Saat mereka meninggalkan rumah makan, matahari mulai condong ke barat, melemparkan sinar keemasan yang hangat dan lembut di sepanjang jalan,menari-nari di antara dedaunan, menciptakan bayangan panjang yang tampak seperti tangan-tangan gelap yang merayap. Setiap langkah mereka terasa semakin kuat, seperti dunia sedang mempersiapkan tantangan yang tak terduga. Hutan Genetrix, dengan segala keheningannya yang terbalut rahasia, menunggu untuk diungkap.
Udara menjadi lebih sejuk, dan suara gemericik dedaunan serta kicauan burung menjadi latar belakang alami yang menenangkan. Tercium juga bau kayu bakar dari para warga yang mulai menyalakan sumber cahaya dan penghangatan. Di antara semua itu, Aletheia, Akiko, dan Hiro berjalan dengan semangat menuju kedalaman Hutan Genetrix, siap untuk memulai perjalanan mereka menuju Kota Felix.
Ketika mereka sampai di tepi hutan Genetrix, Aletheia berhenti sejenak untuk memeriksa peta dan memastikan arah mereka. "Kita harus bergerak cepat jika ingin mencapai Kota Felix sebelum malam tiba, atau setidaknya sampai kita menemukan tempat aman untuk beristirahat," kata Aletheia sambil melihat ke arah hutan yang lebat di depan mereka. "Hiro, aku mengandalkanmu !"
Hiro, dengan senyum tenang di wajahnya, meskipun terlihat gugup, ia mengangkat tangannya dan memulai mantra. "Tenang saja, aku akan melakukannya sekarang," katanya dengan suara mantap.
Hiro memejamkan mata dengan penuh fokus, mengucapkan kata-kata yang begitu magis. Tangannya bergerak perlahan di udara, menciptakan pola-pola bercahaya yang tampak seperti simbol kuno. Kalung kristal emas di lehernya mulai bersinar, sebelum tiba-tiba terlepas dari tubuhnya dan melayang, memancarkan cahaya yang menyilaukan.
Cahaya kuning keemasan itu mengalir dengan terang, membentuk lingkaran energi di sekeliling mereka bertiga, semakin lama semakin terang, hingga udara terasa bergetar. Lingkaran yang memiliki sudut pentagon di setiap ujungnya.
Suara Hiro terdengar semakin tegas, seolah menghubungkan dirinya dengan sesuatu yang lebih besar. "Kepada para leluhur dan Dewi Elena, hamba memohon... berikanlah kekuatan Lucia untuk membantu kami. 'Shinkoku'!" teriak Hiro, begitu membahana.
Aletheia merasa aneh, ekspresi wajahnya terpampang jelas raut keheranan, karena sesuatu yang membuatnya merasa janggal. "'Shinkoku'? bukankah itu dari Bahasa Jepang lagi? Nama Akiko, nama Hiro, lalu nama sihir ini, semuanya menggunakan Bahasa Jepang. Apa maksudnya ini? Gimana sih duniaku terhubung dengan dunia mimpi ini?" pikir dia dalam hatinya.
Namun, pemikirannya terhenti, karena ia merasakan cahaya dari lingkaran energi itu mulai merayap ke dalam tubuhnya, begitu juga mereka, memberikan mereka perasaan ringan dan penuh energi.
Aletheia dan Akiko merasakan kekuatan baru yang mengalir di tubuh mereka, membuat langkah mereka terasa lebih cepat dan ringan. Karena, tubuh mereka bertiga melayang di udara. Mereka akan terbang melesat di antara gelapnya hutan itu. Penuh dengan kekuatan magis dan keajaiban.
"Wow, aku merasa seperti bisa berlari tanpa lelah! Aku sekarang terbang!!" kata Akiko dengan mata berbinar. "Ini luar biasa, Hiro!"
Aletheia kini mulai tersenyum dan mengangguk dengan penuh adrenalin semangat akan hal menantang. "Hahaha!! Kita ini jadinya melayang, bukan lari. Tapi, ini akan sangat membantu kita dalam perjalanan ini. Terima kasih, Hiro," kagum Aletheia. "Mungkin, untuk saat ini aku nikmatin aja waktu ini. Lagian, ada beberapa penamaan di dunia mimpi ini juga yang jauh dari bahasa yang aku ketahui."
"Hehe... terimakasih. Sebelumnya aku jelasin ke kalian, kalau aku bisa membawa kalian menuju tujuan dalam waktu tiga hari saja, ya bukan?"
"Eumm... iya, benar. Kenapa, Hiro?" tanya Akiko yang kebingungan, kepalanya memiring ke arah kanan karena penuh penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream World
FantasyKalopsia Ken Aletheia tak pernah menyangka hidupnya yang biasa bisa berubah menjadi misteri yang menjangkau dua dunia. Sebagai seorang pemuda yang yatim piatu, ia terlempar ke dalam dunia mimpi-tempat di mana kenyataan terdistorsi, dan rahasia terse...