"Pertempuran Terakhir"

40 2 0
                                    

Udara malam yang dingin menyambut mereka begitu Seventeen dan Taejin keluar dari terowongan. Cahaya bulan samar-samar menerangi medan terbuka yang dikelilingi reruntuhan kota. Meskipun mereka berhasil keluar dari terowongan, rasa lega itu hanya bertahan sebentar. Mereka masih di zona berbahaya, dan kelompok bersenjata masih memburu mereka.

"Jangan terlalu lama di sini," kata Taejin, matanya masih waspada menatap ke arah kegelapan di sekitar mereka. "Mereka akan segera datang. Kita harus bergerak cepat."

Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, suara langkah kaki dari kejauhan terdengar lagi, kelompok bersenjata mendekat dengan cepat. Kali ini, mereka datang dengan jumlah yang lebih banyak, dan senjata mereka terangkat tinggi.

"Kita dikepung," kata Joshua pelan. "Dan kali ini, mereka tidak akan memberi ampun."

"Semua harus ikut bertarung," kata Seungcheol dengan nada tegas. "Ini bukan lagi soal bertahan hidup, ini soal membalas serangan mereka."

Semua anggota Seventeen langsung merapat, bersiap untuk menghadapi pertempuran yang tidak terelakkan. Meskipun lelah dan kehabisan tenaga, mereka tahu ini adalah pertempuran terakhir, mereka harus melibatkan semua kekuatan yang tersisa.

Tembakan pertama terdengar, dan Taejin langsung merespon dengan menembak balik. "Hoshi, Dino! Ambil posisi di sisi kanan, hadang mereka dari sana!" teriak Taejin.

Hoshi dan Dino bergerak cepat, melompat ke sisi kanan medan terbuka, bersembunyi di balik reruntuhan. Hoshi mengayunkan tongkat besinya dengan cepat, menghantam salah satu anggota kelompok bersenjata yang mendekat. "Kau datang ke sini untuk bertarung, bukan? Ayo kita selesaikan!" teriak Hoshi, semangatnya kembali berkobar.

Di sampingnya, Dino berlari cepat, melompat ke arah salah satu pria bersenjata dan menendang senjata dari tangannya sebelum pria itu bisa menembak. "Aku tidak tahu kau sangat lambat." kata Dino sambil berkelit dari serangan berikutnya, lalu dengan gesit melumpuhkan lawannya.

Di sisi lain medan, Mingyu dan Jeonghan berada di garis depan. Mingyu, dengan tubuhnya yang kuat, langsung menghadang dua pria bersenjata yang mendekat. Ia menggunakan tongkat besinya untuk menyerang dan menangkis peluru yang menghantam tanah di sekitarnya. Mingyu menghantamkan tongkatnya ke dada salah satu pria dan menjatuhkannya ke tanah.

Jeonghan, meskipun tampak kelelahan, tetap berlari dengan cepat, menyerang dari arah samping dan menjatuhkan lawan dengan gerakan cepat. "Kau harusnya berpikir dua kali sebelum menantang Seventeen," katanya dengan senyum tipis sambil melucuti senjata lawannya.

Woozi, yang biasanya lebih fokus pada taktik, kali ini langsung terlibat dalam aksi. Dia berada di posisi belakang, menembak secara terarah dan memberikan dukungan pada yang lain. "Minghao, Jun! Bergerak ke kiri dan serang mereka dari samping!" seru Woozi sambil menembak, melindungi teman-temannya.

Minghao dan Jun, dengan gerakan cepat dan terkoordinasi, segera mematuhi perintah Woozi. Minghao, dengan kecepatan dan ketangkasannya, meluncur ke sisi kiri, menghindari tembakan yang datang dari musuh. Dia dengan cepat menyerang salah satu pria bersenjata dengan tendangan melingkar, membuat pria itu terjatuh.

Jun segera bergabung dengan Minghao. Dengan satu pukulan keras, Jun berhasil melumpuhkan musuh lainnya. "Gotcha!" serunya sambil melangkah mundur untuk menyiapkan serangan berikutnya.

Di tengah pertempuran, Vernon dan Seungkwan mengambil posisi di belakang mereka, menjaga jalur mundur tetap aman. Vernon, dengan ekspresi serius, terus menembak ke arah musuh, mengurangi tekanan di barisan depan. "Aku rasa kita bisa buat video musik dari ini," katanya sambil menembak, kali ini dengan nada lebih santai. Namun, tatapan matanya tetap tajam, tidak membiarkan musuh mendekat.

Seungkwan, meskipun biasanya penuh dengan lelucon, kini fokus penuh. Dia terus mengawasi medan perang, memastikan setiap serangan musuh dapat diatasi.

Sementara itu, Taejin terus memimpin mereka, menembak secara presisi dan memberikan instruksi cepat. "Kita harus memaksa mereka mundur. Jangan biarkan mereka terlalu dekat!"

Seungcheol, yang memimpin dari depan, langsung merespon. "Joshua, Dokyeom! Bantu aku menghadang mereka dari sini!" Mereka bertiga bergerak maju, menghadapi serangan besar-besaran dari kelompok bersenjata yang masih tersisa. Seungcheol dengan berani menangkis serangan, sementara Joshua dan Dokyeom menyerang balik.

Joshua bergerak dengan presisi, menembak musuh yang mendekat dari kejauhan, sementara Dokyeom bertarung jarak dekat, memukul dan menghindari serangan lawan. "Kalian salah sudah membuat manusia penakut sepertiku bertindak seperti ini." seru Dokyeom, menahan salah satu pria bersenjata yang mencoba menyerangnya.

Pertempuran semakin sengit. Tembakan, pukulan, dan suara ledakan terus menghantam medan terbuka. Namun, Seventeen tidak menyerah. Mereka terus berjuang, bekerja sama dengan taktik dan kekuatan yang luar biasa. Meskipun jumlah musuh lebih banyak, semangat mereka untuk bertahan membuat pertempuran menjadi seimbang.

Mingyu dan Seungcheol, dengan kekuatan mereka, terus memimpin serangan frontal. Di belakang mereka, Hoshi, Dino, dan Woozi menjaga agar tidak ada musuh yang mendekat dari sisi lain. Sementara Jun, Minghao, Jeonghan, dan Joshua menyerang dari berbagai arah untuk mengepung musuh.

Namun, ketika pertempuran mencapai puncaknya, suara gemuruh besar terdengar dari arah lain. Semua orang berhenti sejenak, menoleh ke sumber suara itu. Dari balik reruntuhan, muncul sesuatu yang mengerikan, lebih banyak zombie mutan.

"Apa-apaan ini!" seru Jeonghan. "Kita baru saja selesai dengan zombie-zombie tadi!"

Seungkwan menggeleng tak percaya. "Serius, ini terlalu banyak buat satu hari."

Taejin langsung bergerak cepat. "Mereka akan menyerang siapa saja, termasuk kelompok bersenjata. Gunakan kesempatan ini untuk mundur! Kita harus keluar dari sini sebelum semuanya hancur."

Meskipun kelelahan, Seventeen mulai bergerak mundur, mengikuti instruksi Taejin. Sementara zombie-zombie mutan mulai menyerang kelompok bersenjata, mereka memanfaatkan kekacauan itu untuk menyelinap keluar dari medan pertempuran.

Namun, sebelum mereka benar-benar bisa keluar, salah satu pria bersenjata menembakkan peluru ke arah Taejin. Tembakan itu tepat mengenai Taejin di bahu, membuatnya terjatuh.

"Taejin!" seru Seungcheol, yang segera berlari untuk membantu.

Mingyu dan Joshua segera bergerak untuk menahan zombie yang mendekat, sementara Dino dan Hoshi membantu Seungcheol menarik Taejin keluar dari medan pertempuran. "Ayo, kita harus segera pergi!" kata Joshua.

Dengan susah payah, mereka berhasil membawa Taejin ke tempat yang lebih aman, sementara zombie-zombie mulai menghancurkan kelompok bersenjata yang tersisa. Meski terluka, Taejin masih tersenyum kecil. "Kalian semua... sangat kuat."

"Kita harus keluar dari sini sekarang," kata Seungcheol tegas, memandang rekan-rekannya yang terengah-engah namun tetap penuh semangat.

Mereka mulai bergerak lagi, meninggalkan reruntuhan dan kekacauan di belakang mereka. Meskipun terluka dan kelelahan, Seventeen berhasil bertahan dari pertempuran yang paling mematikan sejauh ini. Namun, mereka tahu bahwa bahaya masih belum sepenuhnya berlalu.

"Ini belum berakhir," kata Taejin, meski suaranya lemah. "Masih ada yang lebih besar dari ini."

Semua orang saling menatap, menyadari bahwa meskipun mereka selamat dari pertempuran ini, masih ada ancaman yang lebih besar menunggu di depan. Dan kali ini, mereka harus lebih siap dari sebelumnya.

_____

Survival GrooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang