Hai hai semuanya....
Selamat membaca cerita ku yaaa....(๑•﹏•)
getah mangga.
-------------
Berjalan ke pintu, membukanya, lalu tertawa karena anak-anak yang berteriak sambil berlari menjauh. Itu karena Naren yang menghampiri anak-anak itu dengan menggenggam sapu halaman serta menyemprotkan air dari selang.
Dilihatnya Naren yang berjalan ke pohon mangga mengecek sisa buah. Bunda Ziva menghampiri Naren, melirik ke atas pohon mangga.
"Masih banyak kok, itu yang kuning di ambilin aja. Manjat cepet." Bunda Ziva menyuruh Naren untuk memanen buah mangga."Oke.. Naren juga lagi kepingin makan mangga campur kecap" Ucap Naren sambil ancang-ancang untuk memanjat. Cukup mudah, karena ada beberapa kayu sebagai tangga yang menempel di batang untuk mempermudah memanjat, makanya para bocil-bocil dengan mudah memanjat. Padahal pohon mangga itu termasuk tinggi.
"Awas jatoh! Iss dasar!" Naren mengusili Bundanya dengan pura-pura kepleset. Bunda Ziva yang melihat Naren tertawa malah menjadi kesal.
Sedang asik melihat Naren yang masih betah di atas pohon, tiba-tiba Bunda Ziva dikagetkan dengan tepukan bahu dari belakang tubuhnya. Membalikkan badan, matanya melotot terkejut melihat Arvin.
"Assalamualaikum kak." Ucap salam dari Arvin sambil tersenyum.
"Waalaikumsalam. Udah saya bilang kan? Saya tidak menerima tamu." Ucap Bunda Ziva berniat mengusir Arvin
"Mau menjenguk, masa ga boleh?" Arvin berucap sok imut serta memelaskan raut mukanya. Sangat berbeda dengan Arvin yang ada di kantor.
"Alasan"
"Hehehe.. Naren mana?" Arvin melihat sekeliling mencari calon anaknya-eh.
"Di atas" Bunda Ziva menunjuk ke atas.
"Hah... Kamu lagi berduka?" Sontak Arvin juga ikut melihat ke atas, ke atas awan. Setelahnya langsung memasang wajah sedih.
"Matamu berduka, tuh Naren di atas pohon" Ucap Bunda Ziva ngegas. dikira anaknya udah mati gitu? iiihhh amit-amit. Jelas-jelas anaknya lagi asik ngambilin mangga mateng.
"Astaghfirullah.. Oy Naren!" Arvin memanggil Naren yang masih fokus mengambil mangga.
"Loh om asin, udah sampe sini aja." Naren yang dipanggil sontak menengok. Mengetahui siapa yang memanggilnya, ia segera turun dari pohon.
"Mau masuk ga?" Tawar Bunda Ziva yang hari ini sedang berbaik hati. Ya namanya juga ada tamu, ga sopan kalau ga di tawarin masuk.
"Di luar aja, di sini sejuk." Ujar Arvin sambil mendudukkan diri di bawah pohon mangga. Halaman rumah penuh dengan rumput jepang yang selalu Bunda Ziva rawat, jadi kalau emang mau duduk, pakaian tidak akan kotor terkena tanah. Minus bokong jadi terasa seperti di tusuk.
"Yaudah, Naren temenin Om Asin di sini ya, Bunda mau ngambil sesuatu." Ucap Bunda Ziva setelah melihat Naren yang ikut duduk di samping Arvin. Selanjutnya Bunda Ziva berjalan memasuki rumah.
"Iya Bunda, jangan lama-lama nanti Om Asin kangen." Ujar Naren setelah mendapat bisikan dari Arvin. Bunda Ziva tetap berjalan mengabaikan ucapan Naren.
Bunda Ziva mengabaikan ucapan Naren, masuk kedalam rumah sambil membawa kardus berisi mangga. Menuju dapur, mengupas mangga lalu mencucinya, memotongnya jadi beberapa bagian, dan meletakkannya di atas piring. Berikutnya ia mencuci tangannya karena tidak akan menggunakan sendok.
![](https://img.wattpad.com/cover/349386327-288-k948001.jpg)
YOU ARE READING
Ziva Anastasia
FanfictionBahagia anak adalah bahagia seorang Ibu. Tangis, tawa, manja, dan nakal adalah sikap normal seorang anak. Kalau bisa ia akan membuat semua hal tentang anaknya menjadi abadi mau itu diingatannya ataupun di dunia. Lets go dibaca....