BAB 12

1.3K 38 2
                                    

Ada yang berbeda di dalam pernikahan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada yang berbeda di dalam pernikahan mereka. Biasanya, setiap pagi Aruna dan Calvin sama-sama di sibukkan untuk bersiap-siap berangkat bekerja, tapi pagi ini, Aruna sibuk menyiapkan baju untuk Calvin. Pagi-pagi dia bangun terlebih dahulu, membangunkan Calvin yang tertidur sambil memeluknya. Aruna ingin melakukan aktivitasnya tanpa membangunkan Calvin, tapi tangan laki-laki itu memeluknya begitu erat, seakan takut terlepas. Alhasil, jika ingin beranjak dari tidur, Aruna harus membangunkan sang suami.

Ketika mata Calvin terbuka yang pertama kali dia lihat adalah wajah cantik sang istri. Pemandangan paginya menjadi lebih indah. Dari yang dulunya dirinya hanya bisa memandangi punggung Aruna, kini dia bisa bebas memandangi wajah Aruna. Bahkan, Calvin bebas memeluknya, menciumnya, dan menyetubuhinya juga bisa.

“Dasi aku, Run.” Calvin berjalan mendekati Aruna yang sedang membuat roti panggang. Laki-laki itu menyodorkan dasinya kepada Aruna. Kerah baju Calvin juga di biarkan berdiri, dan Calvin mendadak lupa cara memakai dasi.

Aruna mengambil dasi yang Calvin sodorkan, kemudian mempersempit jarak antara dirinya dan Calvin. Aruna berdiri dengan bokong menyandar ke meja dapur, sedikit berjinjit agar bisa memakaikan dasi di leher laki-laki yang lebih tinggi darinya itu. “Biasanya bisa pakai dasi sendiri, Vin.”

Calvin menaruh tangannya di pinggang Aruna, matanya terus saja menatap wajah Aruna yang tengah serius memasangkan dasi untuknya. Senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya. “Kalau bisa di bantu, kenapa harus sendiri?”

Konsep hidup Calvin mendadak terbalik. Harusnya, jika bisa sendiri kenapa harus di bantu. Calvin dengan seenaknya mengubah pepatah, mengatakan sesuatu sesuka hatinya. Dan Calvin berubah total semenjak dirinya berhasil mengungkapkan perasaannya kepada Aruna. Calvin tidak segan-segan melakukan kontak fisik berlebihan karena dia sudah merasa Aruna miliknya sepenuhnya. Aruna miliknya seorang, perempuannya, istrinya.

“Kalau bisa, pakai dalaman juga di bantu, Run.” Calvin mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum nakal.

Aruna baru tahu sisi dari diri Calvin yang seperti ini. Calvin yang dia kenal selama ini adalah sosok yang begitu tenang, tidak banyak bicara, dan bukan laki-laki yang suka merayu Aruna seperti ini. “Lain kali aku bantu pakai dalamannya.”

“Serius?” tanya Calvin, menatap Aruna setengah tidak percaya. “Kamu memang penurut banget, ya, Run?”

Aruna tidak menjawab, perempuan itu melipat kerah baju Calvin, memastikan kerah baju itu rapi. Setelah rapi, Aruna memandangi Calvin sambil tersenyum. “Aku mau orang di sekeliling aku bahagia, Vin.”

“Tapi, kamu harus tahu terlebih dahulu kalau kebahagiaan diri kamu sendiri jauh lebih penting dari orang di sekitar kamu, Run. Kalau kamu bahagia, kebahagiaan itu akan memancar ke orang di sekeliling kamu tanpa kamu perlu melakukan semua yang orang lain inginkan. Hidup memang tidak melulu tentang diri sendiri, tapi hidup enggak akan berarti kalau kita memaksakan diri kita mengikuti keinginan orang lain. Hidup kita, ya, tentang kita, bukan tentang orang lain.”

Titik TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang