Dari pedalaman hutan Blackwood yang begitu sempit, sesak, dan penuh dengan teror yang horor, terdapat sosok seorang bocah laki-laki yang tampak aneh sedang berlari. Rambutnya hitam legam, berantakan seperti belum pernah tersentuh sisir, dan matanya berwarna biru tua dengan kilatan keunguan yang tampak tidak wajar di tengah suasana yang gelap dan kelam. Tidak jarang, ia jatuh tersandung lalu bangkit dan berlari lagi, karena sempit dan sesaknya hutan ini.
Sorot matanya mencerminkan ketakutan yang mendalam, seolah-olah dia telah melihat sesuatu yang mengerikan dan tak terbayangkan, sesuatu yang tidak seharusnya dilihat oleh siapa pun. Seakan kengerian yang ia bawa dari kedalaman hutan itu melekat di setiap sel tubuhnya. Setiap langkahnya tampak berat, seperti tubuh kecilnya telah kehilangan kekuatan untuk melawan rasa takut yang begitu mencekik. Bayangan dari dalam hutan masih menggantung di belakangnya, seolah terus mengintai.
Wajah bocah itu tampak, seperti seoran yang telah kehilangan sebagian dari jiwanya, menjadi sebuah kekosongan. Seperti seorang yang tersesat di antara dimensi, dia bergerak dengan gemetar, dikelilingi oleh kegilaan mental yang tidak hanya berasal dari hutan Blackwood, tetapi juga dari dalam dirinya sendiri. Pandangannya tidak lagi menatap dunia ini dengan penuh harapan, melainkan terperangkap dalam kengerian yang tak terucapkan, putus asa, depresi.
Dalam tiap tarikan napasnya yang terengah-engah, terlihat jelas bahwa dia tidak hanya ketakutan—dia seperti telah terpecah, tercerabut dari sesuatu yang miliknya. Kehilangan itu bukan hanya fisik, tapi seolah jiwanya telah terkoyak oleh sesuatu, meninggalkannya dalam kehampaan yang menghancurkan. Bocah itu berlari di sana, di ambang kehancuran, seolah sisa-sisa harapannya telah dimakan oleh kegelapan abadi yang berasal dari hutan yang begitu menakutkan.
Bocah itu berjalan dengan langkah yang tertatih-tatih. Nafasnya terengah-engah, dan tubuhnya gemetar hebat, seakan hutan sendiri telah mengukirkan rasa takut ke dalam jiwanya. Suara ranting-ranting yang patah di bawah kakinya terdengar lebih menyeramkan di tengah sunyi yang mendominasi Blackwood. Setiap gerakan, setiap tatapan dari bocah itu membuat suasana menjadi semakin mencekam. Berlari, terus berlari, hanya itu yang bisa ia lakukan. Hinga, ia menemui sebuah rumah dengan seorang kakek di tengah lapang hutan itu.
"To-tolong... a-aku... " bocah itu memohon dengan suara lemah dan gemetar. Tubuh kecilnya mulai bergetar, sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan suara yang menghantam keras akibat kelelahan. Debu-debu berterbangan di sekitar. Ia terkulai di sana, tak bergerak, seperti beban berat yang akhirnya menyerah pada tubuhnya yang rapuh. Nafasnya tersengal, terputus-putus, seolah tenaga terakhir yang ia miliki hilang begitu saja.
Orang yang berdiri di depannya—Michio—bergegas maju ke depat bocah itu. Jantungnya berdegup kencang saat ia berjongkok di samping bocah itu. "Oi, kau!! Bertahanlah!" teriak Michio sebelum mencoba mengulurkan tangannya dengan perlahan. Namun, tidak ada respon yang dibuat setelah ucapan tadi, Michio langsung tersadar, bahwa bocah ini sedang dalam masalah besar.
Seketika, Michio langsung membopong bocah itu ke dalam rumah dengan hati-hati dan menidurkannya ke kasurnya. Meskipun rumah itu tampak kumus, tapi Michio memastikan dengan seksama tentang bocah itu agar terawat dengan aman. Setelah bocah itu dirasa sudah bisa istirahat dengan nyaman, dengan segera Michio langsung menuju dalam hutan dari arah bocah itu berasal. Dirinya ingin memastikan tentang sesuatu yang membuat bocah itu ketakutan.
Setelah berada di luar rumah, Michio kemudian menjulurkan kedua tangannya ke arah rumahnya. Seketika, seluruh tubuhnya dilapisi dengan cahaya, dan matanya menjadi menyala keemasan, tak terkecuali mata kanannya yang penutup matanya juga lepas. Kemudian, dalam sekejab, rumah itu menghilang, seolah pergi ke suatu tempat yang jauh dari sana, berbeda dari dimensi yang ada. Hawa di sekitar kembali hening, hanya ada tanah lapang dan gua gelap di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream World
FantasyKalopsia Ken Aletheia tak pernah menyangka hidupnya yang biasa bisa berubah menjadi misteri yang menjangkau dua dunia. Sebagai seorang pemuda yang yatim piatu, ia terlempar ke dalam dunia mimpi-tempat di mana kenyataan terdistorsi, dan rahasia terse...