Siang itu, mentari hampir mencapai puncaknya, namun sinarnya terhalang oleh bayangan besar dari makhluk raksasa yang berdiri menjulang di hadapan mereka. Makhluk itu tampak menyeramkan-mirip seekor beruang, tetapi jauh lebih besar, dengan taring tajam yang mencuat dari mulutnya, bulu lebat yang bergelombang seperti gelombang liar, dan sepasang mata merah menyala yang memancarkan aura mematikan.
Aletheia yang berdiri di hadapannya, terpaku sejenak melihat kemunculan makhluk tersebut. Segera, ia tersadar dan memasang kuda-kuda. Dengan pedang khas gaya samurainya yang terhunus, dia memposisikan diri di depan Akiko, siap melindunginya dari bahaya yang mungkin datang.
Aletheia yang sebelumnya merasakan takut saat pertama kali melihat makhluk itu, sekarang mulai merasakan adrenalin yang mengalir deras di nadinya, mempersiapkan diri untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Bagi Aletheia, saat itu bukan hanya tentang bertarung melawan makhluk buas-itu adalah pertarungan untuk melindungi Akiko, apapun risikonya.
Tetapi, Akiko yang melihat pergerakan Aletheia itu merasa keheranan. "Eee, kamu kenapa pasang kuda-kuda seakan mau nyerang makhluk itu?" tanya Akiko dengan wajah penuh kebingungan.
"Kamu nggak lihat ada monster raksasa yang mengerikan itu? Kita harus siap bertarung untuk melawannya, bukan?" jawab Aletheia dengan suara tegang, matanya masih terpaku pada sosok besar di hadapan mereka.
Akiko tertawa kecil, seolah tidak bisa menahan diri. "Ah... ayolah! Semua orang tahu makhluk itu tidak menyerang atau memakan manusia. Dia memang memiliki tubuh besar dan taring tajam, tapi nggak berbahaya kok. Hidupnya cuma dihabiskan buat makan batang pohon tinggi dan besar, sama bermalas-malasan. Itu sebabnya tubuhnya begitu besar."
Aletheia mulai sedikit tenang, tapi masih belum percaya. "Kau... kau yakin?"
Akiko mulai menjelaskan panjang lebar. "Makhluk itu sukanya memakan pohon-pohon yang penuh dengan Energi Kehidupan, makanya tubuh mereka jadi raksasa. Namanya dia itu Urmelaouca, semua orang di kota pasti tahu kalau mereka nggak agresif."
Aletheia terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja didengarnya. "Oh-emmm, begitu ya... jadi sebenarnya dia nggak berbahaya?" gumamnya, rasa lega mulai mengalir ke dalam dirinya.
"Coba kamu lihat, dia udah pergi begitu aja, yakan?"
"I-iyasih." ucap Aletheia yang tak percaya mendengarkan fakta mengejutkan itu. Posisinya yang tegang tadi, kini sudah kembali rileks. Namun, kebingungannya tetap saja belum sepenuhnya hilang. "Hah?? Makhluk seperti itu... ternyata cuma seekor panda raksasa di dunia ini?" kesimpulan yang dia dapat dalam pikirannya.
Dalam benaknya, Aletheia membandingkan sosok Urmelaouca sebagai panda di dunianya yang suka bermalas-malasan dan hanya memakan bambu saja. Meskipun Aletheia tahu, bahwa beruang dan panda adalah dua spesies yang jauh berbeda. "Panda berbulu beruang. Hahaha," kata Aletheia dalam benaknya, menertawakan kekonyolan logika yang ada di dunia ini.
Akiko melanjutkan penjelasannya, "Itulah kenapa aku membawa kamu ke tempat yang lapang tanpa adanya pohon tinggi besar. Ini adalah bekas tempat Urmelaouca makan dan beristirahatnya. Tempatnya jadi rata karena semua pohon dimakan sama Urmelaouca. Kalau Urmelaouca ada di sekitar kita, berarti kita sudah dekat ke lapangan gersang itu."
"Begitu yah... baiklah."
Akiko tersenyum tipis, merasakan kebaikan merambati tubuhnya. "Makasih ya... kamu baik banget udah niat tolongin aku."
"Gapapa, justru yang ada aku kelihatan konyol karena tadi gak tahu apa-apa."
"Tapi, setidaknya sekarang kamu sudah tahu kan? Terimakasih ya!!"
"Eumm... sama-sama."
"Hehe," Akiko merasa diberi perhatian dan perlindungan dari rekan satu tim petualangnya-sosok yang sekarang sudah ia anggap sebagai sahabat terbaiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream World
FantasyKalopsia Ken Aletheia tak pernah menyangka hidupnya yang biasa bisa berubah menjadi misteri yang menjangkau dua dunia. Sebagai seorang pemuda yang yatim piatu, ia terlempar ke dalam dunia mimpi-tempat di mana kenyataan terdistorsi, dan rahasia terse...