Langkah kaki mereka bergema di sepanjang terowongan yang gelap dan sempit. Setelah berhasil mengalahkan zombie Alpha, Seventeen dan Taejin terus bergerak, mencoba meninggalkan ancaman yang lebih besar, kelompok bersenjata yang semakin dekat di belakang mereka. Meskipun mereka berhasil bertahan sejauh ini, kelelahan mulai terasa di tubuh mereka. Tapi mereka tahu, tidak ada waktu untuk berhenti.
"Bagaimana bisa mereka masih mengejar kita?" tanya Joshua dengan suara terengah-engah. "Setelah semua yang terjadi, mereka masih ingin memburu kita?"
"Manusia bisa lebih buruk dari zombie kalau menyangkut soal kekuasaan," jawab Taejin singkat. "Mereka tidak peduli berapa banyak yang mati. Selama ada keuntungan, mereka akan terus datang."
"Ya, tapi bukannya mereka juga harusnya takut sama zombie mutan tadi?" gumam Jeonghan, sambil berusaha menjaga kecepatan. "Maksudku, kita hampir saja jadi snack mutan."
"Atau mungkin mereka pikir kita lebih menarik buat diburu daripada zombie," jawab Minghao dengan nada getir. "Siapa yang tahu pikiran orang-orang gila seperti itu."
Langkah kaki di belakang mereka semakin keras. Tak diragukan lagi, kelompok bersenjata itu sudah semakin dekat. Taejin menghentikan mereka sejenak, memberi isyarat agar mereka semua bersembunyi di balik tumpukan beton yang runtuh di sisi terowongan.
"Kita gak bisa terus lari," bisik Taejin. "Kalau mereka melihat kita, kita akan terjebak. Kita harus melawan balik."
"Serius? Kita melawan mereka lagi?" bisik Seungkwan, kali ini tanpa sarkasme. Ketakutan nyata terlihat di wajahnya, meskipun ia berusaha tetap tenang. "Setelah zombie-zombie tadi, aku kira kita bisa sedikit istirahat."
"Belum waktunya istirahat," kata Seungcheol dengan tegas, matanya memandang tajam ke arah langkah-langkah mendekat. "Tapi Taejin benar. Kita harus hadapi mereka sebelum mereka menangkap kita."
Mingyu mengangguk, meraih tongkat besinya yang masih tergores darah zombie Alpha. "Baiklah, kalau ini harus dilakukan, kita buat serangan yang cepat."
Joshua memeriksa senjata yang mereka ambil dari kelompok bersenjata sebelumnya. "Senjata ini masih ada pelurunya, tapi gak cukup banyak. Kita harus menggunakannya dengan cerdas."
Langkah kaki semakin dekat. Kelompok bersenjata mulai memasuki terowongan tempat mereka bersembunyi. Mereka bergerak dengan hati-hati, senjata terangkat, siap untuk menembak.
"Tunggu sinyalku," bisik Taejin sambil mengarahkan senjatanya ke kepala pria bersenjata yang berada paling depan.
Satu detik terasa seperti satu menit. Ketegangan makin tebal. Semua orang menahan napas, menunggu momen yang tepat untuk menyerang.
"Sekarang!" seru Taejin.
Mereka semua bergerak serentak. Taejin melepaskan tembakan pertama, tepat mengenai pria bersenjata yang terdekat. Mingyu langsung maju dengan kekuatan penuh, menghantamkan tongkat besinya ke salah satu anggota kelompok itu, menjatuhkan senjata dari tangan lawan.
Seungcheol dan Joshua segera bergabung, dengan gerakan cepat mereka menghalau beberapa pria bersenjata lainnya yang mencoba menyerang balik. Namun, kelompok bersenjata itu jelas tidak akan menyerah dengan mudah. Tembakan-tembakan berderak keras di sepanjang terowongan, memantul di dinding dan lantai beton.
"Sial, mereka masih banyak!" seru Dokyeom, yang hampir terkena peluru yang memantul.
Woozi yang bersembunyi di balik puing-puing, memeriksa situasi. "Kita harus menutup akses mereka. Kalau tidak, kita akan terus dikejar sampai mati."
"Kalau kita bisa menjatuhkan dinding beton itu," kata Minghao, sambil menunjuk ke sebuah dinding yang terlihat rapuh. "Kita bisa memotong jalan mereka."

KAMU SEDANG MEMBACA
Survival Groove
FanfictionSaat wabah zombie menyerang di tengah tur dunia, Seventeen harus bertarung untuk bertahan hidup. Dengan dunia yang berubah menjadi mimpi buruk, bisakah mereka menghadapi monster terbesar dan keluar hidup-hidup?