Julian mengurut keningnya karena menghadapi drama dirumahnya. Julian sudah sebisa mungkin menerima kehadiran Anna dirumah mereka dan memperlakukan Anna cukup baik akhir-akhir ini. Tapi ternyata Anna berpikir itu adalah kesempatan baginya untuk dekat lagi dengan Julian dan hal itu menyebabkan pertengakaran anatara Julian dan Luna.
"Masalah dirumah belum selesai dan sekarang harus menyelesaikan kasus itu"
Gumam Julian pelan. Tidak lama dari itu Julian melihat Markus dan Jeffri masuk ke dalam ruangannya.
"Ini yang dibahas kayaknya serius ya Ju. Apa lagi? Anna? atau Rati?'' tanya Jeffri
"Jeff lo tau kan alasan kenapa Rati pindah ke London?. Kasus itu sekarang mau di up lagi, gue pusing ditambah gue udah banyak buang uang untuk nutup kasus ini"
"Terus apa yang sekarang harus kita bantu?'' tanya Markus
"Gue minta bantu lo berdua untu back up gue sama Rati. Lo berdua kan juga banyak koneksi, Markus gue minta lo untuk bujuk om Anwar lah, papa lo kenal baik gue"
"Hmm.. gue usahain Ju bantu. Gue juga kasian sama Rati lalu jadi buronan gitu mana udah dipecat jadi dokter"
"Jadu Ju kalau kasus ini naik lagi apa yang bakal terjadi?'' tanya Jeffri, Jeffri tau betul bahwa dari beberapa bulan lalu sejak Rati pergi kabur ke London Julian harus bolak-balik menemui pengacara beruntung kasus tersebut tidak sempat naik ke meja hijau.
"Gue, Rati, Luna dan Anna kan jadi tersangka terlebih Rati yang sebagai dokter. Di negara inikan jadi Ibu pengganti itu ilegal. Beruntungnya itu nggak terjadikan, Anna hamil anak gue bukan dari hasil yang ilegal itu, jadi ini yang bakal bantu gue untuk bisa bebas dari kasus ini. Entah siapa dalang disini sampai gue dipanggil polisi lagi"
Julian lagi-lagi mengurut keningnya.
"Tapi amankan untuk Rati sekarang?''
"Harusnya. Tapi yang gue bingung caranya gue minta Anna untuk buat keterangan kalau dia hamil anak gue. Kalian berdua ngertikan maksud gue?''
Markus dan Jeffri mengangguk.
"Tinggal bilang aja sih Ju. Daripada masuk penjara kan'' jawab Markus enteng
"Gue udah berkali-kali mau coba ngomong tapi waktunya selalu salah. Ditambah lagi Luna selalu mikirnya yang salah-salah kalau gue ngomong sama Anna"
"Tinggal bilang aja sama Luna apa susahnya sih" jawab Markus
"Nggak bisa, gue nggak mau libatin mereka. Ini biar jadi urusan gue dan gue takutnya Mama tau kalau banyak orang yang terlibat"
"Lo pikir Anna nggak bakal curiga kalau lo minta dia buat keterangan. Mikirlah Ju"
"Gue udah mikirin itu, makanya kadang gue bingung gimana ngomongnya. Itulah fungsi kalian berdua kasi gue saran apa gitu"
"Lagian kok lo bisa kepirian ngelakuin hal ilegal gitu sih Ju. Peralatan di negara ini juga nggak ada" ucap Markus
"Ada uang semuanya bisa terjadi Markus. Gitu aja lo bodoh" jawab Jeffri menggantikan Julian yang termenung.
"Jangan terlalu dipikiran lah Ju. Gue bantu ngomong ke Papa" ucap Markus sambil memperhatikan Julian
"Anna dalam minggu ini melahirkan. Sekarang dia juga lagi persiapan nggak mungkin gue minta keterangan itu dalam waktu dekat ini. Gue nggak mau terjadi sesuatu sama anak gue kalau Anna syok tau tentang Rati dan kasus ini"
"Saran gue Ju lu suruh Luna yang ngomong sama Anna. Lo harus libatin mereka berdua kalau mau kasus ini cepat selesai" saran Jeffri
"Jeff gue sempat ada ide itu tapi bahkan entah kenapa Luna sama Anna kayaknya nggak berteman lagi kayak dulu. Mereka berdua nggak pernah ngomong apapun dirumah itu"
Ketiganya sama-sama hening memikirkan masalah yang sama.
"Teru Rati sekarang gimana Ju. Aman dia?'' tanya Jeffri
"Rati aman, sekarang dia Roma. Sengaja gue suruh jangan muncul dulu, niatnya gue yang mau tanggung jawab sama kasus ini sampai tuntas" .
"Gue bingung kenapa kasus ini bisa naik lagi untung aja publik nggak tau" Julian keudian teralihkan pada ponselnya yang berdering, tertera nama Luna disana.
Julian menerma panggilan itu dan mendengar Luna yang menangis tersedu-sedu.Entah apa yang terjadi yang jelas Julian langsung pergi meninggalkan Jeffri dan Markus yang sama-sama terdiam melihat Julian meninggalkan mereka.
"Si setan itu main pergi-pergi aja" serapah Markus
.
.
.
Dirumah Luna dan Anna terlibat perkelahian yang besar. Semuanya berawal dari Luna yang menitipkan Jayandra pada Anna saat dirinya tengah membuat makanan untuk Anna.
"Maaf Luna gue nggak sengaja" ucap Anna yang juga menangis tersedu-sedu apalagi setelah mendengar Luna menelpon Julian. Rasa bersalah Anna tidak berhenti saat melihat Jayandra yang menangis keras kesakitan akibat terjatuh dari tempat tidur. Jayandra masih sangat kecil namun begitu aktif tidak seperti anak seusianya.
"Nggak sengaja gimana, aku liat kamu mainin HP nggak merhatiin Jayandra sama sekali saampai dia jatuh dari kasur" ucap Luna murka sambil mengusap-usap kepla Jayandra yang masih menangis keras.
Luna menyipakan tasnya terburu-buru sambil menunggu Julian untuk mengantarnya ke rumah sakit melihat kondisi Jayandra.
Tidak lama terdengar bunyi lamgkah kaki yang menaiki tangga. Luna langsung menghampiri Julian dan menjelaskan apa yang terjadi. Julian menatap Anna yang menangis berdiri dihadapannya.
"Ceroboh" ucap Julian kemudian berlalu pergi bersama Luna meningglkan Anna sendiri dirumah itu tanpa siapapun karena semua pelayan tengah berbelanja bersama sopir.
Setelah kepergian Luna dan Julian beberapa waktu lalu Anna dikamarnya tiba-tiba mengalami keram diperutnya. Anna menangis sambil menyeret tubuhnya untuk meraih ponselnya untuk menghubungi Julian tapi ia begitu kesusahan.
Anna mengatur nafasnya, keringat membanjiri tubuhnya menahan rasa sesak dan sakit diseluruh tubuhnya. Annaberhasil menyeret tubuhnya dan meraih ponsel itu lalu menghubungi Julian.
.
.
.
Sementara itu dirumah sakit Luna masih menenangkan Jayandra yang kembali menangis setelah tenang beberapa saat. Luna dibuat tambah panik saat merasakan suhu tubuh Jayandra meningkat. Dengan cepat Julian pergi menuju dokter untuk segera menangani Jayandra.
"Jayandra tolong jangan buat mama panik. Maaf membuatmu merasakan sakit ini" Luna terus berucap demikian sambil mengelus kepala Jayandra.
Perhatian Luna teralih pada ponsel Julian yang disampingnya terus berbunyi. Luna melihat nama Anna disana, Luna bingung apakah menerima panggilan itu atau tidak sementara dirinya masih sangat marah pada Anna. Baru saja keduanya tadi berbaikan.
"Biarkan saja Julian yang mengangkatnya. Nanti akan ku beri tahu Julian setelah dia menemui dokter" gumam Luna. Sejujurnya Luna juga memikirkan Anna takut terjadi sesuatu padanya
"Dimana Julian kenapa dia sangat lama" gumam Luna masih menenangkan Jayandra bersamaan dengan panggilan dari Anna berhenti diponsel Julian.
...
.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNA&ANNA
RomancePerasaan itu tidak akan pernah sama selamanya. Kadang-kadang apa yang terjadi sangat sulit dikendalikan dan tidak selalu sesuai rencana.