Pagi itu, mentari masih enggan untuk terbangun, sinarnya belum siap menyusup melalui celah-celah jendela dan membiarkan ruangan tetap terselubung dalam bayang-bayang. Di tengah keheningan, Aletheia perlahan terbangun dari tidurnya yang singkat, seolah ditarik kembali ke dunia yang baru tanpa ampun.
Di hadapannya, berdiri seorang gadis muda dengan rambut oranye cerah, seakan menggantikan sinar fajar yang masih bersembunyi di balik cakrawala. Rambut panjangnya dihiasi aksen ungu di ujung-ujungnya, bak peralihan magis antara pagi menuju malam, menciptakan harmoni yang indah memikat mata. Gadis itu adalah Arunika Akiko, gadis yang sedang penuh dengan keceriaan dan semangat yang tak redup untuk mengajak Aletheia menuju suatu tempat—sebuah tempat yang akan membawa mereka menuju lembar baru.
"Jadi, kita akan ke mana sekarang?" tanya Aletheia sambil berusaha menyelaraskan pikirannya yang masih setengah tidur.
"Dasar pelupa!! Kita akan ke markas Asosiasi Petualang Dunia, tentu saja! Hari ini kita akan resmi mendaftar kelompok petualangan kita. Kamu ingat, kan? kita sudah merencanakannya sejak kemarin," jawab Akiko dengan semangat yang menggebu-gebu.
Aletheia mulai kembali bangun sepenuhnya, merespon dengan ingatannya yang sudah tersusun. "Oh... iya... ya, ohh, aku ingat sekarang," Aletheia mulai merasa ingat kembali dan menjadi antusias. "Kita harus siap-siap dulu berarti," dirinya sudah tidak lagi terkejut saat mengetahui bahwa dirinya kembali ke dunia fantasi ini, dunia yang seakan sudah menjadi bagian dari kenyataannya.
"Gak usah!! Ayo langsung berangkat aja!!"ajak Akiko, penuh energi yang menggebu-gebu.
"Kenapa??"
"Udah ayo langsung turun aja kita!! Ayo!!"
"Yaudah deh... ayo,"
Dengan semangat baru, mereka keluar dari penginapan dan berjalan menuju tempat tujuan. Di luar, udara pagi terasa segar, menyapu wajah mereka dengan lembut. Burung-burung berkicau riang, menyambut pagi yang akan segera tiba. Aletheia merasa energinya kembali pulih, siap menghadapi dan menjalani suatu yang baru bersama temannya, Akiko.
Perjalanan mereka dipenuhi obrolan ringan. Akiko bercerita tentang rencananya untuk kelompok petualangan mereka. "Aku pengen kita nanti punya reputasi yang bagus dan jadi terkenal, hehehe."
"Kalau gitu... kita harus punya nama yang mudah diingat sama orang-orang," kata Aletheia mengusulkan saran.
"Kamu ada ide??? Nama yang bagus gitu?"
"Belum sih... tapi nanti coba aku pikirin."
"Huu... gimana sih."
"Ya, gimana lagi? aku harus mikir secepat itu?"
"Iya dong!! Lebih cepat itu lebih baik! Hehehe."
"Iya deh, terserah kamu."
Mereka terus bersama melintasi jalan-jalan kota yang masih sepi, penuh dengan hiruk pikuk aktivitas pagi oleh para pepohonan yang meniupkan embun sejuk, sebelum digantikan dengan aktifitas para warga. Setiap langkah mereka terasa seperti awal dari sebuah perjalanan besar.
Di tengah-tengah sela mereka berjalan, Akiko mulai bertanya kembali. "Oh ya... kamu dari mana sih sebenarnya?? Kamu kelihatan banget mirip orang asing yang gak tahu apa-apa di sini. Terus, kamu juga datang-datang pake pakaian yang lusuh," tanya Akiko penuh rasa penasaran, juga dengan kekhawatiran.
"Entahlah, aku tidak ingat. Mungkin aku diculik seseorang lalu lupa ingatan dan kembali ke kota ini," jawab Aletheia asal-asalan, berbohong untuk menutupi kebenaran.
"Apa!? Lupa ingatan? Aduh... harusnya kamu pergi ke dokter sekarang. Ayo nanti aku temani!! Maaf kalau aku merepotkan dari tadi aduh," kata Akiko dengan nada semakin khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream World
FantasyKalopsia Ken Aletheia tak pernah menyangka hidupnya yang biasa bisa berubah menjadi misteri yang menjangkau dua dunia. Sebagai seorang pemuda yang yatim piatu, ia terlempar ke dalam dunia mimpi-tempat di mana kenyataan terdistorsi, dan rahasia terse...