Merdu

2 0 0
                                    

Hai hai semuanya....
Selamat membaca cerita ku yaaa....

(⁠๑⁠•⁠﹏⁠•⁠)

dasar bocah cengeng.

-------------------

"Bunda"

"Bangun Bun. Bunda"

"NAREN!"

"HAH Hahh Naren, kamu ga akan ninggalin Bunda kan?" Bunda Ziva terbangun dari mimpi langsung memeluk Naren yang memandangnya khawatir. Cuman mimpi, ia bernafas lega. Mengelus wajah tampan Naren, memastikan kalau kali ini ia tidak sedang bermimpi.

"Apa sih Bun? Bunda mimpi apa sih? Sampe ngigau gitu." Naren bertanya-tanya dengan raut muka khawatirnya. Naren memegang dahi sang Bunda, melototkan matanya ketika merasa suhu tubuh Sang Bunda sangat panas.

"Ih sampe demam Bun! Bunda ga usah kerja, Naren buatkan bubur dulu untuk Bunda." Naren meninggalkan Bunda Ziva ke dapur untuk membuat bubur.

Bunda Ziva bernafas lega mengetahui itu semua hanya mimpi, ia akan lebih berhati-hati, jangan sampai anaknya mengetahuinya. Bunda Ziva melihat sekitar yang ternyata ia masih berada di kamar Naren. Melihat jam yang menunjukkan pukul 9 pagi. Baiklah, untuk hari ini ia akan cuti kerja dulu. Nanti ia akan menyuruh Naren untuk menelpon Arvin.

Bunda Ziva kembali memejamkan matanya sembari menunggu kehadiran Naren yang sedang membuatkannya bubur.

Bunda Ziva terbangun dari tidurnya karena Naren membangunkannya. Yang tadinya rebahan kini Bunda Ziva mendudukkan diri diatas kasur Naren. Dilihatnya Naren yang tengah memegang mangkok berisi bubur. Membuka mulut untuk menerima suapan dari Naren. Ini bukan pertama kalinya Naren membuat bubur, jadi kalau soal rasa sudah terjamin.

Naren pertama kali belajar masak itu waktu umur 10 tahun, masakan yang pertama kali dibuatnya telur goreng dan juga membuat bubur, selebihnya tidak bisa. Pernah ia bertanya 'kenapa ga ngelanjutin belajar masaknya?' Naren akan menjawab 'Naren cukup segini saja, biar calon istri Naren yang melanjutkannya'. Padahal Bunda Ziva tau kalau Naren sudah bosan, karena waktu itu Naren sudah mulai mengenal warnet.

"Bunda kenapa sih?" Tanya Naren sambil terus menyuapi Bunda Ziva.

"Bunda mimpi buruk"

"Mimpi apa emangnya?"

"Bunda mimpi Naren dikejar dinosaurus." Bohong Bunda Ziva. Tidak mungkin ia jujur ke Naren.

"Ada-ada aja mimpi Bunda. Naren kira Bunda mimpiin Om Asin." Ujar Naren

"Kamu ini. Bunda mau minum tolong." Dengan sigap Naren membantu sang Bunda untuk minum. Merasa lega, Bunda Ziva mengelus surai Naren.

"Naren, tolong telpon kan Om Arvin, Bunda mau izin."

"Sebentar Bun." Naren berjalan menuju meja belajarnya, mengambil HP yang sedang di charge, mencabut kabelnya lalu kembali berjalan kearah Bunda Ziva.

"Nih Bun-"

"Kamu aja yang ngomong." Bunda Ziva menyela ketika ia melihat Naren yang ingin menyerahkan HP nya.

"Iiih Bunda malu-malu kucing. Aw.. Om asin gak gigit kok Bun" Naren mengedipkan matanya, tersenyum genit melihat muka Bundanya yang tengah memalingkan wajah.

"Udah cepet di telpon!!" Bunda Ziva melototkan matanya menghadap Naren.

"Iya Bun iya.." Naren menghidupkan HP, mencari kontak nomor yang ia save dengan nama Om Asin, mengklik, dan menunggu untuk di angkat panggilan darinya.
"Assalamualaikum Om" Salam Naren ketika orang diseberang menerima panggilannya.

Ziva AnastasiaWhere stories live. Discover now