BAB 2

3.8K 130 0
                                    

2670 kata*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2670 kata
*****

Mereka terbangun dalam kondisi sama-sama canggung. Mereka berpelukan semalaman, dan terbangun dengan kedua tubuh saling memeluk satu sama lain. Aruna yang pertama kali membuka mata hanya bisa diam memandangi wajah Calvin yang begitu dekat dengannya. Deru napas teratur dari laki-laki itu bisa Aruna rasakan.

Cukup lama Aruna terdiam di posisinya, tidak bergerak sama sekali. Aruna takut jika pergerakannya akan membangunkan Calvin. Laki-laki itu tampak lelap dalam tidurnya, tampak seperti orang yang belum tidur selama berhari-hari. Dari posisinya sekarang, Aruna bisa memandangi wajah sang suami dengan puas. Alis tebal, hidung mancung, bibir merah muda, serta pahatan rahang yang begitu tegas. Calvin nyaris sempurna.

Calvin mengerutkan keningnya, matanya terbuka perlahan, dan yang pertama kali dia temukan adalah wajah Aruna. Calvin membeku, tatapannya bertemu dengan Aruna selama beberapa detik. Di detik ke sepuluh, dirinya baru sadar jika dia sudah lancang memeluk Aruna.

"Sorry, Run." Calvin menarik tangannya yang berada di pinggang Aruna. Tubuhnya juga di tarik menjauh dari Aruna dengan gerakan tergesa. Kepala Calvin terasa pusing karena harus langsung bergerak ketika kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya.

Aruna mengangguk, membawa tubuhnya untuk duduk. Aruna menatap Calvin yang duduk tidak jauh darinya, laki-laki itu memegangi kepalanya. "Semalam kamu minum lagi?" tanyanya. Semalam Aruna mencium bau alkohol dari napas Calvin.

Calvin menarik matanya menatap Aruna, dan kepalanya dia anggukkan. "Maaf banget, aku jadi meluk kamu. Kayaknya aku semalam mabuk banget."

Tidak. Calvin memeluk Aruna dengan penuh kesadaran, dia tidak mabuk sama sekali. Calvin berbohong agar Aruna tidak menganggapnya laki-laki yang mencari kesempatan dalam kesempitan. Padahal tidak ada salahnya bukan Calvin memeluk Aruna?

Aruna menarik bibirnya untuk tersenyum. "Enggak apa-apa, Vin. Aku istri kamu."

Aruna istrinya. Aruna sendiri saja tidak masalah, tapi kenapa Calvin merasa bersalah dengan perbuatannya semalam? Sebenarnya, Calvin senang mendengar ucapan Aruna. Tapi, kenyataan Aruna mau menikah dengannya karena terpaksa kembali menamparnya, memaksanya untuk kembali menerima kenyataan jika istrinya tidak mencintainya.

Merasa Calvin tidak akan berbicara lagi, Aruna memilih turun dari kasur. Beginilah mereka, hanya perbincangan singkat yang tidak memiliki arti apa-apa yang selalu menemani mereka. Ketika mereka tengah berdua seperti ini, hanya ada kecanggungan yang mendera sampai mulut mereka terkatup, kehabisan kata-kata.

Aruna melirik ke arah nakas di mana dia menempelkan sticky note, dan sudah tidak ada di sana, menandakan Calvin sudah melihatnya semalam. Aruna kembali menarik matanya untuk menatap Calvin. "Hari ini ulang tahun Cia," beri tahunya lagi.

Cia, anak dari Clara, kakak perempuan Calvin. Hari ini, Cia berulang tahun ke lima tahun, dan sebagai menantu di keluarga Nugraha, tentu saja Aruna harus menghadiri acara ulang tahun cucu satu-satunya di keluarga Nugraha.

Titik Tunggu (Sudah Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang