Part 10: You are My Heartbeat

139 9 2
                                    

Di penghujung musim panas, udara mulai terasa kering dan dingin. Aku berdiri, bersandar di pintu belakang rumah sambil menyeka rambutku yang basah dengan handuk tebal. Aroma manis dan hangatnya kayu yang terbakar diperapian, sehangat hati dan jiwaku saat memandang sosok yang kini sedang duduk membelakangiku di halaman belakang rumah nenek.

Sosok itu duduk disana sendirian menatap langit, entah apa yang dia cari di langit sana. Entah apa yang dia pikirkan. Mungkinkah dia memikirkan galaxy bima sakti dan tata surya? Entah sejak kapan aku mulai menyukai setiap inchi dari tubuhnya, aku menyukai rambut hitamnya yang tebal, aku menyukai wajahnya yang tampan, aku menyukai lehernya yang kokoh, dadanya yang bidang, lengannya yang kuat, jari-jari tangannya yang chubby namun menarik, termasuk punggung kokoh itu. Aku ingin berlari memeluknya sekarang juga kalau saja nenek tidak menceramahiku tentang cara memasak yang baik dan benar.

"Yeosin kau dengar aku?"

Nenek mencengkram erat lenganku, membuyarkan lamunanku yang sedari tadi menatap sosok Namja tampan diluar sana.

"Ne?"

"Yaa! Kau harus dengarkan pesan orang tua, jika tidak bagaimana kau bisa menjadi istri yang baik untuknya?"

Nenek tersenyum jahil lalu meninggalkan aku sendirian, sepertinya beliau sengaja berkata seperti itu keras-keras hingga terdengar sampai halaman belakang. Sosok di halaman belakang itu menengok kearahku, iya tersenyum manis. Manis sekali.

"Jagiya, kemarilah"
Seungri menepuk lembut hamparan rumput hijau disebelah kanannya. Halaman belakang rumah nenek ku terlihat seperti halaman rumah teletubbies. Rumput hijau tebal menutupi hampir seluruh halaman. Bunga-bunga dan pohon-pohon lain sengaja ditanam merapat ke sisi-sisi pagar membentuk pagar tumbuhan, halaman ini dulunya adalah tempat kakek ku melatih taekwondo. Sejak kakek meninggal, nenek membiarkannya kosong seperti ini. Disudut sana, dekat pintu belakang dapur, ada tumpukan kayu bakar yang disusun rapi. Diseberangnya, disudut yang lebih tersembunyi. Ada beberapa utas tali yang terbentang untuk jemuran.

"Pali ah, pali!"

Lee Seunghyun, Seungri, kekasihku. Ya, hari ini tepat sebulan hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Ini adalah liburan akhir pekan pertama kami karena sejak resmi menjalin hubungan ini. Seungri selalu disibukkan dengan promo film barunya, sehingga aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku. Btw liburan di desa nenekku adalah pilihan Seungri, karena semua yang terjadi pada kami berawal dari desa ini tiga tahun yang lalu.

"Nee... Sebentar, kau tidak sabaran"
Aku melempar handuk ku ke kursi kayu disebelah pintu dan berjalan menyusuri rumput tebal halaman belakang. Seungri tersenyum saat aku duduk disebelahnya, aku duduk sedikit merapat hingga lengan kami saling bersinggungan.

"Sebentar, begini lebih asik"
Namja itu merebahkan tubuhnya, Ia melipat siku kirinya, tiduran dengan sangat nyaman berbantal telapak tangan kirinya itu.

"Apa yang kau lakukan? Ayo bangun nanti masuk angin"

Aisshh, aku tidak mau melihatnya sakit. Itu juga akan membuatku sakit.

"Gwencana, gwencana sweaterku cukup tebal.. Pali tidur disebelahku"

"Nee araseo.."
Aku merebahkan tubuhku disebelahnya, menjatuhkan semua beban diatas rumput tebal ini. Rumput ini terasa sejuk disela-sela jariku.

"Mwo? Mwo?? Kau bawa kemana bintang-bintang itu? Kenapa malam ini tidak ada bintang?"

Tiba-tiba Ia menunjuk langit diatas sana, tangannya menunjuk kesegala arah, jemarinya menari seperti mencari sesuatu yang hilang. Jujur saja lelucon namja ini sering kali terasa garing, tapi tetap saja aku menyukainya.

"Sudah ku petik, kusimpan di kantong saku ku"
Kugerakkan kedua tanganku seakan memetik bintang, menyatukannya tepat diatas dadaku lalu memasukkannya kedalam saku sweaterku.

Boy of My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang