Bab 49|Hari duka

1K 90 4
                                    

Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya mereka telah tiba di Wirata.
Disana mereka disambut dengan Drupadi, Subadra, Pancakumara, Abimanyu, Chandra, larva, dll sebagainya.

Mereka terkejut melihat apa yang dibawa oleh ayah mereka, Chandra dan lavha lalu menatap ibu mereka yang kusut, mereka menatap mata ibu mereka yang sembab. Lalu mereka menghampiri Chitra.

"Ibu, kenapa dengan ibu? Apa yang terjadi sebenarnya? " tanya Chandra.

"Ibu, jawab. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang membuat ibu menangis? " tanya Lavha.

Chitra hanya diam, Drupadi dan Subadra lalu menghampiri Chitra.
"Adikku, mengapa engkau menangis? " tanya Drupadi.

".... "

"Chitra, kenapa kau hanya diam saja? Apa kau tidak ingin menjawab pertanyaan dari kami? " tanya Subadra.

"Nenek, dimana kak Devika? " tanya Agastya, mereka berempat baru tersadar jika devika tidak berada disini.

"Iya, dimana devika? Kau tau Chitra. Aku sudah membuatkannya kue beras kesukaannya" kata Drupadi tersenyum.

"Iya, kak Drupadi membuatnya dengan susah payah. Aku juga membantu Kak Drupadi membuat selain mangga untuk devika" kata Subadra.

Chitra terdiam, dia tidak berani mengatakan jika devika sudah tiada.
Lalu ia menatap para suaminya, Pandawa yang mengerti pun segera menurunkan tandu itu. Mereka berempat pun menatap kearah pandangan milik Chitra, lalu Drupadi maju.

Ia menatap seseorang yang tertupi kain putih itu, ia lalu menanyakan para suaminya.
"Tuanku, siapa orang ini? " kata Drupadi, Pandawa terdiam.

"Kenapa kalian berdiam seperti patung? " kata Subadra.

"Kakak... Hiks... Hiks... Hiks... " Chitra segera memeluk Drupadi dan Subadra.

"Chitra kenapa dengan mu? Apa yang terjadi sebenarnya? " tanya Drupadi.

"Kakak devika... Hiks... Hiks... Hiks... " tangis Chitra.

"Ada apa dengan devika Chitra? Apa yang terjadi dengannya? " tanya Subadra, Chitra semakin menangis.

"Dia... Dia... Dia... Dia sudah tiada kak... Putriku meninggalkan ku untuk selama-lamanya, putriku meninggalkan ku... Hiks... Hiks... " tangis Chitra.

Langit yang sebelumnya cerah kini berganti gelap, guntur dan kilat yang bergemuruh. Bagaikan petir yang lewat, Mereka semua terdiam mendengar perkataan Chitra. Terutama Chandra dan lavha.

"Tidak mungkin! Itu tidak mungkin! Adikku tidak mungkin meninggalkan ku! Katakan ini semua jika bohong ibu! " kata Chandra dengan penuh amarah, matanya mulai berkaca-kaca menandakan kesedihan yang mendalam.

Chitra terdiam, dia tidak tau harus mengatakan. Kedua putranya sangat terkejut mendengarnya, terutama Chandra yang sangat menyanyangi adiknya itu. Chandra lalu menghampiri tandu yang ada jasad devika disitu.

Perlahan Chandra membuka kain putih itu, dan alangkah terkejutnya dia saat melihat adiknya yang tergeletak tak bernyawa. Dia melihat wajah adiknya yang pucat, bahkan kulit adiknya yang mulai berwarna biru.

"Devika bangun! Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkan kakakmu ini! Bangun! Ayo jahili kakakmu ini! Ayo bangun devika! Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkan kakak! Bangun devika! " teriak Chandra, jika namanya jasad maka dia tidak akan pernah bangun untuk selamanya.

"Adikku ayo bangun, kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkan kakakmu ini. Kau sudah berjanji... " Chandra terduduk, ia mulai meneteskan air matanya.

"Devika, jangan membuat kamu seperti ini. Aku mohon bangunlah, kau sudah berjanji untuk mendukung kami saat perang nanti, tapi kau malah pergi duluan... Kakak mohon bangunlah... " larva juga terduduk, ia juga mulai menangis.

Mahabharata Destiny x ocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang