"Persediaan dan Rencana"

84 6 0
                                    

Setelah berhasil menyelamatkan Dino dan berlindung di ruangan darurat, Seventeen duduk diam sejenak, berusaha mengatur napas mereka yang terengah-engah. Rasa lega karena telah menemukan Dino tercampur dengan kelelahan dan ketakutan yang tak kunjung hilang. Di luar, suara erangan zombie dan langkah terseok-seok masih terdengar samar, membuat mereka semua tetap waspada.

"Ini gila," bisik Hoshi, wajahnya masih tampak pucat. "Sejak kapan kita hidup dalam film horor seperti ini?"

Jeonghan, yang biasanya selalu punya jawaban atau lelucon, hanya menggelengkan kepala dengan bingung. "Aku tidak tahu. Semua ini terjadi begitu cepat."

Seungcheol berdiri, bersandar di dinding ruangan yang sempit itu, memandang ke arah mereka dengan tatapan serius. "Kita tidak bisa tinggal di sini selamanya. Kita butuh rencana."

Jun, yang duduk di dekat pintu, menambahkan, "Persediaan kita tidak akan bertahan lama. Makanan dan air yang kita kumpulkan dari hotel hanya cukup untuk beberapa hari."

Seungkwan yang duduk di sebelah Jun mengangguk setuju. "Dan mal ini... bukan tempat yang aman. Zombie-zombie itu sudah berkeliaran di dalam. Cepat atau lambat, mereka akan menemukan kita."

"Kita butuh tempat yang lebih aman," kata Joshua, menatap ke arah Seungcheol. "Tapi keluar dari kota ini tidak akan mudah. Kota ini sudah dikarantina, dan aku yakin militer tidak akan membiarkan siapa pun keluar masuk."

Vernon yang sejak tadi diam kini angkat bicara. "Mungkin kita bisa mencari tahu lebih banyak tentang karantina ini. Pasti ada pusat kendali atau pos militer di dekat sini. Kalau kita bisa mengakses informasi mereka, kita bisa tahu seberapa besar area yang terpengaruh."

Mingyu mengangguk setuju. "Itu ide bagus. Tapi bagaimana caranya kita ke sana tanpa bertemu zombie?"

"Aku bisa mencoba mencari petunjuk dari dalam mal ini," kata Wonwoo, sambil menunjukkan ponselnya. "Mungkin ada cara untuk mengakses sistem keamanan mal, atau paling tidak kita bisa menemukan denah bangunan untuk melihat rute teraman ke luar."

Seungcheol tampak berpikir sejenak, mengamati wajah-wajah kelelahan di hadapannya. Dia tahu sebagai pemimpin, mereka semua mengandalkan dirinya untuk mengambil keputusan yang tepat. "Baiklah," katanya akhirnya. "Kita punya beberapa prioritas sekarang. Pertama, kita butuh persediaan lebih banyak. Makanan, air, dan mungkin senjata. Kedua, kita perlu cari tahu bagaimana situasi sebenarnya di luar sana. Kita tidak bisa bertindak tanpa informasi."

Joshua berdiri dan menepuk bahu Seungcheol. "Aku bisa memimpin kelompok untuk mencari makanan dan air. Ada supermarket di dalam mal ini, meskipun mungkin beberapa rak sudah kosong, tapi setidaknya kita bisa coba."

Woozi menambahkan, "Kita juga perlu senjata. Mungkin ada toko olahraga atau toko peralatan di mal ini yang menjual barang-barang seperti tongkat bisbol atau benda lain yang bisa kita gunakan untuk melindungi diri."

"Baik, Joshua dan Woozi, kalian pimpin tim untuk mencari persediaan," kata Seungcheol. "Wonwoo dan Vernon coba temukan cara untuk mengakses sistem mal. Mungkin kita bisa mendapatkan gambaran lebih luas tentang situasi ini. Sebagian bisa tinggal disini atau bisa memilih ikut tim persediaan."

Jeonghan menoleh ke arah Dino yang masih terlihat sedikit terguncang. "Kau baik-baik saja, Dino? Kau ingin ikut dengan tim pencari persediaan, atau tetap di sini?"

Dino yang awalnya ragu, akhirnya mengangguk dengan tegas. "Aku akan ikut. Aku tidak mau sendirian lagi."

"Aku ikut juga," kata Hoshi dengan semangat yang sudah sedikit pulih. "Aku tidak bisa diam di sini."

Dengan rencana di tangan, Seventeen mulai bersiap-siap. Joshua memimpin Woozi, Hoshi, Dino, dan Mingyu menuju supermarket di dalam mal, sementara Seungcheol, Vernon, dan Wonwoo tetap di ruangan untuk mencoba meretas sistem keamanan mal.

Survival GrooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang