Chapter : 06

51 13 1
                                    

tw // mention of suicide

--------

"Ternyata Seungmin sama kayak kita," ujar Hyunjin.

"Ya iya lah, orang matanya sama-sama dua."

"Bukan wujudnya, anjing."

"Ew, kasar. Terus apanya?"

"Dia nggak bisa mati juga kayak kita. Jiwanya bakal pindah ke tubuh baru kalau tubuh lamanya mati di waktu yang sama dengan tubuh barunya yang mati mendahului takdir. Dan ini udah tubuhnya yang ke-sebelas."

"Berarti dia kayak kita, ya..? Tapi bedanya dia tubuhnya bisa mati, kalau kita nggak."

"Iya."

"Tapi kok bisa lo tiba-tiba tau soal itu?"

"Gue sengaja ngasih tau dia kalau gue umurnya jauh di atas dia. Ternyata dia bisa liat sisa waktu hidup orang-orang, dan dia bilang sisa waktu gue sama dia bukan angka, tapi kayak logo infinity. Tau kan, lo?"

"Anjir," gumam Jisung, "terus gimana?"

"Nggak gimana-gimana. Gue sama dia sepakat buat nyari tau soal kutukan ini bareng-bareng."

"Gimana kalau ternyata dia mati sebelum kalian nemu jawabannya?"

"Ya gue harus nyari dia lagi. Atau dia yang nyari gue, karena gue nggak tau dia bakal masuk ke tubuh siapa setelah mati nanti."

"Gue pikir secercah harapan ini akan mendekatkan pada jawaban. Ternyata mendekatkan pada masalah baru."

"Yang penting nemu temen senasib dulu."

"Terus lo berdua gimana?"

"Apanya gimana?"

"Itu.. Kan lo berdua pura-pura pacaran. Hubungan lo berdua ke depannya gimana?"

"Kalau orang tuanya mau kita nikah yaudah."

"Anjir.. Gue gak nyangka waktu seperti ini bakal dateng ke hidup lo," ujar Jisung terharu.

"Apa sih tolol," cercanya.

"Gue serius. Lo biasanya bahkan nolak tiap mau gue kenalin ke orang. Tapi mungkin Seungmin emang jodoh lo, makanya lo mau."

Hyunjin menendang Jisung hingga jatuh dari sofa. Buat yang lebih muda menatapnya kesal.

"APA SIH? KAN GUE CUMA MENYUARAKAN ISI PIKIRAN GUE," balasnya tak terima.

"Pikiran lo udah kayak author Sangkuriang yang dikata pake narkoba itu."

"Anjing," umpatnya.

"Lagian lo kenapa sih harus mengartikan semuanya ke arah percintaan? Kenapa lo nggak mikir kalau ini perjanjian bilateral?"

Jisung mendengus dan lantas duduk di ujung sofa yang jauh dari Hyunjin, "lo kalau chat sama Seungmin tuh suka senyum-senyum sendiri kayak orang gila."

"Gue ngetawain dia yang bilang keanehan gue ini keren."

"Emang kayaknya dia suka sama lo aja sih, makanya dibilang keren."

"Bisa jadi."

"Emang dia habis ngapain sampe lo setuju sama argumen gue?"

"Gue gak tau sih, mungkin ini perasaan gue doang. Tapi tata bahasa dia kemaren waktu ngomongin urusan pernikahan kayak emang dia yang mau nikah sama gue, bukan takut orang tuanya yang minta kita cepet-cepet nikah," jelasnya.

"Fix dia suka sama lo."

"Sok tau."

"Sekarang coba jawab. Lo ngobrol sama dia pake 'gue-lo' atau 'aku-kamu'?"

"Pake 'aku-kamu' soalnya takut ketauan kalo cuma pura-pura."

"Iya juga, ya.." gumamnya, "lo pernah liat dia salting, gak?"

"Nggak pernah. Mungkin pernah tapi gue nggak sadar, soalnya dia emang suka malu-malu gitu, kayak kucing."

Jisung menutup mulutnya dramatis, "gue gak nyangka lo bisa nganggep orang lucu."

"Apa sih aneh. Orang bilang kayak kucing, juga."

"Menurut lo, kucing lucu gak?"

"Ya lucu, lah?"

"Yaudah berarti secara nggak langsung lo nganggep Seungmin lucu!" balasnya bersikeras.

"Siapa yang bilang dia lucu, sih?!"

"Lo! Secara gak langsung!"

Hyunjin memijat keningnya dan bangkit, "capek gue ngomong sama lo."

"Harusnya gue yang bilang begitu."

Hyunjin mendengus lalu membuka kulkas dan mengambil sekaleng soda, "lo jadi deketin Jeongin?"

"Nggak,"

"Kenapa?" tanyanya membuka kaleng soda di tangan dan meminumnya.

"Cowoknya fragile kayak sunshine character. Gue takut dimusuhin,"

Hyunjin tertawa, "mungkin ini udah saatnya buat lo mati."

"Babi," umpat Jisung.

"Terus lo mau gimana?"

"Dia kalo diajak threesome mau gak, ya?"

"Coba aja tanya."

"Kok tumben lo dukung gue?"

"Gue gak mau debat sama lo. Capek."

Jisung terkekeh, "sorry, udah setelan pabrik."

- Brazil Ending -

Hyunjin sekarang sedang melukis di balkon kamarnya. Menghentikan waktu adalah salah satu kemampuan yang dimiliki olehnya, dan Hyunjin memanfaatkan hal itu untuk melukis pemandangan di sekitarnya secara langsung.

Hyunjin tersenyum kecil. Lukisan ini adalah lukisan ke-sekian yang dia buat dan jual pada kolektor. Ada banyak kolektor yang menunggu lukisannya, dan Hyunjin hanya bisa berkata pada mereka untuk menunggu, karena Hyunjin pun tidak melukis setiap hari.

Klek..

"Berapa lama lagi lo mau ngelukis?" tanya Jisung.

"Bentar lagi kelar. Kenapa emang?"

"Gue laper. Mau beli makan tapi nggak ada yang bisa gerak selain kita."

Hyunjin mendengus geli, "yaudah sana," balasnya menghentikan kekuatannya yang sejak tadi hentikan waktu.

"Mau nitip, gak?"

"Nggak, lo aja."

"Beneran?"

"Iya."

"Beneran gak nih?"

"Nanya sekali lagi gue lempar pake cat tembok."

"Hehe.. Yaudah gue berangkat. Kalo mau nitip chat aja."

"Iya udah sana," usir Hyunjin.

Hyunjin menghela napas tepat saat Jisung melangkah keluar dari kamarnya. Dia tau temannya itu cuma merasa khawatir, tapi Hyunjin tidak ingin terlalu bergantung padanya.

"Semoga lo bisa cepet-cepet mati.. Gue tau lo sebenernya takut ngeliat gue bunuh diri terus.." gumamnya.

-

To Be Continued

[Friday, September 06 2024]

Brazil Ending • Seungjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang