"Gigit dan Lari"

28 3 0
                                    

Suara runtuhan terowongan menggema keras, membuat tanah di bawah mereka bergetar. Seungcheol berdiri dengan keringat menetes di dahinya, sementara di belakangnya Mingyu dan Joshua bersiap dengan senjata seadanya. Mereka tidak hanya menghadapi zombie mutan yang lebih cepat dan kuat, tapi juga kelompok bersenjata yang jelas-jelas tak punya niat baik.

"Ini seperti mimpi buruk yang tidak ada akhirnya," gumam Joshua. "Kenapa kita tidak sekalian aja buka kafe zombie di sini?"

Mingyu tersenyum getir. "Kalau mereka semua jadi pelanggan, kita bakal kehabisan otak sebelum hari pertama selesai."

Dino, yang selalu bisa mencairkan suasana, tertawa kecil. "Bisa juga kita buat paket spesial 'Gigit dan Lari'. Serius, kita bisa jadi kaya kalau selamat dari ini."

Seungcheol menatap mereka dengan setengah tak percaya. "Kalian serius masih bisa bercanda di saat seperti ini?"

"Ya!" balas Mingyu sambil memukul dinding terowongan dengan tongkat besinya. "Kalau enggak, aku pasti sudah kehilangan akal sekarang."

Tepat saat mereka bersiap untuk melanjutkan, suara langkah kaki berat terdengar dari lorong di depan. Seungcheol memberi isyarat agar yang lain berhenti sejenak, lalu melihat bayangan besar yang bergerak di kejauhan.

"Apa itu?" tanya Dino dengan nada waspada.

Muncul dari kegelapan, tiga zombie mutan yang jauh lebih besar dari yang sebelumnya mereka hadapi mendekat. Makhluk-makhluk itu menggeram dengan suara rendah dan gigi-gigi tajam yang berkilauan di bawah cahaya samar.

"Oh, sekarang kita disambut oleh Hulk versi zombie," kata Seungkwan yang baru saja bergabung setelah berhasil lolos dari jalur terowongan bersama Taejin.

Zombie-zombie itu mulai berlari ke arah mereka dengan kecepatan yang mengerikan. Erangan mereka semakin keras, langkah kaki mereka mengguncang lantai terowongan.

"Serang mereka!" seru Taejin, mengangkat senjatanya dan menembak ke arah zombie yang terdekat. Peluru menghantam tubuh makhluk itu, tetapi sepertinya tidak cukup untuk menjatuhkannya.

Mingyu segera maju, mengayunkan tongkat besinya dengan kuat. Dia menghantam kepala zombie yang paling depan, tapi tubuh besar makhluk itu hanya bergoyang sedikit sebelum kembali melangkah maju dengan ganas.

"Ini tidak akan mudah," kata Mingyu sambil melangkah mundur. "Zombie-zombie ini kayaknya ikut latihan beban. Mereka lebih kuat dari yang sebelumnya."

Dino, yang melihat celah di antara serangan zombie, melompat maju dan menusukkan senjatanya ke punggung salah satu makhluk. Zombie itu mengerang keras, tetapi tetap berdiri tegak. Dengan sekuat tenaga, Dino memutar senjatanya, berusaha melumpuhkan makhluk itu.

"Jangan khawatir, aku akan membuat kalian merasa 'sehat' dalam hitungan detik." kata Dino sambil menendang zombie itu menjauh.

Minghao, yang berada di sisi lain terowongan, bergerak cepat. Dengan gerakan yang gesit, dia melompat menghindari serangan zombie dan memukul lutut makhluk itu dengan tongkatnya, membuat zombie terjatuh. "Ini kayak pertarungan bos dalam game yang tidak pernah berakhir," katanya sambil tersenyum tipis. "Aku harap level berikutnya tak sesulit ini."

Dengan satu lompatan tinggi, Hoshi menghantam kepala zombie itu dengan tongkatnya. Makhluk itu terhuyung, namun tetap berusaha menyerangnya dengan cakar besar yang hampir mengenai Hoshi.
Tepat saat zombie itu bersiap menyerang lagi, Jun melompat dari belakang dan menghantam bagian punggung makhluk itu dengan tongkat besi.

Tawa kecil terdengar di antara jeritan dan tembakan, namun pertempuran belum usai. Zombie ketiga mendekat dengan langkah berat, namun Taejin kali ini sudah siap. Dia melemparkan granat kecil ke arah kaki makhluk itu, dan ledakan kecil terjadi tepat di depan zombie tersebut. Zombie itu terpental ke belakang dan menabrak dinding terowongan.

"Akhirnya, sesuatu yang berhasil!" kata Taejin dengan lega. "Tapi kita belum keluar dari masalah."

"Ayo kita habisi mereka sebelum ada yang lain datang!" seru Seungcheol sambil melompat maju, menghantam zombie yang tersisa dengan seluruh kekuatannya.

Mereka terus berjuang dengan segenap tenaga, dan setelah serangan terakhir dari Taejin dan Mingyu, zombie-zombie mutan itu akhirnya jatuh ke tanah, tak lagi bergerak.

Semua orang terengah-engah, kelelahan setelah pertempuran sengit itu. Mereka berdiri di tengah puing-puing terowongan, mencoba mengatur napas.

"Ini... benar-benar gila," kata Joshua sambil bersandar di dinding terowongan. "Berapa banyak lagi yang akan kita hadapi sebelum keluar dari sini?"

Seungcheol memandang ke arah yang lebih dalam dari terowongan, matanya dipenuhi keletihan dan kekhawatiran. "Aku gak tahu. Tapi satu hal yang pasti, kita harus keluar dari sini secepatnya."

Taejin menepuk bahu Seungcheol. "Kita hampir sampai. Terowongan ini harusnya mengarah ke luar kota. Kalau kita berhasil mencapai ujungnya, kita mungkin bisa selamat."

"Kita belum selamat," kata Mingyu dengan serius. "Selama ada zombie-zombie itu, kita tidak bisa lengah."

Woozi menatap ke arah tubuh zombie mutan yang sudah tergeletak di tanah. "Kalau mereka terus bermutasi seperti ini... kita mungkin harus bersiap menghadapi yang lebih buruk."

Semua orang terdiam sejenak, meresapi kata-kata Woozi. Ketegangan terasa semakin berat, meskipun mereka berhasil mengalahkan musuh di hadapan mereka. Perjalanan mereka belum selesai, dan ancaman yang lebih besar mungkin menunggu di ujung terowongan.

Seungcheol mengangguk pelan. "Kita lanjutkan perjalanan. Bersiaplah. Ini belum berakhir."

Mereka semua mulai berjalan lagi, melangkah maju ke dalam kegelapan yang lebih dalam, sementara suara langkah kaki dan napas mereka bergema di sepanjang dinding terowongan. Di dalam hati, mereka tahu bahwa pertempuran berikutnya akan lebih berat, tapi mereka tidak punya pilihan selain terus maju.

Namun, tiba-tiba suara gemerisik dari belakang mereka terdengar lagi. Kali ini, suara itu berbeda. Lebih berat, lebih menyeramkan. Ketika mereka menoleh, bayangan besar muncul dari dalam kegelapan, dan mereka tahu, bahwa ini bukan hanya zombie biasa. Kali ini, mereka mungkin menghadapi ancaman yang jauh lebih berbahaya.

_____

Survival GrooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang