Pagi-pagi sekali Luna tengah disibukkan kegiatannya membuat sarapan yang cukup aneh untuk Julian. Aneh menurut Luna karena Julian ingin dibuatkan sarapan roti lapis isi coklat dengan taburan bubuk Paprika. Tidak lama kemudian Luna mendnegar langkah kaki mendekat padanya yang tidak lain ternyata adalah Ibu mertuanya.
"Luna untuk siapa ini?"
"Bu, itu untuk mas Julian. Aku tidak tahu hari ini selera makannya sangat aneh, mas Julian minta dibuatkan roti lapis isi coklat dengan taburan bubuk Paprika".
Luna mengerutkan alisnya melihat mertuanya tertawa cukup keras.
"Akhirnya aku tahu Luna mengapa kau tidak pernah terlihat menginginkan hal-hal aneh layaknya ibu hamil saat mengidam. Julian lah mengidam untukmu, anak ku yang malang".
Luna mengusap kepalanya bingung. Bagaimana bisa Julian mengidam untuknya sementara dirinya tidak hamil dan juga Julian serta dokter Rati mengatakan bahwa Anna tidak mengandung anak Julian. Tapi Luna tidak mengambil pusing hal itu, karena menurutnya itu juga hal biasa terjadi, Luna ingat Anna yang dulu juga memiliki selera makan yang aneh. Contohnya Anna suka mengambil ubi mentah yang ditanam ibu panti dihalaman belakang. Anna mengambil buah ubi itu dan memakannya layaknya memakan wortel mentah. Anna juga sering memakan coklat dan keju dengan saos tomat.
"Luna apakah rotinya sudah jadi?''
"Ini mas, makanlah"
Julian membawa dua roti itu ke meja makan dan duduk disamping Ibunya yang memakan buah.
"Bagaimana rasanya Julian, bukankah itu aneh"
Julian menatap Ibunya kemudian menggelang. "Ini sangat enak Bu".
"Aku senang melihatmu yang mengidam bukan Luna. Senang melihatmu tersiksa" Julian yang mendengar celetukan Ibunya tersedak.
Ia bertanya-tanya apakah ini efek dari Anna yang tengah mengandung makanya dirinya seperti sata ini.
"Mungkin saja. Tapi ini bukan berarti karena mengidam bu"
"Tentu saja itu karena anakmu yang menginginkannya"
Julian dan Luna saling bertatapan bingung untuk lari dari topik tersebut.
"Bu aku sudah selesai sarapan. Hari ini aku harus bertemu mitra perusahaan ku, sampai jumpa"
Julian memeluk Ibunya kemudian memeluk Luna.
.
.
.
Julian tengah berkutat depan komputernya dengan kacamata kerjanya yang bertengger dihidungnya.
"Pak permisi, ini tamu Pak Julian yang dari Singapur ingin mengadakan pertemuan direstorant milik Pak Markus".
Julian menganggukkan kepalanya dan meraih kunci mobilnya dengan kasar.
"Si Jeffri sialan".
Julian melajukan mobilnya membelah jalanan yang cukup macet karena jam makan siang diaman para pekerja keluar untuk sekedar mencari makanan ataupun minuman.
Setelah lima belas menit menempuh perjalanan Julian akhirnya sampai direstoran yang dimaksud. Julian tentunya tidak asing, dengan langkah ringan ia berjalan menuju ruang VIP.
"Bangsat lo Jeff, baru nongol lo di Indo udah bikin ulah pake pindah lokasi pertemuan segala lo".
"Sorry bro. Gue malas liat suasana kantor, disini kan enak tuh" Ucap Jeffri sahabat lama Julian sebelum pria dengan lesung pipi itu pindah ke Singapur delapan tahun yang lalu karena pendidikan dan berujung menetap disana. Tapi hari ini Jeffri kembali ke Indonesia dan menetap bersama Istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNA&ANNA
RomancePerasaan itu tidak akan pernah sama selamanya. Kadang-kadang apa yang terjadi sangat sulit dikendalikan dan tidak selalu sesuai rencana.