10. Sudah saatnya

410 54 7
                                        


Sudah tiga minggu berlalu, setelah mengetahui dokter Rati yang pergi membuat Anna putus asa. Banyak pertanyaan dalam benaknya yang tidak kunjung menemukan jawaban, hari ini Anna berniat harus menemukan jawaban itu. 

Anna memasukkan semua bajunya dalam tas besar yang sudah disiapkan, beberapa hari lagi adalah persalinannya. Anna tidak tahu harus bagaimana, ia sempat berpikir untuk menemui Julian di kediamannya tapi tidak ada keberanian. Dengan apa ia akan mengaku pada keluarga Julian dalam keadaan hamil besar.

Apakah hamil diluar nikah? mengandung anak adopsi Julian dan Luna? 

Anna putus asa. Ia memikirkan nasib anaknya dan masih bertanya-tanya apa alasan Julian dan Luna seolah-olah menelantarkan dirinya. Setidaknya beri tahu dirinya alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut. 

'Aku tidak ingin anakku bernasib sama seperti diriku. Aku ingin ia tumbuh bersama orangtuanya"  Anna menghembuskan nafasnya keras usai bergumam.

.

.

.

Disebuah ruang sempit terdapat empat orang yang tengah berdiskusi. Itu adalah Julian, Luna, Ani, dan seorang dokter.

"Dokter untuk beberapa hari kedepan aku ingin kau memastikan kondisi Ani. Aku ingin anak kami lahir dengan sehat" ucap Luna sambil mengelus perut Ani 

"Tenang saja Ibu Luna dan Pak Julian, saya akan mengusahakan yang terbaik" 

Luna mengangguk puas mendengar itu.

"Bu Luna, Pak Julian, apa ini tidak berlebihan untuk saya. Biaya inap per malamnya dirumah sakit ini pasti sangat mahal. Saya masih bisa menunggu hari persalinan dirumah saja" ucap Ani merasa tidak enak telah mendapatkan fasilitas yang begitu mewah hanya untuk menunggu persalinannya.

"Tidak Ani, apapun untuk calon anak kami ku rasa tu tidak berlebihan" ucap Luna menyakinkan

"Yang dikatakan Luna benar" sambung Julian

Ketiganya kemudian keluar dari ruang dokter dan menuju kamar inap Ani. 

"Lihat Ani, aku sudah mendekornya untuk menyambut baby boy" Luna tersenyum bangga melihat hasil karyanya dan Julian.

"Terimakasih Ibu Luna, anak ini akan sangat beruntung hidup bersamamu nantinya" Luna menggelengkan kepalanya 

"Tidak Ani, justru kami yang sangat beruntung. Iyakan Mas?''

Julian tersenyum menanggapi itu.

"Mas kau akan kembali ke kantor kan?''

Julian menangguk

"Kembalilah, biar aku disini bersama Ani. Nanti sore Ibu akan menjengukku"

"Pastikan semuanya berjalan lancar, jangan sampai Ibu mengetahui tentang Ani. Ku harap selama Ibu disini kau tidak mengunjungi Ani tapi berdiamlah di kamar mu oke" Julian memberikan pesan itu pada Luna dan memeluknya, kemudian pergi meninggalkan Luna dan Ani yang kembali bercerita mengenai banyak hal.

''Ibu Luna beruntung sekali mendapatkan sosok suami seperti Pak Julian" puji Ani yang turut senang

"Kau benar Ani, demi mempertahankan pernikahan kami Julian melakukan apapun. Bahkan untuk menjaga perasaan ku ia menolak untuk bersama anak kandungnya"

"Anak kandung Pak Julian?'' tanya Ani yang bingung

"Ya, sebenarnya aku tidak ingin menceritakan ini. Tapi karena aku sudah menganggapmu kerabatku maka aku mau sedikit terbuka padamu. Sebenarnya ada kejadian yan aku sengaja dimana Julian bisa memiliki anak dan itu dengan sahabat ku. Julian sangat marah hingga saat ini dan membenci hal itu. Aku sudah mengatakan padanya jika ia ingin marah maka marah saja padaku. Tapi kau tahu Ani? Julian tidak marah sama sekali padaku, sebaliknya ia sangat marah pada sahabatku san sampi-sampi tidak ingin merawat anak itu. Entahlah aku bingung mengapa Julian bisa begitu marah"

LUNA&ANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang