Dream World

Episode XIX : Langkah Selanjutnya

Kisah tentang Blake, Crack, dan Rey secara perlahan memudar menjadi sekadar legenda yang diabaikan oleh banyak orang. Berita yang tersebar hanya menyebutkan bahwa Kota Keia telah lenyap dilalap kobaran api. Tidak ada satu pun saksi yang dapat menjelaskan bagaimana tragedi itu bisa terjadi. Spekulasi yang paling populer adalah dugaan bahwa insiden tersebut dipicu oleh ledakan dari salah satu gerobak makanan panggang. Namun, kebenaran di balik kehancuran itu tetap terselubung dalam misteri.

Tapi, hanya segelintir yang merasakan ada sesuatu yang lebih besar, lebih gelap, tersembunyi di balik peristiwa itu. Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar, hilang dalam asap, dan orang-orang yang menyaksikan dari kejauhan tidak pernah benar-benar tahu bahwa Blake, Crack, dan Rey memegang kunci dari malapetaka yang menghancurkan Keia.

Salah satu dari segilintir orang tersebut adalah pria berambut kuning yang penuh luka di wajahnya dan memakai satu penutup mata di mata kanannya, ia duduk di salah satu kursi bagian bar dari dalam menara WAFA. "Peristiwa ini, aku yakin akan membawa dampak besar ke depannya. Gahahaha," kata pria itu dengan tertawa, mulutnya terbuka lebar. Sebelum ia meminum satu teguk bir.

Namun, di masa sekarang, dua puluh tahun sudah berlalu semenjak kehancuran itu terjadi. Dampak besar yang seolah pria itu ramalkan, tidak jelas terlihat, seakan terkubur dalam waktu yang terus berjalan. Atau mungkin, belum.

Kini, saat ini, di tengah-tengah hutan Genetrix yang kembali tenang, Hiro melangkah keluar dari medan pertempuran dengan Akiko yang terkulai lemas di pundaknya. Nafasnya berat, namun hatinya terasa ringan setelah keberhasilan mereka melawan Crack Caldwell dan bandit-banditnya. Langit sore di atas mereka perlahan berubah menjadi jingga, memberikan sentuhan hangat pada hutan yang sebelumnya penuh dengan ketegangan.

"Akiko, bertahanlah," bisik Hiro lembut, mencoba memberikan kekuatan kepada temannya yang masih tak sadarkan diri. Dia tahu bahwa Akiko telah memberikan segalanya dalam pertempuran itu, dan sekarang dia membutuhkan waktu untuk pulih.

"Yang barusan tadi... sebenaranya apa yang terjadi..." Hiro masih memiliki perasaan yang janggal di dalam dirinya, karena melihat sosok Akiko yang berkekuatan aneh tadi. Tapi, dia mencoba untuk melupakannya semenetara.

Sementara itu, Aletheia berjalan dengan cepat menuju arah di mana Hiro dan Akiko berada. Wajahnya tercampur aduk antara senang dan khawatir. Setelah kemenangannya mengalahkan Blake Caldwell dan memastikan bahwa ancaman dari The Striker telah berakhir, dia tidak sabar untuk berkumpul kembali dengan teman-temannya. Dalam hatinya, ia berharap semuanya benar-benar aman dan baik-baik saja. Meskipun Aletheia sangat yakin dan percaya pada mereka berdua.

Saat Aletheia melangkah lebih dalam ke dalam hutan, dia mulai merasakan kehadiran mereka dari kejauhan. Dengan setiap langkah yang dipercepat, suara dedaunan kering di bawah kakinya terdengar semakin jelas, seakan-akan memberitahukan kedekatan dengan tujuannya.

Akhirnya, di sebuah clearing yang diterangi cahaya lembut sore hari, pandangannya tertuju pada sosok Hiro yang berjalan perlahan dengan Akiko di punggungnya. Kelegaan menyapu hatinya, dan tanpa sadar senyuman tipis terukir di wajahnya. Mereka selamat. Meski lelah, melihat keduanya masih hidup saja bisa membuat hatinya melompat girang. Aletheia segera bergegas menuju mereka yang telah selamat dari kengerian yang baru saja mereka lalui.

"Hiro!! Akiko!!" seru Aletheia, suaranya penuh dengan kebahagiaan dan kelegaan.

Di sisi Hiro, yang mendengar suara tak asing di sekitarnya, ia mulai menajamkan mata dan telinganya, mencari pusat suara itu. Sesaat, matanya melihat bayangan yang ia kenal. "Aletheia! Kamu berhasil!" teriak Hiro, lalu tersenyum lebar saat melihat Aletheia mendekat.

Aletheia berlari menghampiri mereka dan tanpa ragu memeluk Hiro dengan hangat. "Syukurlah kalian berdua selamat, hahaha," katanya, matanya berbinar dengan kebahagiaan.