Cahaya fajar mentari perlahan menyusup melalui celah-celah kecil di dalam goa, membangunkan seorang pemuda berusia enam belas tahun yang baru saja terlelap—Kalopsia Ken Aletheia. Ketika ia membuka matanya, kesadarannya segera dipenuhi oleh kesan aneh yang merasuk, menyadari bahwa dirinya kembali ke tempat yang sama—goa dari hutan yang asing ini. Kebingungan dan keheranan menguasainya, pikirannya buntu mencoba memahami situasi yang kian membingungkan.
Ketika ia keluar dari goa, pemandangan yang ia lihat adalah pemandangan yang begitu membingungkan. "Gak mungkin!? Yang benar saja?! Aku kembali ke sini? Dasar sialan! Kenapa aku bisa kembali?" yang ia lihat adalah hutan yang sama seperti mimpi dia sebelumnya. Kini, sekarang Aletheia kembali lagi ke tempat mimpi yang sama.
Aletheia kembali ke dalam goa. Di sana,ia mulai melepas emosinya. "KOK AKU BISA KEMBALI KE SINI LAGI??!!" teriaknya, membuat seluruh sisi goa bergema, merasakan frustrasi yang semakin memuncak
Namun, sadar akan konsekuensinya, Aletheia mencoba untuk tenang dan memikirkan semuanya dengan kepala dingin, "Huff... tenang... tarik napas pelan-pelan... huff... bisa-bisa aku memancing makhluk aneh lainnya karena teriakanku lagi, bakalan jadi masalah."
Setelah tenang, Aletheia mulai mengamati keadaan sekitarnya, "Bajuku masih sama seperti yang kemarin, bukan yang terakhir kali yang aku pakai buat tidur hari ini. Berarti, hari di dunia ini adalah hari kemarin setelah aku tertidur di goa waktu itu? Ini membingungkan... memangnya mimpi bisa disambung? Lucid Dream yang tersambung? Hah?"
Pikirannya kembali pada ambang batasnya, membuatnya menjadi sangat frustasi akan segala keanehan yang terjadi pada dirinya."ARGH!! MIMPI MACAM APA INI?!!" Aletheia tanpa sadar kembali lagi menghardik dengan sangat keras.
Aletheia mulai mengambil tombak yang dia buat sebelumnya itu, dan bersiap untuk melanjutkan penjelajahan. Harapannya kali ini adalah benar-benar bisa menemukan bantuan atau petunjuk tentang apa yang terjadi pada dirinya. "Haahh... tapi aku tak mau sekali lagi menjelajahi hutan ini. Bikin otakku sakit rasanya," tapi, dengan tekad dan harapan yang menguat, Aletheia siap melanjutkan penjelajahan.
"Aku harap, aku dapat secepatnya nemuin pemukiman, atau gak ya seseorang siapa gitu. Kalau ini memang Lucid Dream, harusnya semua apa yang aku bayangkan dari harapanku terwujudkan. Semoga aja lah ya," kini, Aletheia merasakan tubuhnya menjadi segar dan bugar, jauh dari kelelahan yang menghantui sebelumnya, meski setelah tertidur dari harinya bersama Yuki, dia juga langsung terbangun.
Di bawah bulu-bulu pohon yang tersapu langit, tanah-tanah mencatat pijakan kaki-kaki Aletheia. Terus menerus ia berjalan sembari melawan rasa lelahnya. "Tempat ini, sebenarnya tempat macam apa sih? Semuanya begitu asing," pikir Aletheia selama perjalanannya.
"Pohon-pohon kebanyakan pada besar dan tinggi semua. Begitu juga hewan-hewannya. Kalau soal tumbuhan... yang ngeri jadi ngeri banget, yang cantik jadi cantik banget. Aneh," Aletheia selama di tempat ini telah begitu banyak melihat dan merasakan macam-macam hal yang sangat aneh.
Seperti pohon apel pahit yang sangat besar, beruang raksasa, kelinci bertaring yang berukuran besar, sebuah tanaman yang memiliki mata, bunga berkelopak pisau yang begitu berbahaya. Semuanya tergambarkan dengan sangat menakutkan
Tetapi, dari semua itu, juga terdapat banyak hal yang meluluhkan hati Aletheia. Seperti bunga anggrek yang indah memancarkan wangi nyaman di sepanjang jalan. Aliran sungai yang jernih sebagai tempat para ikan meliuk-meliuk mengarungi celah bebatuan. Pohon-pohon dan bunga yang menyatu indah, menciptakan suasana hawa yang sejuk dan indah. Serta berbagai macam jenis hewan dan serangga yang ikut serta meramaikan keasrian alam.
Waktu terukir selama berjam-jam. Hingga akhirnya Aletheia melihat sesuatu dari kejauhan. Bagaikan mimpi yang beneran menjadi kenyataan, matanya memberikan sinyal ke arah sesuatu. Terkejutnya dia, Aletheia melihat sebuah bangunan menara menjulang diri tinggi dari kejauhan. Harapan Aletheia dalam menemukan pemukiman menjadi kenyataan. Sudah jelas, menara itu menandakan adanya sebuah pemukiman. Ia lalu berlari dia dengan kencang kegirangan menuju menara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream World
FantasíaKalopsia Ken Aletheia tak pernah menyangka hidupnya yang biasa bisa berubah menjadi misteri yang menjangkau dua dunia. Sebagai seorang pemuda yang yatim piatu, ia terlempar ke dalam dunia mimpi-tempat di mana kenyataan terdistorsi, dan rahasia terse...