✨. 12 : Tears Of Happiness

73 11 33
                                    

"Menurutku air mata itu sangat romantis. Karena air mata selalu hadir di setiap kesempatan tanpa kita minta."

***

Bintang menggelengkan kepalanya. Mencoba mengusir pikiran negatifnya tentang Sebiru.

"Apa kamu tidak mempunyai saudara?" Bintang mulai mengalihkan pembicaraan.

Sambil terus memeluk  boneka pinguin kesayangannya, Biru menggelengkan kepalanya pelan. "I'm the only child. I wish i have one brother or sister and I'll be happy."  Kedua mata Biru yang sayu itu pun terlihat redup sekali, seolah memberi isyarat jika dia sangat sedih dan kesepian. Bintang yang melihatnya pun sampai tidak tega hati.

"I'm the only child too. Apapun situasinya kamu berhak bahagia, Biru. Everyone deserve to be happy. Mulai sekarang, aku bisa menjadi kakakmu, anggap saja jika kita ini bersaudara," Bintang berusaha untuk menghibur Adik barunya yang bule, lucu, dan menggemaskan ini.

 
Perlahan Biru mulai menarik kedua ujung bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang manis. Kedua mata sayunya yang pada awalnya terlihat redup seketika menjadi berbinar. Terlihat jelas sebuah kebahagiaan di sana. "Are you serious??"

 
Bintang tersenyum sambil mengangguk. "Tentu saja aku serius. Memangnya wajahku ini terlihat seperti orang yang sedang bercanda, ya?"

"Terima kasih, Kabin!"

"Kabin?" Bintang mengerutkan dahinya, tidak paham dengan ucapan Biru tersebut.

"Iya, Kabin itu panggilan aku buat Kakak. Soalnya nama Kakak terlalu ribet. Makanya aku panggil Kabin aja biar gampang. Kabin itu singkatan dari Kak Bintang," Biru menjelaskan dengan wajah yang sumbringah, membuat Bintang merasa lega. Setidaknya Biru masih bisa tersenyum dalam keadaannya yang seperti ini.

"Terserah kamu saja, yang penting kamu bisa senang dan selalu tersenyum. From now, you're my little brother and I'm your older brother, okay?"

Biru tersenyum sambil mengangguk cepat. "Okay!"

"Kamu tahu? Dari semua orang-orang yang ada di dekatku, aku selalu menjadi yang paling kecil. Dan sekarang aku tidak menjadi yang paling kecil lagi, karena sekarang aku sudah punya Biru."

Mereka berdua pun tertawa kecil. Mereka merasa senang, karena keistimewaan yang mereka punya bisa mempertemukan mereka dengan cara yang bisa dibilang lucu dan unik ini.

"Kita harus bertukar nomor telepon, Kabin! Coba masukan nomor Kabin di sini!" Biru hendak memberikan ponselnya kepada Bintang tapi dia urungkan saat melihat infusan di tangan kanan Bintang. ""Kabin sebutkan saja nomornya, biar aku yang ketik sendiri. Maaf, aku baru menyadari keberadaan benda menyebalkan di tangan Kabin!"

Bintang terkekeh, dibalik semua rasa sedih dan sakitnya, Biru adalah anak yang lucu, polos, dan menggemaskan. Jika Bintang sedang tidak dalam kondisi yang menyedihkan seperti ini, mungkin Bintang sudah mencubit kedua pipinya sampai Biru.

 
"082xxxxxxxxx"

 
"Oke. Aku sudah mengirim pesan."

 
"Ponselku tertinggal di ruang rawat, aku akan memeriksanya nanti."

Biru menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Oke. Untuk hadiah graduation Kabin, mungkin aku akan memberikannya lain kali."

"Tidak usah repot-repot, Biru. Kamu mengucapkan selamat pun sudah lebih dari cukup."

"Tapi aku ingin memberikan hadiah, hadiah untuk Kakak baruku yang tampan ini, hehe." Biru benar-benar lucu.

 
"Bahkan kamu mempunyai paras yang lebih tampan, Biru."

STARLIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang