13. Perasaan itu penting

179 32 0
                                    


Luna tengah santai bersama Jayandra dipelukannya ditaman yang menghadap kolam renang dirumah itu. Luna memperhatikan ruang keluarga yang terhalang kaca tembus pandang dari taman. Luna bisa melihat Anna yang tengah berbicara dengan Julian tampak  begitu serius. Akhir-akhir ini pemandangan seperti itu sering kali Luna temukan. Menurutnya Anna kerap kali melewati batas dan tidak jarang ia bertengkar dengan Julian perihal Anna. Hari ini Luna tidak ingin mengatakan apapun, perasaannya cukup lelah.

Tapi disisi lain Luna tidak bisa terus diam, walau bagaimanapun ia merasa cemburu sebagai istri Julian. Tidak mudah baginya untuk mengabaikan semuanya begitu saja, walaupun Luna percaya bahwa Julian sama sekali tidak menggubris kehadiran Anna ditengah-tengah mereka.

"Harusnya aku sejak awal menyetujui saran Julian untuk tidak melibatkan Anna dalam rumah tangga kami''

Luna kemudian pura-pura tidak melihat saat Julian menatap kearahnya. Dengan ekor matanya Luna bisa melihat Julian berjalan kearahnya meninggalkan Anna begitu saja yang tampak sedih.

"Ayo masuk, sebentar lagi kita makan malam. Ibu sedang ada pertemuan" Julian kemduian mengambil alih Jayandra sambil mengenggam tangan Luna berjalan menuju ruang makan melewati Anna yang terdiam membisu. 

Luna menatap Anna yang mengelus perutnya. Luna merasa sedih karena dirinya dan Anna tidak seperti dulu lagi layaknya seperti saudara atau sahabat. Luna tahu Anna tengah sedih, entah apa yang Julian katakan pada Anna hingga membuatnya sedih.

.

.

.

Anna tersentak saat merasakan tangannya disentuh oleh seseorang. Ternyata itu Ibu Julian yang baru saja tiba dari luar.

"Anna kenapa kau tidak ikut makan malam bersama Luna dan Julian. Ayo kita makan" ajak Ibu Julian 

"Tante aku sudah makan, baru saja" bohong Anna, padahal dirinya sejak siang belum makan.

"Oh benarkah, ya sudah istirahatlah dikamar jangan ditaman malam-malam begini" Ibu Julian kemudian pergi meninggalkan Anna menuju meja makan bergabung dengan Julian dan Luna.

Anna kemudian pergi menuju kamarnya. Sampai dikamarnya Anna langsung pergi menuju balkon menatap bintang-bintang diatasnya dengan helaan nafas yan berat.

Anna kembali teringat ucapan Julian yang begitu menyakiti hatinya.

"Berhenti mencari perhatianku dengan alasan anak itu. Hati ku dan hidupku sudah terisi oleh Luna, kau tidak ada kesempatan sama sekali. Berhenti mendekatiku dan menciptakan kesalahpahaman antara aku dan Luna. Karena dirimu akhir-akhir ini aku dan Luna tidak baik-baik saja. Aku sangat menyesal menyetujui Ibu untuk membawa mu ke rumah ini"

.

.

.

Julian mengunyah makanannya dengan hening, ia bahkan tidak merespon perkataan Ibunya yang berbicara perihal pekerjaan, baru tersadar saat Luna menyentuh tangannya. Julian merasa heran biasanya Anna dengan semangat ikut bergabung makan tapi malam ini Anna memilih tidak makan. Dan juga Julian teringat bahwa tadi siang Anna tidak jadi makan karena bertengkar dengan dirinya.

'Mas kau memikirkan Anna?'' bisik Luna pelan dengan raut wajah sedihnya. Mendengar itu Julian menggeleng.

"Ibu apa yang kau katakan?''

"Lupakan, tapi Ibu baru teringat dan harus menyampaikan ini pada kalian berdua. Anna dua hari yang lalu menemui Ibu dan mengatakan bahwa setelah ia melahirkan minggu depan beberapa bulan kemudian dia ingin kembali bekerja dan Ibu mengizinkannya''

Perasaan Luna campur aduk, disisi lain ia senang Anna akan bekerja artinya Anna tidak memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan Julian dirumah. Tapi disisi lain ia cemas pada anak Anna karena harus ditinggal bekerja. Tanpa diduga pikiran Luna sama dengan Julian.

"Bagaimana menurut kalian berdua?''

Julian di ikuti Luna sama-sama menganggukkan kepala. Setelahnya Julian meninggalkan meja makan meninggalkan Luna dan ibunya.

"Aku harus ke ruang kerja"

Julian melangkahkan kakinya menuju kamarnya kemudian terhenti saat melintasi kamar Anna. Julian mengetuk pintu dan masuk. Julian melihat siluet Anna yang berada dibalkon.

"Apa anak itu akan hidup jika kau tidak makan?'' tanya Julian tanpa tahu bahwa Anna dengan buru-buru menghapus air matanya,

"Iya, maaf soal tadi siang. Aku tahu kau sama sekali tidak menyukaiku, tapi aku hanya ingin menguatarkan perasaanku Jika kau tidak membalasnya tidak apa-apa, tidak perlu bersikap kasar padaku. Kita sama-sama memiliki hak, aku berhak menyukaimu dan kau berhak untuk tidak menyukaiku. Bagiku perasaan ku ini penting"

Mendengar itu Julian tidak mengatakan apapun. Baginya apapun yang akan ia katakan percuma bagi Anna.

"Jika kau tidak ingin makan setidaknya makan lah untuk anak itu jika kau memang menyayanginya" 

Setelah itu Julian pergi keluar dan menutup pintu kamar Anna. Tanpa disangka Luna sudah berdiri didepannya sambil menggelengkan kepalanya. Ada raut sedih, kecewa dan cemburu disana.

Julian menghela nafasnya lagi kemudian mengikuti langkah Luna memasuki kamar mereka.

"Jangan memikirkan hal negatif. Aku tidak melakukan apapun, aku hanya menyuruh Anna makan"

"Apa kau tidak dengar Mas, Anna sendiri yang bilang pada Ibu bahwa dia sudah makan kan. Apa kau tidak mendengar perkataan Ibu dimeja makan tadi?'' tanya Luna kesal

"Apa menurutmu menjaga perasaan istrimu sendir tidak penting? kau tahu aku cemburu mas, ada ataupun tidak kau melakukan sesuatu pada Anna aku tetap cemburu"

"Apa yang kau lakukan dikamar perempuan lain malam-malam? apa menurutmu pikiranku akan tetap positif?''

"Maafkan aku" ucap Julian pada akhirnya. Tanpa Julian sadari perkataannya barusan semakin memperjelas pikiran negatif Luna. 

"Lupakan, aku tidak ingin mendengar kata maaf itu lagi terus-menerus" Luna kemudian merebahkan tubuhnya dan menutup seluruhnya dengan selimut. Julian yang tadi berencana akan pergi ke ruang kerjanya mengurungkan niatnya dan ikut merebahkan tubuhnya sambil menatap punggung Luna yang membelakangi dirinya.

Luna diam-diam menghapus air matanya, sambil menatap box bayi disamping nya dimana disana ada Jayandra yang tertidur pulas. 

...


LUNA&ANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang