Suara gemerisik dari belakang mereka semakin keras, dan bayangan besar yang muncul dari dalam kegelapan membuat setiap anggota Seventeen merinding. Mereka baru saja menyelesaikan pertempuran yang melelahkan, namun kini, ancaman lain tampak lebih besar dan jauh lebih berbahaya.
Seungcheol menoleh cepat, memberi isyarat kepada yang lain untuk tetap waspada. "Bersiap!"
Mingyu, yang masih memegang tongkat besinya, melangkah maju untuk mengambil posisi terdepan. "Tolong jangan bilang ini zombie mutan lagi," gumamnya dengan nada waspada, meskipun dia tahu harapannya tipis.
Taejin, yang berjalan di belakang mereka, menatap dengan wajah tegang. "Ini lebih besar. Mereka menyebutnya 'Alpha'. Zombie paling kuat yang pernah diidentifikasi. Ini bukan lagi sekadar mutan."
"Alpha?" gumam Joshua sambil memegang senjatanya lebih erat. "Kenapa setiap kali kita hampir selamat, selalu ada sesuatu yang lebih buruk muncul?"
Bayangan itu semakin mendekat, dan dalam beberapa detik, sosok besar itu muncul dengan langkah berat. Zombie Alpha itu jauh lebih besar dari zombie-zombie mutan yang mereka hadapi sebelumnya. Tubuhnya lebih berotot, dan gerakannya jauh lebih terkoordinasi. Mata merahnya bersinar tajam, menunjukkan bahwa makhluk ini bukan sekadar binatang liar, ia memiliki kecerdasan yang mengerikan.
"Tolong jangan bilang dia bisa berpikir," bisik Seungkwan dengan suara pelan, kali ini wajahnya benar-benar menunjukkan ketakutan.
Namun, sebelum mereka bisa bereaksi lebih jauh, Alpha itu mengeluarkan erangan keras dan langsung berlari ke arah mereka dengan kecepatan yang tidak terduga. Suara kakinya yang menghantam lantai terowongan terdengar seperti gempa kecil.
"Serang sekarang!" seru Taejin, langsung mengarahkan senjatanya ke arah kepala Alpha. Dia menembak berulang kali, namun peluru-peluru itu hanya sedikit menghentikan laju makhluk itu. Alpha terus bergerak maju, siap menerkam.
Seungcheol dan Mingyu segera maju dengan tongkat besi di tangan. Mereka tahu mereka harus menahan makhluk itu, meskipun kekuatan Alpha jauh melebihi mereka.
Seungcheol mengayunkan tongkatnya ke arah kaki Alpha, mencoba menjatuhkan keseimbangan makhluk itu, sementara Mingyu dengan kekuatan penuh memukul bagian perutnya. Namun, pukulan mereka hanya membuat Alpha mundur sedikit, seperti raksasa yang hanya terganggu oleh serangan kecil.
"Dia tidak goyah sama sekali!" seru Mingyu dengan frustrasi. "Ini benar-benar monster!"
Tiba-tiba, Alpha itu berbalik cepat, dengan cakar besar menghantam Mingyu. Tubuh Mingyu terlempar ke dinding terowongan dengan suara keras, membuat semua orang terdiam sesaat.
"Hyung!" teriak Dino, yang langsung bergerak untuk membantu.
Namun, sebelum Dino sempat mendekat, Alpha kembali menyerang, kali ini mencoba menangkap Seungcheol. Gerakan makhluk itu sangat cepat untuk ukuran tubuh sebesar itu. Seungcheol hanya punya beberapa detik untuk menghindar, dan cakar tajam Alpha nyaris mengenai wajahnya.
"Dia lebih cepat dari yang terlihat!" seru Seungcheol dengan napas terengah-engah."
Taejin yang masih menembak dari belakang akhirnya berhenti sejenak untuk mengganti magazin senjatanya. "Aku butuh waktu lebih lama untuk menembak titik lemah di kepalanya! Tapi kita harus menjebaknya dulu!"
Woozi yang berada di belakang dengan cepat merespon. "Kita bisa gunakan apa pun di terowongan ini. Ada banyak puing, kita bisa membuat dia terjebak."
"Bagus, ayo kita buat jebakan." balas Seungcheol cepat.
Dengan isyarat dari Seungcheol, Woozi, Hoshi, dan Dokyeom bergerak ke arah sisi terowongan, di mana terdapat tumpukan puing dan tiang-tiang beton yang sudah retak. Mereka segera mulai mendorong puing-puing itu untuk menciptakan penghalang.
Namun, Alpha tidak memberi mereka waktu. Dengan satu lompatan besar, makhluk itu berlari ke arah mereka, bersiap untuk menyerang lagi. Kali ini, dia berlari lurus ke arah Seungkwan, yang berdiri di tengah, terdiam karena ketakutan.
"Seungkwan, awas!" teriak Jun, berlari untuk menarik Seungkwan dari jalur Alpha. Mereka berhasil menghindar tepat waktu, tetapi Alpha kini semakin marah.
"Dia makin cepat kalau marah!" seru Vernon, yang mulai kehabisan napas. "Kita harus jebak dia sekarang atau kita habis!"
Akhirnya, Woozi dan Hoshi berhasil menggulingkan tiang beton besar tepat di jalur Alpha. Ketika makhluk itu berlari ke arah mereka lagi, tiang itu jatuh tepat di depannya, membuat langkah Alpha tersendat. Seungcheol dan Mingyu langsung memanfaatkan momen itu, menyerang makhluk itu dengan pukulan keras di bagian belakang kepalanya.
Namun, Alpha tidak sepenuhnya terjatuh. Meski terhalang, dia berhasil menghancurkan tiang beton dengan cakar besarnya dan kembali menyerang. Kali ini, sasarannya adalah Dino, yang berada terlalu dekat.
Dino menghindar dengan cepat, melompat ke samping, tapi cakaran Alpha masih mengenai lengannya. Darah mulai mengalir dari luka, tapi Dino tetap bertahan. "Kita harus habisi dia sekarang!" serunya, meskipun kesakitan.
"Tarik dia ke belakang!" perintah Seungcheol. "Taejin, kau sudah siap?"
Taejin yang sudah mengarahkan senjatanya dengan hati-hati, menembak tepat ke titik lemah di kepala Alpha. Peluru itu menembus kulit tebal makhluk itu dan akhirnya menghantam otaknya. Alpha terhuyung-huyung, mengeluarkan erangan terakhir sebelum jatuh ke tanah dengan suara dentuman keras.
Semua orang terdiam, mencoba menangkap napas. Tubuh besar Alpha tergeletak di depan mereka, tidak lagi bergerak. Setelah pertempuran yang begitu intens, mereka akhirnya bisa mengalahkan makhluk paling berbahaya yang pernah mereka hadapi.
Mingyu yang masih terengah-engah berjalan mendekat sambil mengusap keringat dari dahinya. "Oke, kalau ini bukan akhir dari mimpi buruk, aku nggak tahu lagi apa yang bisa lebih buruk dari ini."
Jeonghan, yang akhirnya bisa sedikit tersenyum, menambahkan, "Mungkin kita butuh istirahat sebentar sebelum ada lagi yang keluar dari kegelapan."
Namun, sebelum mereka bisa benar-benar merasakan lega, Taejin menoleh cepat, mendengarkan sesuatu yang lain dari dalam kegelapan. Suara langkah kaki. Tapi kali ini, bukan zombie.
"Kita punya masalah baru," kata Taejin dengan nada tegang. "Kelompok bersenjata itu masih ada di luar. Dan mereka pasti mendengar ledakan ini."
Seungcheol mengumpulkan energinya kembali. "Kita harus lanjut. Mereka mungkin lebih berbahaya dari zombie-zombie ini."
Semua anggota Seventeen menatap satu sama lain, mengumpulkan kekuatan terakhir mereka. Mereka tahu bahwa pertempuran mereka belum selesai. Meskipun Alpha telah dikalahkan, ancaman berikutnya mungkin bahkan lebih mematikan.
"Tidak ada waktu untuk istirahat," kata Woozi sambil mulai melangkah maju. "Kita harus terus maju. Kali ini, kita harus lebih siap."
Dan dengan tekad baru, mereka melanjutkan perjalanan mereka di bawah tanah, menuju ujung terowongan, berharap ini adalah langkah terakhir menuju keselamatan.
Namun, di balik kegelapan, bayangan baru mulai muncul. Dan kali ini, mereka harus menghadapi sesuatu yang bahkan lebih sulit, yakni manusia yang sudah kehilangan rasa kemanusiaannya.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
Survival Groove
FanficSaat wabah zombie menyerang di tengah tur dunia, Seventeen harus bertarung untuk bertahan hidup. Dengan dunia yang berubah menjadi mimpi buruk, bisakah mereka menghadapi monster terbesar dan keluar hidup-hidup?