5. Ada apa dengan Julian

312 35 7
                                    


Luna membangunkan Julian yang masih terlelap setelah keduanya kelelahan bermain dipantai seharian penuh. Keduanya benar-benar menikmati liburan mereka.

"Mas bangun, ayo bersiap-siap kita harus makan malam dan harus menuju bandara kan setelahnya"

Julian membalik tubuhnya dan menarik Luna dalam pelukannya. "Sebentar Luna, aku masih sangat lelah".

"Mas kau harus bersiap sekarang, kalau tidak Ibu akan marah jika kita tidak segera pulang. Ibu bilang dia merindukan mu"

Julian mendengus dan beranjak dari kamar menuju kamar mandi. Julian memandangi wajahnya dicermin dan pikirannya kembali buruk saat tadi siang menerima panggilan dari sahabatnya Rati bahwa Anna kemungkinan mengandung anaknya. Saat ini bahkan Anna sedang demam layaknya gejala ibu hamil.

Julian mengambil ponselnya yang sempat ia bawa tanpa diketahui oleh Luna.

"Halo Rati, kau dimana sekarang?''

"Aku dirumah Anna. Suhu tubuhnya tidak kunjung turun. Ada apa?"

"Sebelum semuanya pasti, bisa kau rahasiakan ini dari Luna?  Maksudku aku tidak ingin Luna tahu bahwa Anna mengandung nantinya"

"Apa maksudmu Julian? Luna akan bahagia jika mengetahui Anna mengandung, itu keinginannya. Kau tidak bermaksud melakukan hal  buruk pada Anna kan?''

"Aku sudah memutuskan bahwa dihari persalinan Luna dihadapan keluarga, aku akan mengadopsi bayi dipanti. Jadi aku tidak memerlukan bayi itu"

"Kau gila Julian? jika Anna mengandung maka bayi itu adalah anakmu"

"Rati ku mohon. Lagipula aku tidak akan menelantarkan mereka begitu saja, aku akan membiayai anak itu. Katakan pada Luna bahwa Anna tidak mengandung anakku".

Julian mematikan sambungan telpon itu sepihak. Dengan cepat Julian menggguyur kepalanya dengan air dingin. Tidak pernah terpikirkan oleh Julian bahwa kehidupannya begitu sulit untuk ditafsirkan.

.

.

.

"Dokter ada apa? kau terlihat marah"

Rati menatap Anna yang duduk didepannya dengan segelas air ditangannya.

"Aku baru saja menerima panggilan dari Julian" Rati menatap Anna kemudian pandangan turun pada perut rata Anna.

"Apa yang dikatakan mas Julian sampai dokter terlihat marah"

"Tidak, bukan Julian yang membuatku marah. Ada hal lainnya, Anna Julian berpesan bahwa dia ingin kau segera sembuh dan merawat bayinya dengan baik. Selama kau mngandung, Julian ataupun Luna mungkin tidak akan menemuimu, Julian menyerahkan tanggungjawabnya padaku"

Rati berbohong besar tapi ia terpaksa. Julian bahkan tidak menginginkan anak dalam kandungan Anna.

"Benarkah dokter? tidak masalah jika mas Julian tidak menemuiku begitupun Luna. Aku mengerti. Akhirnya setelah seminggu mereka menghubungi kita, aku sedikti lega dokter, tapi dipikiran ku mas Julian sangat marah sampai-sampai tidak ingin mengakui anak ini nantinya"

Dokter Rati memejamkan matanya karena apa yang ditakutkan oleh Anna sudah terjadi. 

"Anna maafkan aku. Aku terpaksa berbohong, ini demi kebaikanmu dan calon bayi mu karena aku sangat yakin bahwa kau tengah mengandung jika dilihat dari gejalanya" Ucap Rati dalam hatinya dengan sedih.

"Anna dengarkan aku, sebaiknya kau gunakan testpack ini dan kita lihat hasilnya positif atau negatif"

Anna menarik nafasnya dalam. Entah mengapa ia merasa tidak senang dan takut kehidupannya akan berjalan tidak mudah.

Anna kemudian meraih testpack itu dan pergi menuju kamar mandi. Anna termnung melihat hasil testpack itu yang hasilnya positif. Perasaannya tidak senang tapi tidak juga sedih ataupun benci bahkan marah. 

Anna berjalan keluar menuju dokter Rati yang menunggunya.

"Dokter hasilnya positif"

"Aku sudah menduganya Anna. Bagaimana perasaanmu?''

Mendengar itu Anna menghamipir dokter Rati dan memeluknya membagikan perasaannya yang tidak pasti.

"Aku tidak tahu bagaimana perasaanku dokter. Setelah ini aku hanya ingin semuanya berjalan dengan baik".

"Anna dengarkan aku, aku akan membuat jadwal khusus untukmu melakukan pemeriksaan. Eummm Anna bisa aku meminta sesuatu padamu? ini juga permintaan Julian sebenarnya"

"Apa dokter"

"Julian berencana ingin membuat kejutan untuk Luna. Jadi Julian meminta padamu dan aku untuk membantunya. Julian ingin kita meenyembunyikan kandunganmu dari Luna, jadi kau harus menyembunyikan kandunganmu. Luna boleh mengetahui kandunganmu dihari lahiran".

Rati menelan ludahnya kasar karena sudah membuat skenario yang tidak pernah terpikirkan olehnya.

"Benarkah seperti itu? Baiklah aku akan membantunya".

.

.

.

Disisi lain setelah hampir satu bulan ini Luna merasa sedih karena tidak bisa menemukan keberadaan Anna bahkan dikantor mertuanya Anna sudah berhenti kerja. 

"Luna ada apa?'' Luna membalik tubuhnya dan mendapati Julian baru saja tiba dari kantornya.

"Aku masih bertanya-tanya dimana sebenarnya Anna. Aku sudah ke panti kemarin tapi Anna tidak ada disana, di mana pun Anna tidak ada. Aku hanya ingin tahu apakah dia berhasil mengandung atau tidak. Bagaimana jika dia mengandung dan tidak ingin memberikan bayi itu pada kita Julian. Bagaimana kita akan menghadapi ibu?lalu bagaimana dengan pernikahan kita? aku tidak ingin pisah, aku tidak ingin kehilanganmu Julian"

"Luna jangan cemaskan itu. Kau hanya perlu berpikir agar sandiwara kandungan mu tidak diketahui oleh orang lain terutama Ibu. Untuk bayi itu kita tidak bisa mengharapkan Anna, karena bisa saja dia tidak mengandung. Aku sudah mengatakan padamu dihari persalinanmu aku akan membawa bayi dari panti itu. Jadi kau tenanglah oke?''

Luna memeluk Julian dan berterima kasih padanya.

"Julian terimakasih kau selalu memilihku dan mengutamakan aku. Aku idak peduli dengan hal lainnya di dunia ini selain dirimu Julian. Kau adalah duniaku"

Julian melepaskan pelukan mereka dan menyuruh Luna untuk menyiapkan makanan untuknya. Luna setuju dan meninggalkan kamar mereka untuk menyiapkan makanan Julian.

Setelah Luna pergi ke dapur Julian meraih ponselnya dan memanggil nomornya.

"Ada apa lagi Julian? rencanamu sudah berjalan dengan lancar. Anna baik-baik saja, aku benar-benar marah padamu. Jika Anna tahu rencana mu ini dia pasti akan sangat marah dan kecewa, Bukan hanya padamu tapi juga pada Luna. Persahabatan mereka dipertaruhkan karena ulahmu Julian".

"Rati ku lihat-lihat kau jadi lebih memihak Anna. Aku yang sahabatmu"

"Persetan dengan persahabatan kita Julian. Disini aku memposisikan diriku sesama wanita, Anna sangat dirugikan dalam hal ini. Jika ini masih berlanjut aku akan melakukan hal yang dapat merusak persahabatan kita Julian".

"Rati kau, apa maksudmu".

Julian melempar ponselnya setelah Rati mematikan panggilan itu sepihak. Dirinya bertanya-tanya mengapa Rati bertentangan dengan dirinya.

...








LUNA&ANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang