BAB 4

3.2K 115 0
                                    

Setiap orang memiliki caranya untuk melampiaskan tekanan yang dia terima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setiap orang memiliki caranya untuk melampiaskan tekanan yang dia terima. Begitu juga dengan Aruna, perempuan itu bukan patung yang tidak pernah merasa stres. Dia juga manusia biasa, pernah merasa tertekan, bahkan hal kecil yang menurut orang biasa saja, tapi bagi Aruna itu adalah beban besar.

Cara Aruna menghadapi stresnya adalah dengan mencuci tangannya berulang kali. Setiap kali ada hal yang membuatnya merasa cemas, tertekan, dan merasa tidak sanggup memenuhi segala keinginan orang di sekitarnya, terutama keluarganya, maka Aruna akan mencuci tangannya. Mencuci tangan sebagai bentuk terapi yang bisa Aruna lakukan untuk mengurangi segala pemikiran yang memenuhi benaknya.

Seperti yang Aruna lakukan sekarang. Perbincangan tadi cukup memberikan tekanan kepadanya. Aruna tidak akan bisa memenuhi keinginan keluarganya itu, dan dia merasa begitu cemas. Pembicaraan itu bagaikan tekanan kuat yang di berikan kepadanya. Aruna harus menyangga beban itu dengan kedua kakinya yang perlahan mulai melemah.

Aruna menatap tangannya yang dia guyur dengan air, dan masih merasa tangannya belum bersih. Aruna kembali mengambil sabun dari botol yang tersedia di sisi wastafel, mengusap tangannya dengan sabun berulang kali. Hal itu terus Aruna lakukan, tanpa henti dirinya menggosok tangannya.

“Kenapa belum bersih?” gumamnya pelan. Aruna merasa tangannya belum cukup bersih meskipun sudah berulang kali menggosoknya dengan sabun.

Aruna melakukannya lagi, menggosok tangannya lagi, dan mengguyurnya di bawah air lagi. Hal itu dia lakukan cukup lama, gosokannya semakin keras, dan Aruna mengaduh ketika jari tangannya terluka. Aruna mengangkat tangannya, terlihat telunjuknya sedikit mengeluarkan darah, dan dia merasa lega di saat itu juga. Apa ini kelainan yang Aruna punya?

Tujuan Aruna membasuh tangannya bukan untuk membersihkannya, melainkan demi mendapatkan luka luar agar bisa sedikit meredakan luka dalamnya. Ini jelas penyakit, ini kebiasaan buruk yang Aruna derita sedari lama. Kebiasaan mencuci tangan setiap kali merasa tertekan sudah Aruna lakukan ketika dia menginjak bangku SMA. Saat itu, dia ingin bermain dengan teman-temannya, dan orang tuanya melarang karena Aruna harus mengikuti les.

Aruna adalah anak dengan segudang kegiatan, dari kecil dirinya di latih untuk menjadi anak yang berbakat, tangguh, dan bisa di andalkan untuk mengambil alih perusahaan nantinya. Begitulah didikan yang Aruna terima selama ini. Namun, tanpa sadar, didikan itu membuat Aruna tertekan. Masa remajanya di penuhi dengan mimpi-mimpi yang kedua orang tuanya gantungkan kepadanya.

Aruna tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang. Banyak dari orang-orang di sekitarnya yang memilih memutuskan pertemanan dengannya karena dia tidak pernah ikut berkumpul. Dari banyaknya orang, Aruna masih memiliki dua orang sahabat yang menemaninya sejak SMA. Mereka, Erika dan Dian.

Aruna merasa jika selama ini dia baik-baik saja. Dia tidak pernah keberatan mengikuti pilihan orang tuanya. Aruna merasa senang saja mewujudkan keinginan orang tuanya, tapi kebiasaan mencuci tangannya semakin parah, makin hari, makin sering dia melakukan itu. Aruna jadi sadar, dia tertekan, dan hanya bisa meluapkan semuanya dengan mencuci tangannya.

Titik Tunggu (Sudah Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang