Setelah acara potong kue selesai, tamu-tamu undangan menikmati acara di meja yang telah di sediakan. Begitu juga dengan Aruna dan Calvin, mereka duduk di meja yang di tempati oleh keluarga Nugraha, dan di sana juga ada kedua orang tua Aruna. Sementara kedua orang tua Abi sudah tiada, dan adiknya sedang berhalangan untuk hadir. Tadi, adik Abi hanya mampir sebentar memberikan kado kepada Cia, setelahnya langsung pergi karena ada keperluan mendesak.
Suara tawa tengah mengisi meja itu, mereka baru saja membahas sesuatu yang lucu. Sementara Aruna, dia lebih sibuk dengan Cia yang duduk di pangkuannya. Aruna memeluk Cia, cucu perempuan di keluarga Nugraha, cucu satu-satunya.
“Kamu kapan nyusul Clara, Vin?” tanya Darmawan, Papa Calvin. Darmawan menatap ke arah Calvin yang duduk di sebelah Aruna. Mereka menempati meja bundar, duduk bersebelahan dengan pasangan masing-masing.
Calvin menatap Darmawan dengan wajah bingung. “Nyusul gimana, Pa? Calvin udah nikah, nyusul apalagi”
Darmawan menatap Calvin serius. “Kamu kira, kamu hanya perlu menikah aja? Kamu enggak mau punya anak? Kamu harus memiliki keturunan”
“Pa” Farida memegangi tangan Darmawan yang berada di atas meja, sedikit menegur sang suami yang membahas masalah anak di tengah-tengah acara ulang tahun Cia.
“Maafin suami Saya, Mbak. Dia tuh mikir keturunan terus. Kalau anaknya udah nikah, pasti langsung mikir kapan punya anaknya” ucap Farida yang ditujukan kepada Hera.
Hera tersenyum, melirik ke arah Aruna yang duduk di sebelahnya. “Wajar Pak Darmawan nanyain hal itu, Mbak. Mereka udah menikah lumayan lama, dan Aruna juga udah berumur 28 tahun”
Aruna yang tadi terlihat santai bermain bersama Cia, mendadak menegang. Sepertinya tanggung jawabnya belum usai, masih ada hal yang harus dia lakukan. Menikah bukan akhir baginya, orang tuanya masih menginginkan hal lain dari hasil pernikahannya itu.
“Kalian lagi enggak nunda, kan?” Kali ini Panji yang mengajukan pertanyaan.
Di tengah perbincangan yang membahas Aruna dan Calvin, Abi memilih tidak ikut campur karena dirinya hanya menantu di keluarga itu, dan begitu juga Clara, dia lebih banyak diamnya. Clara mau pun Abi memilih menyantap hidangan yang ada di atas meja.
“Kita enggak nunda, Pa. Memang belum di kasih aja” Calvin begitu pandai berbohong. Sampai kapan pun, mereka tidak akan bisa memberikan cucu kepada orang tua mereka karena mereka tidak pernah berusaha.
“Kalian ikut program kehamilan sama dokter enggak?” tanya Farida, menatap Calvin dan Aruna secara bergantian.
Aruna tidak bisa menjawab apa-apa, dia tidak ingin melontarkan kebohongan. Aruna tidak seperti Calvin yang bisa berbohong dengan mudah, apalagi kepada orang tua mereka. Aruna merasa begitu berdosa jika harus berbohong.
“Mama tahu kalau kalian belum ikut program kehamilan” Farida beralih menatap Clara yang sibuk makan. “Kamu masih nyimpan nomor dokter tempat kamu program dulu enggak, Kak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Tunggu
Romance(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK) WARNING!! (21+) Aruna Daniella Suherman tidak menyangka jika dirinya di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Di umurnya yang sudah menginjak angka 27, Aruna di paksa menikah dengan Ca...