BAB 6

3.3K 111 1
                                    

Rantai kehidupan Aruna tidak akan jauh dari campur tangan kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rantai kehidupan Aruna tidak akan jauh dari campur tangan kedua orang tuanya. Dari dulu, sampai sekarang, ketika dirinya sudah menikah pun, semuanya di putuskan oleh orang tuanya. 28 tahun lamanya Aruna menjalani kehidupan seperti itu. Entah kapan dirinya bisa bernapas lega, dan tidak lagi di atur untuk menentukan jalan hidupnya lagi.

Aruna bukannya tidak mau mengikuti kemauan orang tuanya, hanya saja dirinya ingin sekali saja menentukan pilihannya sendiri.

“Tumben banget week day ke rumah gue.” Erika menaruh segelas minuman manis untuk Aruna yang datang ke rumahnya secara dadakan. “Gue enggak masak apa-apa. Anak gue lagi rewel, habis demam dia.”

Aruna tersenyum. “Enggak apa-apa. Lagi pengen main ke sini aja gue. Tadinya mau main sama anak lo, tapi dia udah tidur.”

Erika terkekeh. “Lo datang agak telat, harusnya datang pas Sesil rewel tadi. Capek banget ngurus anak kalau lagi rewel gitu.” Erika menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Sesil, anaknya yang baru berumur dua tahun itu sedang demam dan lebih rewel dari biasanya. Dari malam sampai tadi, beberapa menit yang lalu, Sesil baru berhasil dia tidurkan.

Erika menatap Aruna, dan dia sadar jika saat ini Aruna sedang tidak baik-baik saja. “Mau cerita apa kali ini? Gue udah bisa dengar cerita lo.” Erika menegakkan tubuhnya, menatap Aruna serius. “Atau mau tunggu Dian dulu? Dia katanya juga mau ke sini pas gue kabarin lo ada di rumah gue.”

Aruna mengedarkan pandangannya, seperti mencari seseorang. “Fahmi enggak di rumah, kan?” tanyanya.

Fahmi, sahabat Calvin merupakan suami dari Erika. Mereka menikah tiga tahun yang lalu, dan Aruna datang ke pernikahan itu sebagai bridesmaid. Berdasarkan informasi dari Erika, Calvin juga datang dan menjadi grooms man, hanya saja Aruna tidak menyadari keberadaan Calvin di tengah pesta pernikahan Fahmi dan Erika.

“Dia kerja. Walaupun semalam Sesil rewel, dia tetap harus berangkat kerja. Laki gue bukan pemilik perusahaan yang bisa libur seenaknya. Enggak kayak laki lo,” cibir Erika.

Aruna tersenyum, meskipun Calvin bisa bebas libur, laki-laki itu lebih tertarik untuk bekerja. Buktinya, selama setahun, Aruna sangat jarang bertemu Calvin. Laki-laki itu selalu pulang larut malam. “Kata Kakaknya, dia workaholic.”

“Bukan workaholic, dia sering ke bar sama laki gue,” bantah Erika. “Fahmi udah sering gue omelin buat jangan pulang malam. Eh, masih aja tiap hari begitu. Doyan banget kayaknya di bar.”

Aruna tersenyum lagi. Senyuman yang terlalu sering dia perlihatkan kepada Erika, membuat Erika merasa jika Aruna benar-benar sedang tidak baik-baik saja. Tatapan Erika beralih menatap tangan Aruna, dia tahu kebiasaan Aruna yang mencuci tangannya saat stres ketika mereka berkuliah. Dia beberapa kali mendapati ujung jari Aruna yang terluka.

Terakhir Erika melihat tangan Aruna seperti itu saat memutuskan hubungannya dengan Darel. Dia dan Dian menemani Aruna saat itu, saat mengatakan jika dirinya akan menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya kepada Darel, Aruna sama sekali tidak menangis. Erika dan Dian sempat meragukan perasaan Aruna kepada Darel karena hubungan lama itu harus berakhir, dan Aruna tidak menunjukkan kesedihan sama sekali.

Titik Tunggu (Sudah Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang