BAB 5

3.5K 130 2
                                    

Selama acara berlangsung, Calvin terus saja memandangi Aruna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama acara berlangsung, Calvin terus saja memandangi Aruna. Laki-laki itu terus memperhatikan Aruna yang mengikuti acara dengan senyuman yang biasa dia tampilkan. Aruna tampak bahagia, tertawa bersama dengan Cia, dan perempuan itu menikmati obrolan dengan keluarganya juga. Namun, Calvin merasa jika ada yang salah dengan semua itu. Aruna seperti menyembunyikan sesuatu.

Selepas acara usai pun, Calvin masih saja melirik tangan Aruna. Dia masih belum percaya dengan alasan Aruna yang mencuci tangan, dan melukai tangannya. Tidak mungkin mencuci tangan membuat jari Aruna terluka, kecuali jika mencucinya dengan gerakan kasar, mungkin bisa.

“Kamu mau menginap di rumah Papa, Vin?” tanya Panji sesampainya mereka di parkiran mobil.

Calvin menoleh, sebelum menjawab dia melirik Aruna terlebih dahulu. Calvin ingin menanyakan perihal yang Aruna lakukan di toilet tadi sampai menghabiskan waktu lama. Jadi, dia tidak mungkin membahas itu di rumah mertuanya. “Kayaknya enggak, Pa. Besok aku ada meeting pagi, jadi kalau berangkat dari rumah Papa takut enggak sempat. Aku enggak bawa baju ganti.”

Panji mengangguk mengerti, dia harus paham dengan menantunya yang sibuk itu. Calvin bekerja keras, dan kerja keras itu bisa Panji lihat dengan perusahaannya yang berkembang berkat Calvin. “Ya sudah, lain kali saja kamu menginap di tempat Papa.”

Calvin tersenyum. “Iya, Pa.” Kemudian, laki-laki itu beralih menatap Aruna. “Ayo, Run,” ajaknya.

Aruna mengangkat kepalanya menatap Calvin. “Aku mau menginap di rumah Mama. Ada yang mau aku bicarain sama Mama.”

Hera memang ingin berbicara dengan Aruna, tapi tidak harus malam itu juga. Aruna memilih menginap di rumah orang tuanya lebih dengan maksud menghindari segala pertanyaan penuh curiga yang akan Calvin layangkan kepadanya. Selama acara tadi, dia tahu Calvin tidak berhenti memperhatikannya.

“Kita bisa bicara kapan-kapan, Run.”

Aruna menggeleng. “Enggak, Ma. Aruna ada waktu sekarang. Kalau nanti-nanti, takutnya Aruna enggak sempat ke sana.”

“Kalau gitu aku ikut menginap di rumah Mama__”

“Enggak,” potong Aruna cepat, membuat Panji dan Hera menatap Aruna aneh. Aruna yang sadar jika penolakannya terlalu kentara, dan memutuskan untuk mengontrol dirinya. Aruna tersenyum lembut ke arah Calvin. “Kamu besok ada meeting. Di rumah Mama enggak ada baju ganti, kalau aku bajunya masih ada beberapa di sana.”

“Aku bisa pakai baju ini lagi.”

Aruna menggeleng. “Baju ini udah kotor, Vin. Kamu tidur di rumah sendirian dulu, ya. Besok aku udah balik ke rumah kok, aku enggak akan lama di rumah Mama.”

“Tapi, Run..”

Panji tertawa ketika Calvin begitu takut Aruna berjauhan dengannya. “Kalian bukan pengantin baru lagi, masih aja nempel terus.” Panji menepuk bahu Calvin pelan. “Kalau kalian senempel ini, Papa jadi heran kenapa belum berhasil juga program bikin anaknya,” ucapnya sembari tertawa.

Titik Tunggu (Sudah Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang