Malam semakin pekat, namun tidak ada waktu untuk beristirahat. Seventeen, bersama Taejin, keluar dari pabrik tua itu dengan langkah cepat, meskipun tubuh mereka sudah mulai terasa lelah. Misi mereka sudah jelas: menuju laboratorium rahasia di pusat kota untuk menghentikan eksperimen yang mengubah manusia menjadi zombie mutan. Kali ini, mereka bukan hanya berjuang untuk diri sendiri, tetapi untuk seluruh dunia.
"Kita harus tetap waspada," kata Taejin sambil menatap lurus ke depan, wajahnya menahan rasa sakit dari luka di bahunya. "Kota ini penuh dengan patroli militer yang masih setia pada eksperimen ini. Kalau mereka menemukan kita, semuanya akan berakhir."
Mingyu menoleh ke Seungcheol yang berjalan di depannya. "Ini misi bunuh diri, ya?"
Seungcheol tersenyum tipis. "Mungkin. Tapi kita nggak punya pilihan lain."
Joshua, yang berada di samping mereka, menghela napas panjang. "Kalau kita berhasil selamat dari semua ini, aku nggak mau dengar kata 'zombie' lagi seumur hidup."
Di tengah perjalanan, suara gemerisik dari arah kanan membuat semua orang langsung menahan napas. Mereka bergerak cepat, merapat ke dinding sebuah gedung yang sudah hampir runtuh. Mata mereka fokus pada setiap gerakan yang terlihat samar di kegelapan.
"Apa itu?" bisik Jeonghan dengan nada khawatir.
Taejin mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka tetap diam. Dari balik bayangan, muncul segerombolan zombie biasa yang berjalan terseok-seok, tanpa arah yang jelas. Meskipun ini bukan zombie mutan yang mereka hadapi sebelumnya, jumlahnya tetap menakutkan.
"Kita bisa ambil jalur samping," kata Taejin pelan. "Tapi kita harus tetap tenang. Jangan membuat suara."
Satu per satu, mereka mulai bergerak dengan hati-hati melewati jalan kecil di sebelah kanan, berusaha agar tidak menarik perhatian zombie. Namun, saat mereka hampir berhasil melewati gerombolan itu, sesuatu yang tak terduga terjadi. Seungkwan, yang berusaha berjalan paling pelan, tanpa sengaja menendang kaleng logam yang tergeletak di jalan.
Suara kaleng yang menggelinding membuat semua zombie langsung berhenti dan menoleh ke arah mereka. Mata zombie-zombie itu kini tertuju penuh pada Seventeen dan Taejin.
"Serius, Seungkwan?" bisik Minghao dengan nada putus asa.
"Sorry!" balas Seungkwan cepat, meskipun rasa panik terlihat di wajahnya.
Zombie-zombie itu mengeluarkan erangan mengerikan sebelum mulai bergerak maju dengan kecepatan yang tak terduga. Langkah mereka yang lamban berubah menjadi lari, seolah-olah mereka tahu ini kesempatan terakhir untuk menyerang mangsa mereka.
"Lari!" teriak Taejin, tidak ada waktu lagi untuk bersembunyi.
Semua anggota Seventeen langsung bergerak cepat, berlari secepat mungkin menyusuri gang sempit. Suara erangan zombie semakin dekat, langkah kaki mereka menggema di sepanjang dinding yang penuh puing.
"Jangan berhenti!" seru Seungcheol dari depan, mencoba membuka jalan di antara puing-puing. "Kita hampir sampai di ujung gang ini!"
Namun, begitu mereka mencapai ujung gang, mereka dihadapkan pada dinding setinggi dua meter yang menghalangi jalan mereka. "Kita terjebak!" kata Dokyeom, yang tampak sangat khawatir. "Bagaimana kita bisa melewati ini?"
Mingyu melangkah cepat dan tanpa ragu mulai memanjat dinding. "Aku akan bantu kalian naik!" katanya dengan suara tegas.
Satu per satu, anggota Seventeen mulai memanjat dengan bantuan Mingyu. Hoshi dan Dino berhasil naik lebih dulu, diikuti oleh Jeonghan dan Joshua. Sementara itu, Taejin dan Seungcheol berada di belakang, mencoba menahan zombie yang semakin mendekat.
Zombie pertama yang mencapai mereka langsung dihadang oleh Seungcheol. Dengan satu ayunan kuat tongkat besinya, dia berhasil memukul mundur makhluk itu, tetapi lebih banyak lagi yang datang. Taejin melepaskan beberapa tembakan, mengenai kepala beberapa zombie, namun mereka terus menyerbu tanpa henti.
"Kita nggak bisa bertahan lebih lama di sini!" seru Taejin. "Cepat naik!"
Seungkwan, yang berada di belakang bersama Woozi, berusaha memanjat dengan cepat. "Aku nggak pernah latihan panjat tebing, tapi aku janji ini terakhir kalinya aku naik dinding kayak gini."
Woozi, meskipun kelelahan, menarik Seungkwan dari atas dinding. "Kau bisa bercanda nanti. Fokus dulu!"
Sementara itu, Seungcheol dan Taejin terus bertarung mati-matian melawan zombie-zombie yang semakin mendekat. Satu zombie berhasil meraih tangan Taejin, namun dengan cepat Taejin menusukkan pisau ke kepala makhluk itu, membuatnya terjatuh.
"Kau harus naik sekarang, Taejin!" seru Mingyu dari atas dinding.
"Aku akan naik setelah kau, Seungcheol!" jawab Taejin sambil menembak zombie terakhir yang mendekat.
Seungcheol segera memanjat, dan begitu dia berhasil naik, Taejin langsung mengikuti. Tepat saat mereka berdua melompati dinding, zombie-zombie di bawah mengerumuni dinding, mencoba memanjat namun gagal.
Mereka semua terengah-engah, tergeletak di atas tanah di sisi lain dinding, mencoba menangkap napas.
"Hampir saja," gumam Jeonghan sambil duduk bersandar di dinding. "Serius, kita nggak bisa terus-terusan kayak gini."
"Aku benar-benar butuh istirahat," kata Vernon, meskipun dia tahu istirahat bukanlah pilihan sekarang. "Tapi aku rasa kita harus terus bergerak."
Mereka semua terdiam sejenak, mencoba memulihkan tenaga, sebelum Taejin akhirnya bicara. "Kita nggak jauh dari pusat kota. Laboratorium itu ada di gedung tertinggi di sana," katanya sambil menunjuk ke kejauhan. Di sana, sebuah gedung pencakar langit tampak samar di bawah cahaya bulan.
"Jadi itulah tempat semua ini dimulai," gumam Woozi sambil menatap gedung itu dengan tatapan serius.
Seungcheol berdiri dengan susah payah, lalu menatap teman-temannya. "Kalau kita sudah sampai sejauh ini, kita harus menyelesaikannya. Ini pertempuran terakhir kita."
Semua anggota Seventeen saling menatap, lelah namun penuh tekad. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Tidak ada jalan kembali. Hanya ada satu cara untuk mengakhiri mimpi buruk ini: menghancurkan laboratorium itu dan menghentikan eksperimen yang telah menghancurkan hidup begitu banyak orang.
Mereka mulai bergerak lagi, menyusuri jalan-jalan kota yang hancur, menuju gedung pencakar langit yang tampak seperti pusat kegelapan di kota itu. Suasana semakin mencekam, seolah-olah setiap langkah membawa mereka lebih dekat pada sesuatu yang jauh lebih berbahaya dari sebelumnya.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
Survival Groove
FanfictionSaat wabah zombie menyerang di tengah tur dunia, Seventeen harus bertarung untuk bertahan hidup. Dengan dunia yang berubah menjadi mimpi buruk, bisakah mereka menghadapi monster terbesar dan keluar hidup-hidup?