Kue

3 0 0
                                    

Hai hai semuanya....
Selamat membaca cerita ku yaaa....

(⁠๑⁠•⁠﹏⁠•⁠)


"balonku ada lima aja"

----------------

Pukul 4 subuh Bunda Ziva terbangun dari tidur, masih ditempat yang sama yaitu kamar Naren. Meregangkan tubuh lalu menguap. Melirik kearah Naren yang kini masih tertidur pulas dengan memeluk guling. Beranjak dari kasur menuju kamarnya untuk mengambil pakaian setelahnya ia akan mandi.

Setelah berpakaian rapih, Bunda Ziva melanjutkan untuk mengerjakan sholat. Setelahnya ia menuju ke dapur untuk mulai memasak dan juga membuat kue yang akan dijual. Terlihat lemari penyimpanan serta kulkas yang penuh dengan bahan-bahan. Memakai celemek lalu menghela nafas sebagai pertanda akan mulainya acara memasak.

Ia akan membuat ayam goreng dan jangan lupakan sambel super pedas kesukaan Naren. Bunda Ziva tampak lihai dalam memasak. Gerakan memasak yang seperti chef professional, ditambah lagi Bunda Ziva yang berulang kali mengusap keningnya untuk menghalau keringat. Udara dini hari terasa panas, ia yakin hari ini cuaca akan terik.

Makanan yang telah siap kini sudah ia letakkan diatas meja makan, menutupnya dengan tudung saji, lalu melanjutkan untuk membuat kue yang akan dijual. Melirik banyaknya bahan pembuatan kue serta tempat plastik untuk bungkus kue. Kue yang akan dibuat dia seperti kue ulangtahun tetapi yang versi mini. Super mini. Makanya ia beri harga kuenya 5000.

Pukul 8 pagi Ziva telah selesai mebuat kue, semuanya sudah ia susun dimeja depan TV. Total nya ada 100 kue. Ia tidak terlalu berharap kue itu akan laris, kalau ada sisa akan ia bagikan ke anak kecil yang dilihatnya sering mengamen dilampu merah. Ia juga sudah memisahkan kue tersebut menjadi 2 bagian. 50 untuk dibawanya kekantor dan 50 lainnya akan dibawa Naren untuk dijual ditempat yang anaknya sebut kemarin. Ziva lupa tempatnya, atau author nya yang lupa?

Merilekskan tubuh yang terasa capek, Ziva kini menonton TV sembari menunggu Naren bangun. Anaknya akan bangun kalau perutnya sudah berbunyi. Btw, ini sudah hari ke 3 Naren di skors. Daripada memikirkan Naren lebih baik ia memikirkan TV nya yang 2 hari kedepan akan mati karena adanya program TV digital dari pemerintah.

Asik-asiknya menonton, Ziva dikagetkan oleh Naren yang berjalan kearahnya dengan wajah yang sembab serta tangan yang memegangi perut. Rambut Naren yang berantakan, baju yang sudah terlepas, muka yang sembab serta celana dalam Marsha and the bear berwarna kuning yang mengintip dibawah sana menjadi alasan Bunda Ziva kaget.

"Stop!" Bunda Ziva menstop Naren yang ingin menghampirinya.

"Cuci muka dulu, habis itu langsung ke meja makan."

"Bundaaa" Naren mengerek akan kegagalannya yang ingin memeluk sang Bunda.

"Cerita mimpinya nanti aja, sehabis makan. Oke?" Naren membalas perkataan Bunda Ziva dengan menganggukkan kepalanya. Anaknya itu kini berjalan menuju kamar mandi. Bunda Ziva juga beranjak dari sofa menuju ke meja makan.

Mereka memulai sarapan setelah Naren tiba dimeja makan. Menuangkan nasi ke piring Naren dibarengi dengan 2 potong ayam goreng. Mangkok tempat sambel ia letakkan ke dekat Naren. Ia tidak suka pedas, berbanding terbalik dengan anaknya. Selera anaknya ini menurun dari sang Ayah, haruskah ia memanggil lelaki bereksek itu dengan sebutan ayah? Ia rasa lelaki itu tidak pantas.

"Makan Bun, malah bengong." Bunda Ziva hanya membalas teguran Naren dengan senyuman serta usapan disurai anaknya. Melihat ekspresi Naren yang segar setelah memakan masakannya membuat Bunda Ziva tersenyum.

"Bu, Agus masih lapar Bu."

"Jangan mulai, fokus makan dulu." Tegur Bunda Ziva melihat Naren yang mulai bertingkah aneh.

Ziva AnastasiaWhere stories live. Discover now