Episode VII : Di Antara Dunia Nyata dan Mimpi

538 92 21
                                    


Di bawah sinar jingga yang menyala penuh semangat, terdapat dua remaja yang sedang melangkahkan kakinya, menuju tempat penginapan. Setelah bersama mencetak judul baru untuk lembar-lembar di dalamnya, penuh dengan keseruan yang mendatang, haus untuk dicatat. Diiringi bersama dengan keramaian warga pada pagi hari.

Aletheia dan Akiko, setelah secara resmi mendaftarkan kelompok petualangnya—Luminika, mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan, mempersiapkan segala hal untuk misi pertama mereka. Langkah pertama menuju suatu yang besar, langkah pertama untuk perubahan Aletheia. Entah itu baik, atau mungkin buruk.

Selama perjalanan, Aletheia mulai mengamati sekitar, mengamati aktifitas para manusia dan makhluk aneh lainnya yang tidak pernah Aletheia lihat sebelumnya. "Dunia ini... penuh dengan sihir juga ya. Orang-orang itu ada yang bisa berterbangan dengan sapu ajaibnya, tapi ada juga yang secara ajaib melayang beneran tanpa alat bantu," gumam Aletheia, merasakan takjub yang luar biasa.

Aletheia semakin mempersempit fokusnya, menajamkan penglihatan untuk menangkap setiap detail dari sekelilingnya. Pemandangan di hadapannya membuatnya kagum sekaligus bingung, perasaan asing kian menyelimutinya. "Manusia di sini... aneh-aneh," gumamnya dalam hati. Setiap sosok yang lewat di depannya seolah berasal dari bagian kisah-kisah fiksi dan game-game yang pernah dia dengar maupun dia mainkan, namun kini nyata di depan matanya.

Dirinya mulai menyusun kesimpulan dalam benaknya, mencoba memahami apa yang dilihatnya. "Ada manusia setengah hewan, manusia raksasa, manusia dengan telinga runcing... elf? Mungkin? Seperti di dunia fiksi saja. Terus... ada juga manusia bersayap. Dan... dan... huff... ini terlalu banyak, terlalu beragam jenis manusianya di sini."

Semuanya terlihat begitu menakjubkan, seakan-akan mereka berasal dari berbagai macam dunia dan kisah cerita yang berbeda, bersatu dalam dunia mimpi yang sama. Keanekaragaman itu membuat Aletheia semakin merasa bahwa dia bukan lagi berada di dunia yang dikenalnya-seolah-olah dia telah melangkah ke dalam dunia lain, dunia mimpi yang lebih besar, lebih aneh, dan lebih luar biasa dari apa yang pernah dibayangkannya.

Tiba-tiba, saat Aletheia sedang melangkah, terdengar sebuah suara teriakan, tapi kecil, bernada tinggi. Suara itu berasal dari bawah Aletheia, bagian kakinya. "Oi tuan besar!! Kalau jalan hati-hati! Gak lihat ada saya?"

Aletheia yang mendengarnya mulai kebingungan, karena ia tidak tahu persis dari mana asal suara itu. Tetapi, ia mencoba melihat ke bawah, mencari kepastian. "Eumm? Di mana?"

"Di sini loh!! Liat lebih jelas lagi! Kaki kamu hampir menyerempet diri saya!"

"Bawah sini??" Aletheia mulai mengangkat kakinya, mengalihkannya ke tempat lain. Di sana, yang ia lihat adalah suatu hal yang begitu aneh, tapi luar bisa . Matanya terpaku, tak bisa lepas dari pemandangannya yang tak biasa "Oh... maaf," kata Aletheia kepada makhluk di bawahnya itu-makhluk kerdil yang setinggi mata kaki Aletheia.

Manusia kerdil itu terlihat marah, karena dirinya hampir terinjak kaki Aletheia. Jari kecilnya yang berjumlah tiga menunjuk-nunjuk Aletheia, mencoba meneguri Aletheia dengan tubuh sekecil itu. "Tuan besar, lain kali kalau jalan hati-hati! Jangan ulangi lagi!"

"Ba-baiklah," kata Aletheia, penuh keheranan. Karena, dirinya tidak percaya bisa secara nyata melihat langsung manusia yang berukuran sangat mungil itu. Meskipun sebelumnya ia pernah melihat pakaian yang berukuran mini di tempat Aletheia dan Akiko membeli baju. Tapi, tetap saja, pengalaman pertamanya untuk melihat secara langsung adalah hal yang begitu luar biasa.

"Bagus kalau kamu paham," kata manusia kerdil itu sembari berjalan meninggalkan Aletheia. Manusia kerdil itu terlihat tidak dendam dan hanya menegurinya, lalu pergi begitu saja. Sepertinya itu adalah hal sehari-hari yang sering manusia kerdil itu alami.

Dream WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang