"Dunia yang Berubah"

43 4 0
                                    

Mereka semua duduk di dalam pos evakuasi, kelelahan setelah pertempuran panjang. Udara di dalam pos terasa sedikit lebih sejuk, tapi keheningan yang menggantung di udara justru membuat mereka semua merasa bahwa sesuatu yang lebih besar masih menunggu.

Seungcheol menatap ke luar jendela kecil di dinding beton pos itu, melihat kota yang sudah hampir hancur. Di kejauhan, puing-puing gedung pencakar langit yang mereka hancurkan masih terbakar, dan sisa-sisa zombie terlihat berkeliaran tanpa arah di jalanan yang sepi. Meskipun mereka sudah berhasil keluar dari kota ini, perasaan lega yang seharusnya mereka rasakan justru terhalang oleh kekhawatiran yang masih menghantui.

"Kita benar-benar berhasil keluar," kata Joshua dengan nada pelan, seperti belum sepenuhnya percaya. "Setelah semua yang kita lalui... kita benar-benar selamat."

"Ya," sambung Woozi, meskipun wajahnya masih tegang. "Tapi rasanya seperti ini belum sepenuhnya selesai."

Taejin, yang duduk di sudut ruangan dengan perban di bahunya, mengangguk. "Kalian benar. Kita berhasil menghancurkan pusat kendali mereka, tapi ini nggak berarti ancaman sudah hilang. Di luar sana, mungkin masih ada sisa-sisa dari eksperimen ini yang belum kita temukan."

"Kamu pikir masih ada zombie yang lebih kuat dari Zombie Alpha?" tanya Mingyu, yang kini bersandar di dinding dengan tatapan waspada.

"Semoga nggak," jawab Taejin. "Tapi kita nggak bisa menutup kemungkinan. Dunia di luar sana sudah berubah. Ini nggak lagi soal bertahan hidup dari zombie biasa. Sekarang, kita harus menghadapi mutasi yang jauh lebih berbahaya."

Jeonghan, yang biasanya selalu tenang, kini terlihat merenung. "Jadi kita nggak bisa kembali ke kehidupan normal begitu saja?"

"Kehidupan kita yang dulu mungkin sudah nggak ada," kata Taejin sambil menghela napas. "Kalian tahu, saat virus ini pertama kali menyebar, banyak yang mengira ini cuma wabah sementara. Tapi setelah melihat apa yang dilakukan di laboratorium itu, jelas bahwa virus ini sudah berevolusi lebih cepat dari yang kita perkirakan."

Seungkwan, yang duduk di sebelah Jeonghan, menundukkan kepalanya. "Apa kita benar-benar bisa menemukan tempat yang aman?"

"Kita harus terus bergerak," jawab Seungcheol tegas. "Kita nggak bisa terus-menerus hidup dalam ketakutan, tapi kita juga nggak bisa lengah. Kita harus siap menghadapi apa pun yang datang."

Mereka semua terdiam sejenak, merenungkan apa yang Seungcheol katakan. Meskipun mereka berhasil selamat dari kota ini, kenyataan bahwa dunia di luar sana masih berbahaya membuat suasana tetap tegang.

Tiba-tiba, suara statis terdengar dari radio di meja pos. Semua orang langsung menoleh, memperhatikan radio yang mulai mengeluarkan suara lemah, seolah-olah ada yang mencoba menghubungi mereka.

"Tolong... ini pos evakuasi 4. Kami... diserang... butuh bantuan... segera..." Suara itu terdengar terputus-putus, diikuti oleh suara erangan yang mengerikan.

Taejin segera melompat dari tempat duduknya, meskipun wajahnya menahan rasa sakit. "Itu dari pos evakuasi lain! Mereka sedang diserang."

"Kita harus bantu mereka," kata Dino dengan nada tegas. "Mereka pasti membutuhkan kita."

"Tunggu dulu," potong Woozi sambil memegang bahu Dino. "Kita bahkan nggak tahu kondisi kita sendiri sudah cukup kuat atau belum. Apa kita siap untuk bertarung lagi?"

"Kita nggak punya pilihan," jawab Taejin cepat. "Kalau mereka diserang oleh zombie mutan atau musuh lain, mereka mungkin nggak punya waktu lama. Kita harus bergerak sekarang."

Seungcheol berdiri dan menatap teman-temannya. "Ini keputusan yang berat. Tapi kalau kita bisa membantu orang lain keluar dari situasi ini, kita harus melakukannya."

Setelah beberapa saat ragu, semua orang mengangguk. Mereka tahu bahwa meskipun tubuh mereka kelelahan, hati mereka nggak bisa membiarkan orang lain terjebak dalam bahaya yang sama.

Dengan langkah cepat namun hati-hati, mereka semua mulai bergerak lagi keluar dari pos. Jalanan masih sunyi, tapi di kejauhan, suara erangan zombie terdengar samar. Seungcheol memimpin di depan, diikuti oleh Taejin dan yang lainnya.

Mingyu berjalan di samping Seungcheol, matanya tajam mengawasi setiap sudut jalan. "Kita harus lebih hati-hati kali ini. Siapa tahu apa yang menunggu kita di sana."

"Tentu," jawab Seungcheol sambil menggenggam tongkat besinya lebih erat. "Tapi kita sudah pernah menghadapi Zombie Alpha. Nggak ada yang lebih buruk dari itu, kan?"

"Semoga," gumam Hoshi dari belakang. "Tapi aku tetap nggak mau lengah."

Mereka terus bergerak melewati bangunan-bangunan yang hancur, menghindari jalan utama yang mungkin dipenuhi zombie. Setiap langkah terasa semakin berat, tetapi dorongan untuk membantu orang lain tetap membuat mereka terus maju.

Ketika mereka akhirnya mendekati pos evakuasi yang disebutkan di radio, suasana semakin mencekam. Di depan mereka, pos itu terlihat sudah rusak parah, dengan dinding-dinding yang hancur dan pintu-pintu yang terbuka lebar. Darah segar dan sisa pertempuran terlihat di sepanjang jalan.

"Ini buruk," kata Jeonghan dengan suara pelan, tatapannya penuh rasa takut. "Apa mereka sudah habis?"

"Kita harus masuk dan lihat sendiri," jawab Taejin tegas.

Dengan hati-hati, mereka mendekati pos evakuasi. Seungcheol memberi isyarat agar semua orang bersiap, sementara mereka mulai masuk ke dalam gedung yang rusak. Suasana di dalam sangat sepi, hanya suara langkah kaki mereka yang menggema di sepanjang lorong.

Namun, tiba-tiba suara keras terdengar dari belakang ruangan. Seungkwan langsung menoleh, matanya membesar. "Apa itu?"

Sebelum mereka bisa bereaksi lebih jauh, pintu besar di belakang mereka terbuka, dan dari balik bayangan, muncul sekelompok zombie mutan baru. Tubuh mereka lebih besar dan lebih kuat dari zombie biasa, dan gerakan mereka jauh lebih cepat.

"Tidak lagi," gumam Minghao, yang segera bersiap dengan senjatanya. "Kita baru saja selesai dengan satu mutasi, dan sekarang ada yang baru?"

"Siap-siap!" teriak Seungcheol. "Kita harus bertarung lagi!"

Pertempuran di dalam pos evakuasi dimulai dengan brutal. Zombie-zombie mutan itu menyerang dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Mingyu dan Seungcheol segera mengambil posisi di depan, menghadang serangan pertama. Hoshi dan Dino berlari ke samping, menyerang dari sudut lain, sementara Woozi dan Joshua melindungi bagian belakang.

"Makhluk ini lebih kuat dari yang sebelumnya!" seru Jeonghan sambil menghindari cakar salah satu zombie mutan.

Meskipun mereka sudah kelelahan, semangat bertahan hidup membuat mereka terus melawan. Setiap pukulan, tendangan, dan serangan terasa lebih berat, tapi mereka tahu bahwa mereka harus bertahan.

"Sedikit lagi!" teriak Taejin sambil menembak zombie yang mendekat. "Kita nggak boleh menyerah sekarang!"

Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, mereka berhasil mengalahkan zombie-zombie mutan itu satu per satu. Ruangan itu kini sunyi, hanya tersisa tubuh-tubuh tak bergerak dari zombie yang mereka kalahkan.

Mereka semua berdiri terengah-engah, tubuh mereka penuh luka dan keringat. Meskipun mereka berhasil mengalahkan zombie-zombie itu, jelas bahwa ancaman di luar sana masih belum hilang.

"Kita berhasil," kata Vernon sambil tersenyum kecil, meskipun rasa lelah jelas terlihat di wajahnya.

"Tapi... apa ini akhir dari semuanya?" tanya Seungkwan, matanya memandang jauh ke depan. "Atau ini baru permulaan dari ancaman yang lebih besar?"

Mereka semua terdiam sejenak, memikirkan apa yang mungkin akan datang selanjutnya. Meski mereka terus bertahan hidup, ancaman mutasi zombie terus berkembang.

Dan kali ini, mereka mungkin menghadapi musuh yang jauh lebih berbahaya dari sebelumnya.

_____

Survival GrooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang