BAB 11

1.4K 41 2
                                    

Ada Additional bab 10 di Karya karsaHanya 3K untuk 2000++ kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada Additional bab 10 di Karya karsa
Hanya 3K untuk 2000++ kata

Link : https://karyakarsa.com/rinlaif/titik-tunggu-bab-10

Spicy, area 21+
*****

Mereka tertidur ketika jarum jam menunjukkan pukul 5 pagi, akibatnya, Calvin dan Aruna terbangun kesiangan. Laki-laki itu sudah terlambat untuk pergi ke kantor, dan memutuskan untuk tidak masuk kerja hari ini.

Setelah terbangun, Calvin membawa Aruna ke kamar mandi, membantu perempuan itu membasuh badannya, menggosokkan sabun ke badan perempuan itu. Selain membasuh badan, Calvin memeriksa bagian bawah Aruna. Setiap Calvin menyentuh di bawah sana, Aruna meringis, membuat Calvin semakin khawatir. Terlebih, Calvin melihat kewanitaan Aruna yang membengkak.

Calvin berubah panik, dan tidak bisa membiarkan kondisi Aruna seperti itu. Tubuh Aruna juga panas karenanya. Setelah selesai mandi dan memakaikan baju untuk Aruna, Calvin ingin menghubungi dokter, tapi di tahan oleh Aruna dengan alasan dirinya malu menanyakan perihal itu kepada dokter.

“Yaudah, kalau gitu aku telepon Erika aja. Dia dokter kandungan, pasti tahu,” ucap Calvin sebelum menghubungi Erika, dan meminta perempuan itu untuk datang ke rumahnya.

Erika benar-benar datang ke rumahnya. Erika datang setengah jam setelah Calvin menelepon. Wajah Erika panik ketika menghampiri Aruna yang duduk di atas kasur dengan bersandar ke kepala ranjang.

“Lo enggak pakai seks toys, kan?”

Itu pertanyaan yang pertama kali Erika layangkan kepada Aruna. Di tambah perempuan itu menatap curiga ke arahnya. Aruna berubah gelagapan, matanya melirik Calvin yang berada di dekat mereka. Aruna yakin Calvin mendengar apa yang Erika katakan. “Enggak! Gila lo!” sentaknya.

“Aneh banget lo tiba-tiba mengeluh vagina lo bengkak. Apa lagi kalau bukan karena lo nekat pakai dildo.”

Aruna ingin menyumpal mulut Erika, perempuan itu semakin memperjelas semuanya. Aruna menahan malu setengah mati saat melihat Calvin yang masih saja menunggu di dalam kamar. “Gue enggak pakai dildo.” suara Aruna semakin lama memelan, dan hampir tidak terdengar oleh Erika.

“Terus kenapa vagina lo bisa bengkak?” tanya Erika. “Sini, deh, gue periksa.”

“Enggak, Er!” Aruna menahan tangan Erika yang ingin menarik selimut yang menutupi kakinya. Meskipun di balik selimut dia masih mengenakan celana, Aruna tahu jika periksa yang Erika maksud adalah melihat kewanitaannya.

Erika berdecak. “Enggak mungkin, ya, vagina lo membengkak tanpa alasan! Kalau lo enggak mau kasih tahu, biar gue yang periksa. Masih perawan enggak lo! Kalau udah enggak, berarti lo benaran pakai dildo.”

Aruna masih menahan selimut saat Erika kembali mencoba menarik selimutnya. “Gue punya suami, Er.”

“Enggak usah cari alasan. Gue tahu Mama lo mau bawa lo ke RS, tapi enggak dengan cara pakai dildo juga. Sakit, kan, punya lo jadinya?!”

Titik TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang