"Mencari Perlindungan"

43 5 0
                                    

Bayangan itu semakin jelas di lorong gelap mal yang sunyi. Tubuh zombie yang terseret-seret tampak lemah, tapi kehadirannya cukup membuat suasana mencekam semakin intens. Wajahnya yang rusak dan penuh luka bergerak perlahan menuju arah Seventeen, membuat jantung mereka berpacu cepat.

"Zombienya sudah dekat!" bisik Seungkwan dengan wajah pucat, tubuhnya hampir gemetar.

Seungcheol menoleh ke belakang dan memberi isyarat tegas agar mereka tetap diam. "Jangan panik. Kita bisa menghadapinya kalau kita tetap tenang."

Minghao, yang lebih tenang dari yang lain, mengamati gerak-gerik zombie itu. "Dia hanya satu. Kalau kita gerak cepat, kita bisa hindari tanpa menimbulkan suara. Ayo kita mundur pelan-pelan."

Namun, saat mereka mundur, suara kecil dari kaleng soda yang terjatuh di lantai mal membuat zombie itu tersentak. Kepalanya menoleh dengan cepat ke arah mereka, matanya yang hampa menatap tajam. Dalam sekejap, makhluk itu mulai berlari dengan langkah goyah tapi cepat.

"Dia datang!" teriak Dino, langsung berlari ke arah yang berlawanan.

"Jangan lari!" seru Seungcheol, tapi terlambat. Dino sudah kabur, diikuti oleh Hoshi yang panik.

Zombie itu segera mengejar mereka, mengerang keras. Dalam situasi darurat ini, insting dasar mereka untuk bertahan hidup mulai mengambil alih. Tanpa berpikir panjang, anggota yang lain juga segera menyusul, berlari melalui lorong-lorong sempit mal yang penuh dengan bayangan gelap.

"Ke mana kita harus pergi?" tanya Mingyu yang terlihat paling kuat di antara mereka, sambil tetap berlari di belakang. "Kita tidak bisa terus berlari tanpa rencana!"

Jeonghan berlari di sampingnya, napasnya terengah-engah. "Kita harus menemukan tempat yang aman. Di sini terlalu terbuka, kita harus naik ke lantai atas atau sembunyi di toko."

Seungcheol, meskipun kelelahan, mencoba tetap fokus. Dia melihat papan tanda yang menunjuk ke arah tangga darurat. "Kita bisa ke atas! Ayo cepat!"

Tanpa berpikir panjang, mereka semua berbelok ke arah tangga darurat. Zombie yang mengejar mereka tampak semakin lambat, tetapi kehadiran makhluk itu tetap menimbulkan ketakutan yang besar. Saat mereka mencapai tangga, mereka bergegas naik satu per satu.

Tangga itu sempit dan berderit, seakan bisa runtuh kapan saja. Hoshi yang pertama kali sampai di lantai dua, membuka pintu dan segera masuk ke dalam, diikuti oleh yang lain. Saat pintu tertutup, suara zombie yang mengejar mereka masih terdengar samar, tetapi mereka merasa lebih aman.

"Lantai dua ini terlihat seperti area kantor," gumam Woozi, mengamati ruangan yang lebih tertata dengan baik, meskipun masih gelap.

Joshua menyeka keringat dari dahinya. "Seharusnya lebih aman di sini. Pintu darurat itu kuat, dan tidak mudah bagi zombie untuk mencapai kita."

"Bagaimana dengan Dino?" tanya Jeonghan tiba-tiba, baru menyadari bahwa anggota termuda mereka masih belum terlihat.

Semua orang menoleh, menyadari Dino belum muncul di antara mereka. Wajah Seungcheol mengeras. "Dia lari lebih dulu. Mungkin dia bersembunyi di suatu tempat."

"Aku akan cari dia!" seru Hoshi tanpa pikir panjang, berusaha membuka pintu tangga kembali.

Namun, Seungcheol segera menahan tangannya. "Jangan gegabah. Kita tidak bisa sembarangan keluar sekarang. Zombie di luar mungkin masih berkeliaran."

"Aku tidak bisa meninggalkan Dino sendirian!" Hoshi protes, matanya penuh kecemasan.

"Aku tahu," jawab Seungcheol dengan nada lebih lembut. "Tapi kita harus punya rencana. Kalau kau keluar sekarang, kau mungkin juga tidak akan kembali. Kita akan cari Dino, tapi kita harus melakukannya dengan hati-hati."

Survival GrooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang