penuh rasa penasaran. Namun Ling Jiushi kesulitan merangkai kata. Lidahnya masih terikat oleh pikiran tentang Chen Fei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Love (The Spirealm)
Fanfiction𝐎𝐧𝐜𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐥𝐨𝐨𝐤 𝐢𝐧𝐭𝐨 𝐭𝐡𝐞 𝐝𝐞𝐯𝐢𝐥'𝐬 𝐞𝐲𝐞𝐬 𝐘𝐨𝐮 𝐰𝐢𝐥𝐥 𝐭𝐮𝐫𝐧 𝐢𝐧𝐭𝐨 𝐭𝐡𝐞 𝐝𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐭𝐨𝐨 Tiga bulan setelah kehilangan pekerjaannya sebagai seorang programmer di sebuah perusahaan, Ling Jiushi tiba-tiba mendapatkan...