"Konser Ditunda!"

172 12 2
                                        

Pagi hari di kota itu tiba dengan suasana yang jauh dari normal. Di luar jendela hotel, jalan-jalan yang biasanya sibuk sekarang benar-benar sunyi, kecuali beberapa kendaraan militer yang melintas. Seventeen sudah siap-siap menuju venue konser ketika manajer mereka, Hyun, masuk dengan wajah serius.

"Kita punya masalah besar," katanya, menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Konsernya ditunda sampai pemberitahuan lebih lanjut."

"Apa?! Ditunda?" Seungkwan hampir melompat dari tempat duduknya, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Tapi penggemar sudah menunggu, tiket sudah habis terjual!"

"Tenang dulu, Seungkwan," kata Seungcheol, mencoba meredam kegelisahan yang mulai muncul. "Ada alasan jelas kenapa ditunda, bukan?"

Hyun mengangguk. "Ya, situasinya lebih serius dari yang kita kira. Ada wabah aneh yang menyebar di kota ini. Pemerintah sedang mengisolasi kota, dan mereka menutup semua acara besar, termasuk konser kita."

"Kau serius?" tanya Mingyu, suaranya terdengar gugup. "Wabah seperti apa ini?"

Hyun menggaruk kepalanya, tidak yakin bagaimana menjelaskan hal ini. "Mereka belum memberitahu secara rinci, tapi ada banyak laporan tentang orang-orang yang... berubah. Mereka menyerang siapa saja yang mereka temui. Semacam... zombie."

Kata "zombie" menggantung di udara seperti awan gelap yang tiba-tiba muncul. Tak ada yang berbicara selama beberapa saat, hingga akhirnya Hoshi memecah keheningan.

"Zombie? Ini pasti lelucon, kan? Maksudku, zombie hanya ada di film."

Wonwoo segera mengambil ponselnya dan menunjukkan beberapa artikel yang sudah dia baca tadi malam. "Ini bukan lelucon. Lihat, ada laporan dari kota-kota lain yang sudah mengalaminya duluan. Mereka bilang wabah ini menyebar cepat, dan orang-orang yang terkena menjadi tidak terkendali, seperti makhluk haus darah."

Semua anggota Seventeen menatap layar ponsel Wonwoo dengan perasaan tak percaya. Meski mereka sering menonton film zombie atau bermain video game bertema serupa, kini kenyataan di depan mata mereka terasa jauh lebih menakutkan.

"Jadi... sekarang kita ada di tengah-tengah wabah zombie?" bisik Dino, wajahnya pucat.

"Kelihatannya begitu," kata Seungcheol. "Dan itu artinya, kita harus segera mengambil tindakan."

"Dan tindakan apa yang harus kita ambil? Melawan zombie dengan lightstick Seventeen?" Seungkwan mencoba melontarkan lelucon, tetapi suaranya terdengar tegang.

"Kita tidak bisa panik," jawab Jeonghan. "Pertama, kita harus pastikan bahwa kita aman di sini. Lalu, kita butuh rencana untuk keluar dari kota ini secepat mungkin."

"Aku setuju," Woozi mengangguk. "Tapi jika kota ini sudah dikarantina, bagaimana kita bisa kabur?"

Joshua tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Kita mungkin harus bertahan dulu di hotel ini sampai kita punya rencana yang lebih jelas. Kita harus cari cara agar bisa bertahan untuk sementara waktu."

Mereka semua terdiam, memikirkan situasi yang sulit ini. Di luar, mereka bisa mendengar sirine jauh di kejauhan, pertanda bahwa kekacauan sedang terjadi di luar sana. Konser yang awalnya menjadi fokus utama mereka sekarang terasa sangat kecil dibandingkan dengan apa yang sedang terjadi.

"Ayo kita kumpulkan semua yang kita punya," kata Seungcheol akhirnya. "Kita butuh persediaan makanan, air, dan apapun yang bisa kita gunakan untuk melindungi diri. Kita harus bertahan di sini setidaknya sampai kita tahu apa yang sedang terjadi di luar."

Seventeen segera bergerak. Mingyu, Joshua, dan Woozi bertugas mengumpulkan makanan dari minibar di kamar-kamar mereka. Meskipun tidak banyak, setidaknya mereka memiliki beberapa botol air, camilan, dan makanan ringan yang bisa bertahan beberapa hari.

Wonwoo dan Vernon berusaha mencari cara untuk tetap terhubung dengan dunia luar. Mereka mencoba mengakses internet, tetapi sebagian besar jaringan sudah mati atau diakses dengan sangat terbatas. Hanya beberapa artikel berita yang bisa mereka baca sebelum sambungan terputus total.

Sementara itu, Hoshi dan Dino mencoba menjaga suasana tetap ringan dengan latihan koreografi spontan. Mereka membuat semua anggota tertawa meski situasi sedang genting. Tawa itu memberi mereka sedikit kelegaan di tengah tekanan.

Namun, di tengah-tengah kekacauan ringan itu, tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari luar pintu hotel. Semua orang berhenti bergerak. Suara itu terdengar seperti seseorang atau sesuatu yang membanting-banting pintu.

"Kalian dengar itu?" bisik Dokyeom, wajahnya penuh ketakutan.

"Aku dengar," jawab Minghao. "Apa itu... zombie?"

Seungcheol segera memberi isyarat untuk tetap diam. Semua anggota Seventeen merapat, bergerak pelan menuju jendela untuk melihat apa yang terjadi di luar.

Apa yang mereka lihat membuat darah mereka membeku.

Di luar pintu hotel, mereka melihat sekelompok orang yang berjalan dengan langkah terseok-seok. Tubuh mereka tampak kaku, dengan wajah pucat dan penuh luka. Mereka tidak terlihat seperti manusia normal lagi. Beberapa dari mereka mengerang pelan, sementara yang lain menyeret kaki mereka di sepanjang jalan, seolah mencari sesuatu... atau seseorang.

"Zombie..." bisik Seungkwan, suaranya hampir tak terdengar.

"Kita tidak bisa tetap di sini," kata Jeonghan dengan tegas. "Kalau mereka menemukan kita, kita akan terjebak."

"Apa kita bisa keluar lewat pintu belakang?" tanya Mingyu, suaranya bergetar.

Seungcheol berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Itu ide bagus. Tapi kita harus bergerak cepat dan hati-hati. Kita tidak tahu berapa banyak dari mereka di luar sana."

"Baik, ayo kita kumpulkan semuanya dan segera pergi," kata Jeonghan, suaranya mantap meski wajahnya menunjukkan kecemasan.

Dalam beberapa menit, mereka semua siap. Dengan bekal yang seadanya, mereka bergegas menuju pintu belakang hotel. Wonwoo yang memimpin, memastikan jalannya aman sebelum memberi isyarat kepada yang lain untuk mengikutinya.

Saat mereka keluar dari hotel dan masuk ke lorong belakang, mereka semua tahu satu hal pasti: ini bukan lagi soal tur atau konser. Ini tentang bertahan hidup. Dan perjalanan mereka baru saja dimulai.

_____

Survival GrooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang