Sinar matahari pagi menerobos celah jendela, mengetuk kelopak mataku yang masih tertutup. Aku sudah terjaga sejak beberapa saat lalu, hanya saja aku enggan untuk bangun dari ranjang. Pikiranku masih melayang-layang mengingat kejadian semalam. Semalam itu.. Apakah itu mimpi?
Sinar matahari semakin terang, memaksaku untuk membuka mata dan bangun membuka jendela di seberang ranjang. Hembusan angin semilir menyeruak masuk ke kamar nenek. Aku bisa merasakan angin itu lembut menerpa wajah dan tubuhku, udara segar seketika mengisi paru-paruku yang sesak dengan aroma maskulin seorang namja, aroma yang sejak semalam seakan masih mendekam di dalam paru-paruku.
Hari ini cerah, tidak ada badai ataupun gempa. Dasar Seungri pabo, karena semalam tidak ada bulan dan bintang, dia pikir akan ada gempa atau badai hari ini. Hahaha.. Namja itu! Hah... Aku mulai merindukan dia, ah tidak.. Sesungguhnya aku tidak pernah berhenti merindukannya saat dia tidak disisiku.
Namjaku, apa dia sudah bangun? Aku menatap jari manis di tangan kiriku, sebuah cincin berkilauan kini melingkar disana. Semalam namja yang selama ini datang dalam mimpiku melamarku di kebun belakang rumah, di bawah langit malam yang indah walau tanpa bulan dan bintang. Semua itu rasanya seperti mimpi. Syukurlah ini bukan cuma mimpi.
Entah kenapa aku tidak bisa berhenti tersenyum, baik saat aku menatap cincin di jariku, atau ketika mengingat detik-detik saat dia melamarku, ataupun hanya sekedar mengingat namanya. Lee Seunghyun, namja itu membuat rasa rasa gembira meluap-luap di dadaku.
*"Selamat pagi nenek,"
Aku memeluk dan memberikan ciuman ringan di pipi nenek yang sedang sibuk menyiapkan masakan. Semalam tadi aku tidur dengan nenek, saat aku bagun pagi ini nenek sudah tidak ada dikamar. Mungkin tadi saat matahari belum terbit, nenek sudah berjibaku dengan kegiatan rumah tangga. Aku jadi merasa bersalah tidak bangun lebih awal untuk membantu nenek menyiapkan semua masakan ini.
"Selamat pagi nona muda,"
Nenek mencubit pipiku dengan tangannya yang belepotan adonan tepung, nenek suka memanggilku 'nona muda' jika sedang menggodaku.
Setelah kuperhatikan, tidak ada yang bisa kubantu disini, sebentar lagi gorengan itu siap dihidangkan. Kulihat beberapa menu sudah siap diatas meja makan, jadi kuputuskan membantu menyiapkan piring dan mangkuk saja.
"Bagaimana tidurmu?"
"Lumayan.. Lebih nyenyak karena ada nenek"
Jawabku gombal yang dibalas dengan tawa renyah nenek."Ahh yang benar saja? Nenek kira kau semalaman tidak bisa tidur"
Nenek mulai menggodaku lagi. Ah iya.. Semalam, nenek mengintrupsi kami, jadi aku tidak sempat menjelaskan isi hatiku lebih dalam kepada Seungri."Sungguh.. Aku tidur dengan nyenyak kok, lihat saja mataku, bersinar cerah kan nek?"
"Hahahaha.. Baiklah, matamu secerah matahari pagi. Oiya, Jadi kau sudah menerimanya?"
"Menerima apa?"
Aku tidak mengerti apa yang nenek maksud, mungkin karena aku baru bangun tidur, otakku belum siap untuk menjawab pertanyaan teka-teki."Lamaran Seunghyun, kau menerimanya?"
Nenek berbalik memandangku, senyum jahilnya mengisyaratkan sesuatu. Apa nenek sudah tau bahwa Seungri akan melamarku semalam? Bukankah nenek semalam yang mengintrupsi kami? Aissshhh..."Ahh itu, bagaimana nenek bisa tau tentang itu?"
"Kemarin sore, saat kami duduk berdua di perapian, Seunghyun mengutarakan keinginanya untuk melamarmu. Bagi nenek ini adalah hal yang luar biasa. Ayahmu.. Dulu dia butuh waktu bertahun-tahun sebelum melamar ibumu."
"Nenek merestuinya?"
Aku agak terkejut, bagaimana Seungri bisa mempunyai pikiran yang sangat dewasa? Dia bahkan minta restu nenek ku sebelum melamarku. Aku tidak menyangka dia akan melakukan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy of My Dream
Romancecast: Park Yeosin Lee Seunghyun Bigbang author: yeosin88 theme: love, fiction, fanfic