Susu Coklat

8 2 2
                                    

Hai hai semuanya....
Selamat membaca cerita ku yaaa....

(⁠๑⁠•⁠﹏⁠•⁠)

"Anak ku, semesta ku"
------


Setibanya di sekolah ia langsung pergi menuju ruang BK. Dia sudah hafal dimana ruang BK berada. Membuka pintu ruangan, pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah seorang pemuda yang terdapat lebam di bagian pipi. Menghela nafas sebentar setelahnya melirik sekeliling, terlihatlah Naren yang sedang tersenyum manis kearah nya.

"Assalamualaikum" Salam Bunda Ziva memasuki ruangan. Didalam ruangan sudah terisi dengan 6 manusia. Kepsek, 3 guru dan 2 murid.

"Waalaikumsalam. Silahkan duduk Bu Ziva!" Ucap Pak Retno selaku kepala sekolah. Bunda ziva duduk di kursi yang tersisa. Berada di tengah ke 2 murid.

"Bu, ini sudah yang kesekian kalinya. Saya harus tegas dalam hal ini. Saya tau pukul 10 ibu sudah harus bekerja. Jadi, ibu silahkan memilih Naren di skors selama seminggu atau saya keluarkan dari sekolah." Ujar Pak Retno.

"Walaupun anak ibu berprestasi, tidak bisa membuat saya memaklumin perbuatannya." Sambung Pak Retno sambil membuka buku catatan khasus-khasus murid.

"Terhitung ini sudah yang ke 26 kali dalam sebulan di semester awal ini. Dengan korban yang berbeda, dan juga dengan kasus yang sama. Berkelahi karena Naren menggoda ataupun merebut...huhh...pacar orang." Ucap Bu Ira selaku guru BK sambil melihat garang kearah Naren.

"Kalau emang ibu memilih Naren di skors, kami juga akan mencabut beasiswanya. Semua keperluan sekolah akan di bayar dengan harga normal." Ujar Pak Retno

"Yasudah, skors aja Pak."

"Oke, hukuman berlaku mulai hari ini sampai senin depan. Naren, silahkan ikut ibu kamu untuk pulang. Ini surat skorsnya, saya harap kamu introveksi diri." Keputusan dari sang kepsek.

Setelah menerima surat skors, Bunda Ziva langsung beranjak meninggalkan ruang BK dengan Naren yang mengekori di belakangnya.

"Bunda, maaf. Naren minta maaf." Ujar Naren mengejar sang bunda.

"bunda, Naren gatau kalau cewe itu punya pacar. Jadi Naren godain deh. Dianya juga ga keberatan, malah senang kalau Naren godain." Ucap Naren membela dirinya sambil sesekali menghalau air mata yang keluar di pelupuk matanya.

"Bundaaaa... Naren ga salah..." Rengek Naren.

"Bun-"

"Bawa motornya, kamu pulang sendiri, bunda mau langsung kekantor naik angkot." Bunda Ziva menyerahkan kunci motor kepada Naren. Setelahnya berjalan ke pinggir jalan raya, mensetop angkot yang lewat, memasuki angkot, setelahnya angkot bergerak meninggalkan area sekolah.

....

Sesampainya dikantor Ziva langsung menuju ruangannya. Berjalan dan sesekali menyapa maupun membalas sapaan dari pegawai lainnya. Memasuki ruangan, Ziva langsung menduduki diri di tempatnya. Menyalakan komputer,selagi menunggu ia berulang kali menghela nafas seraya menguar rambutnya yang menghalangi pandangan. Disetiap ruangan diisi oleh 10 pegawai. Bisanya terdiri dari 7 pegawai tetap dan 3 anak magang/PKL.

Rina, teman kantornya sekaligus sahabatnya tengah berjalan menghampiri Ziva.

Ziva dikagetkan dengan keberadaan Rina yang tiba tiba memijit pundaknya. Ziva menghela nafas guna menormalkan detak jantung.

"Ngagetin aja kamu Rin." Ujar Ziva mengelus dadanya menormalkan detak jantung.

"Kakak kenapa? Masalah anak kakak lagi?" Tanya Rina Silvana. Rina berbeda 10 tahun lebih muda dari ziva. Usianya 24 tahun. Rina setelah lulus sekolah langsung bekerja, tanpa melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Rina seorang perantau dari provinsi sebrang.

Ziva AnastasiaWhere stories live. Discover now