Modus

1 0 0
                                    

Hai hai semuanya....
Selamat membaca cerita ku yaaa....

(⁠๑⁠•⁠﹏⁠•⁠)

"Habis ya Bu?

------------

"Iya, lusa saya bawa lagi yaa" Ziva melihat bet yang dikenakan perempuan itu, ternyata perempuan itu bernama Juli yang sedang PKL di perusahaan itu.

"Besok gabisa bu?"

"Gabisa. Jeda satu hari modelannya." Jelas Ziva.

"Yaudah deh, ditunggu ya Bu.. Bawa yang banyak."

"Oke.." Ziva mengajungkan jempol nya.

"Maaf ya Rina, ga kebagian kamunya. Disuruh beli malah minta."Ziva menatap kasihan Rina

"Gapapa kak, belum rezeki." Ucap Rina yang mendapatkan balasan dari Ziva dengan menganggukkan kepalanya dan tersenyum paksa.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sudah waktunya untuk Ziva pulang, tetapi sang tokoh utama masih saja fokus dengan layar monitor di hadapannya. Di dalam ruangan hanya tersisa beberapa pekerja yang emang memiliki jadwal lembur. Sebenarnya Ziva sudah selesai dari 30 menit yang lalu, tetapi tiba-tiba saja sekretaris CEO menghampirinya dengan membawa tumpukan berkas. Naren sudah beberapa kali meneleponnya, mengatakan bahwa anaknya itu akan menunggu di pos satpam.

Ziva sebenarnya malas mengerjakan semua dokumen yang diberikan Rendra sang sekretaris CEO, tapi ketika mendengar bahwasannya ia akan mendapatkan gaji tambahan, tanpa berfikir lama ia langsung mengerjakan semua berkas yang dibawa Rendra.

Pukul 11 malam Ziva telah menyelesaikan semua dokumen yang diberikannya. Mengemasi barang dan bergegas meninggalkan ruangan. Sedikit berlari agar cepat bertemu sang anak, di tengah perjalanan ia bertemu dengan Rendra dan juga sang CEO. Ziva menyapa sebentar lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Ternyata tidak semudah itu, tangan kirinya kini di pegang erat oleh Arvin. Ziva reflek memutar tubuhnya dan langsung melepas genggaman Arvin. Matanya langsung bersitatap dengan Arvin yang seakan memerintahkannya untuk tidak melanjutkan langkah.

"Duluan. Urusan saya." Perkataan singkat yang keluar dari mulut Arvin tetapi masih di mengerti oleh Rendra yang emang mereka berdua sudah bersahabat dari SD sehingga Rendra dengan cepat memahami perkataan Arvin.

Berbeda dengan Ziva yang mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan perkataan sang atasan. Ia rasa sang atasan tidak sedingin itu kepadanya, tetapi...

"Permisi Pak Arvin dan Bu Ziva." Rendra meninggalkan Ziva dan Arvin.

"Ada yang mau saya katakan. Kita ke loby." Tanpa mendengar jawaban dari Ziva, Arvin sudah lebih dulu berjalan mendahuluinya menuju lobi, seakan menuntun Ziva untuk mengikutinya tanpa penolakan.

Kini mereka berdua tengah berada di bangku yang ada di lobi. Masih terlihat beberapa pekerja sip malam yang berlalu lalang. Suasana kantor di malam hari tidak jauh berbeda dengan suasana pada pagi dan siang hari.

Menduduki bangku serta menyeduh teh yang telah dipesan oleh Arvin. Ia jadi memikirkan Naren yang tengah menunggunya diluar dari 1 jam yang lalu. Entah apa saja yang dilakukan anaknya selama menunggu nya.

"Saya tidak bisa lama-lama. Anak saya sudah menunggu terlalu lama." Ziva melihat Arvin tengah menyeruput teh dengan santai. Atasannya ini apa tidak bisa melihat jam? Kasihan anaknya menunggu terlalu lama.

"Maaf, saya hanya ingin mengatakan kalau saya besok akan kembali ke perusahaan utama. Jadi saya hanya ingin mengucapkan salam perpisahan." Arvin menjeda ucapannya, ia meletakkan cangkir teh di meja.

Ziva AnastasiaWhere stories live. Discover now