Chapter : 19

49 12 3
                                    

tw // mention of suicide
cw // kiss

--------

Hyunjin membuka matanya perlahan-lahan. Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya terasa sakit. Hyunjin yakin dia tidak mati kali ini, sebab rasanya berbeda dengan kebangkitannya saat ia bunuh diri pada hari ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu.

"Hyunjin! Thank, God, akhirnya kamu bangun!" ucap sebuah suara yang sangat Hyunjin kenali.

Itu adalah Seungmin.

Hyunjin mencoba untuk bangkit, namun dia tak bisa melakukannya. Tubuhnya terasa begitu sakit, sehingga Hyunjin memutuskan untuk tetap berbaring di kasur.

"Hyunjin, kamu sekarang ada di rumah sakit. Kalau kamu gak inget, kamu habis ketabrak mobil kemaren.." ucapnya.

Hyunjin menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya. Dia ingin bicara, namun suara yang ia keluarkan tidak sekeras biasanya.

"Kenapa?" tanya Seungmin.

Hyunjin menggeleng pelan.

"Yaudah aku panggil dokter dulu ya."

Hyunjin mengangguk.

Seungmin kemudian beranjak dari ruangan tempat Hyunjin berada untuk memanggil dokter. Tinggalkan Hyunjin sendirian yang saat ini sedang mencoba untuk menggunakan kekuatannya. Mencoba untuk menghentikan waktu selama beberapa saat dan kembali menjalankan waktu.

"Kok waktu itu nggak bisa, ya..?" gumamnya.

Klek..

Seungmin kembali bersama dengan seorang dokter. Menunggu dokter itu mengecek kondisi Hyunjin dan kemudian mengucapkan terima kasih setelah mendengar penjelasan yang diberikan.

"Udah berapa hari?" tanya Hyunjin berbisik.

"Dua hari," jawab Seungmin mendudukkan diri di tepi kasur Hyunjin, "kamu nggak apa-apa?"

"Sakit dikit."

Seungmin tersenyum, "cepet sembuh, Hyunjin.."

"Makasih."

"Oh iya, aku kabarin Jisung dulu."

"Dia tau?"

"Tau, dong. Nggak mungkin dia gak tau," kekehnya.

"Nangis?"

"Iya. Sampe harus ditenangin Jeongin."

"Oh.."

Seungmin tersenyum, "cepet sembuh ya, biar bisa cepet pulang."

"Iya.."

Seungmin mengirimkan pesan pada Jisung tentang keadaan Hyunjin saat ini. Tertawa kecil saat ia membaca pesan balasan Jisung yang kemudian sampai di ruang perawatan Hyunjin sepuluh menit kemudian bersama dengan Jeongin. Sepertinya Jeongin terus berada di samping Jisung karena temannya itu terus menangis.

"Anjing, sumpah, gua kira lu bakal mati," ucap Jisung saat ia bertatapan dengan Hyunjin.

"Goblok," balas Hyunjin mencerca.

Jisung mendengus, "lo gak bisa langsung sembuh aja gitu?"

"Gak bisa lah. Aneh lo."

"Siapa tau bisa kayak waktu abis lompat kemaren."

"Emang kemaren langsung sembuh?"

"Iya. Tiap satu jam setelah percobaan, lo langsung sembuh lagi."

"Jisung, kamu gak lupa kan kalau kamu dateng sama Jeongin?" kekeh Seungmin.

Jisung menatap Jeongin sekilas, "alah dia doang mah gampang, bisa dihapus ingatannya."

"Loh, kamu bisa yang begitu?"

"Bisa."

Jeongin mengangkat sebelah alisnya, "lo dukun?"

"Bukan," balasnya, "lu diem dulu sampe gue selesai ngobrol."

"Yaudah."

"Oh iya, waktu itu lo bilang ada cara biar kita bisa mati. Itu gimana?"

Seungmin melirik Hyunjin. Dia juga ingin tau apakah Hyunjin akan mengatakan hal itu pada Jisung. Namun Hyunjin justru membalas tatapannya dan memberi kode padanya untuk mengatakan hal itu pada Jisung.

"Aku?" tanyanya.

"Iya."

"Jadi.. Untuk bisa mati, kita harus punya keinginan untuk hidup," ucap Seungmin.

Jisung diam sejenak, "pantes dia gak mati-mati."

"Iya.."

"Tapi kamu kan waktu pertama kali itu..? Emang kamu udah gak pengen hidup lagi?"

"Oh, kehidupan pertamaku jadi anak panti asuhan. Terus yang kedua jadi korban kekerasan orang tua. Kehidupan yang ketiga.. Udah lumayan enak sih, tapi aku udah gak punya semangat hidup lagi, jadi aku juga gak mati-mati."

"Ini kehidupan kamu yang ke berapa?"

"Sebelas."

"HAH?"

"Beneran. Ini yang ke sebelas."

"Wah, gila, kamu hebat banget bisa tahan pindah tubuh terus.."

"Dikuat-kuatin aja ini mah," kekehnya.

"Eh tapi.. Ini kan Hyunjin gak mati, berarti dia belum punya alasan untuk hidup, ya?"

"Iya."

"GWS deh Hyun. Semoga lo cepet sadar kalau dunia itu indah."

"Alah, lu juga kaga mati-mati dari kemaren," balas Hyunjin.

Jisung balas menatapnya sinis, "nanti lo kesepian kalau gue pergi."

"Najis," cercanya.

"Yaudah lah gue cabut ya."

"Ya. Jangan lupa dihapus itu ingatannya," balas Hyunjin.

"Oh iya."

Jisung lantas beralih menatap Jeongin tepat di mata. Buat yang lebih muda balas menatapnya bingung dan kemudian membulatkan matanya saat Jisung menarik lehernya mendekat. Mencium bibirnya lembut dan mengakhirinya dengan satu gigitan pelan.

"Dah," ucap Jisung.

"Menggelikan banget," komentar Hyunjin.

Jisung membalasnya dengan sebuah flying kiss, "dadah, gue cabut dulu," balasnya sambil menarik tangan Jeongin yang tampak masih kebungungan keluar dari ruangan.

"Itu emang kalau mau ngapus ingatan harus ciuman..?" tanya Seungmin.

"Nggak. Sentuhan fisik aja cukup. Emang nyari kesempatan aja dia," dengusnya.

-

To Be Continued

[Thursday, September 19 2024]

Brazil Ending • Seungjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang