Chapter : 15

44 12 0
                                    

"Sejak kapan kamu suka sama aku?"

Pertanyaan itu terus terputar di otak Hyunjin. Pertanyaan sederhana soal perasaannya yang tak pernah bisa ia jawab. Kekosongan langsung mengisi otaknya kala Seungmin selesai ucapkan pertanyaannya. Dan Hyunjin tak ingat apapun setelahnya, karena hal yang terakhir ia ingat adalah wajahnya terasa sangat panas saat itu.

Klek..

"Woi ada Seungmin," ucap Jisung setelah membuka pintu kamar Hyunjin.

"Hah? Ngapain?"

"Gak tau lah, kan lu cowoknya? Kok tanya gue?"

Ah, sial. Entah mengapa pertanyaan retoris itu membuat wajahnya terasa panas.

"Anjir lu salting..?" tanya Jisung tak percaya saat ia melihat wajah Hyunjin.

"Gak," balasnya singkat sebelum tinggalkan Jisung di kamarnya.

"Wah, terima kasih, Tuhan. Akhirnya Hyunjin bisa suka sama orang.." ucap Jisung sebelum keluar dari kamar Hyunjin.

Jisung bersumpah demi nama Tuhan. Hyunjin yang malu-malu saat bicara dengan seseorang adalah hal yang baru untuknya. Selama tinggal bersama Hyunjin, Jisung tak pernah melihat telinga laki-laki itu memerah karena malu. Dan Jisung bahkan tak pernah menyangka kalau dia akhirnya akan melihat Hyunjin bersikap seperti manusia pada umumnya.

"Tuhan, kalau Hyunjin beneran suka sama Seungmin, tolong jangan dipisahin dulu.." ucapnya pelan.

Jisung kemudian berjalan mendekat dan dudukkan dirinya di sofa lain. Mengambil satu buah toples di atas meja dan memakan isinya sambil memeluknya.

Itu cookies buatan Felix. Katanya sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantunya waktu itu.

"Berarti kira-kira bakal butuh persiapan berapa lama?" tanya Hyunjin.

"Mhm.. Mungkin sekitar satu sampai dua bulan?"

Hyunjin mengangguk, "terus kamu udah dapet tanggal cuti?"

"Nggak, aku mau resign aja."

"Loh, kenapa?"

"Capek kerja terus. Mau nyantai aja di rumah, guling-guling di kasur."

Hyunjin tertawa, "yaudah, tapi kalau bosen jangan ngeluh, ya?"

"Nggak dong. Kan aku bisa gangguin kamu."

"Kamu tuh.." balas Hyunjin tak habis pikir.

"Kalian mau nikah?" tanya Jisung.

Seungmin menoleh, "iya."

"Kapan?"

"Setelah persiapannya selesai."

"Privat atau publik?"

"Aku pengennya privat sih biar gak lama-lama. Tapi temen aku banyak, jadi gak mungkin bisa privat," keluhnya.

"Kayaknya kamu gak perlu ngundang mereka semua," balas Hyunjin.

"Terus gimana?"

"Just.. The closest one? Kayak Felix, Jeongin, or whoever you feel comfortable talking to."

Seungmin berpikir sejenak, "iya sih.. Tapi kalau yang deket-deket mah emang cuma mereka berdua.."

Hyunjin terkekeh, "tell them to bring plus one?"

"Felix paling sama kakaknya lagi. Kalau Jeongin.." Seungmin menggantung ucapannya.

"Gak. Gue bakal nolak kalau dia ngajak gue," tegas Jisung.

"Gaya lu nolak. Nanti abis dicium juga langsung nurut paling."

"Anjing lu," cerca Jisung.

Seungmin tertawa, "nggak apa-apa, aku gak masalah kalau kamu mau dateng sama Jeongin juga. Asal kalian gak keliatan akrab aja di depan Felix, soalnya kan Felix taunya kamu bantuin dia,"

"Iya," balas Jisung mengunyah cookies di dalam mulut, "justru aku takut kalau bakal ketemu Felix. Jadi kayaknya kalau ada Felix nanti aku kabur."

"Loh, kenapa?"

"Jeongin ngekor terus. Kemaren waktu lagi di sana aja aku cuma ngambil minum ke dapur diikutin sama dia."

"Jadi selingkuhan kok bangga," ucap Hyunjin.

"Anjing emang lu ya," balas Jisung mencerca.

"Aduh, kalian tuh," Seungmin memijat kepalanya, "tapi kayaknya Felix kalau liat Jeongin juga bakal langsung pergi sih, jadi mungkin kamu gak perlu khawatir soal itu," lanjutnya.

"Justru itu. Dia kan dateng sama kakaknya, jadi pasti kak Chan bakal musuhan sama Jeongin. Dan aku, sebagai seseorang yang pernah minum bareng dia di bar dan jadi penyelamat adeknya, pasti bakal terjebak di situasi itu."

"Udah lah gak usah dateng lu," balas Hyunjin.

Jisung mendengus, "coba aja kalau gue bisa jadi invisible."

"Cobain aja, siapa tau bisa."

"Gak deh. Nanti gue jadi hantu."

"Suka-suka lu aja dah."

"Eh iya. Kalian nikah nanti kira-kira tanggal berapa?" tanya Jisung penasaran.

"Habis Seungmin resign."

"Iya juga sih. Hidup sama Hyunjin mah enak, kayak dukun. Bisa ngegandain uang," gumam Jisung.

Seungmin terkekeh, "kalau kamu bisa, gak?"

"Gak bisa. Belum belajar."

"Emang harus belajar dulu?"

"Kalau aku iya, kalau dia gak tau. Tiba-tiba aja waktu itu dompetnya yang kosong jadi penuh duit."

"Mungkin karena faktor usia juga kali, ya..?"

"Mungkin," balas Jisung menyetujui.

- Brazil Ending -

"Lo serius sama Seungmin?" tanya Jisung pada Hyunjin yang saat ini sedang melukis.

"Iya mungkin."

"Kok mungkin? Perasaan lo ke dia gimana?"

"Gak tau gue juga."

"Hyun, gue gak masalah kalau lo emang mau serius sama dia. It's okay. Lo udah melalui jalan yang panjang dan berat selama ini. Jadi kalau emang bareng sama Seungmin bisa bikin lo bahagia, go ahead. You can stay with him," ucapnya serius.

"Lo kalo ngomong gitu kayak orang bener."

"Gue serius."

"Sama."

Jisung menghela napas, "gue tau lo suka sama Seungmin."

"Emang iya?"

"Iya."

"Kesimpulan dari mana?"

"Isi chat lo sama Seungmin."

Hyunjin menoleh cepat, "lo ngebaca chat gue sama Seungmin?" sinisnya.

"Seungmin yang nunjukin," balasnya mengejek.

Hyunjin mendengus, "kirain."

"Biasanya HP lo gue reset juga santai aja dah. Emang jatuh cinta bisa bikin seseorang jadi protektif ya."

"Gue tonjok lu."

"Tonjok lah, gue aduin Seungmin nanti."

Hyunjin memutar matanya dan lanjut melukis. Lebih baik dia mengabaikan Jisung. Karena kalau dia lanjut meladeni ucapannya, lukisan Hyunjin tak akan pernah selesai.

-

To Be Continued

[Sunday, September 15 2024]

Brazil Ending • Seungjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang