----- Selimut -----

1.6K 203 45
                                    

~ Faye

Sejak hari dimana gadis itu pergi dari mobilku, kami tidak pernah bertemu lagi sampai hari ini. Sudah hampir dua minggu, bahkan ia tidak melakukan bimbingan mentoring denganku.

Sesekali, aku mencarinya di perpustakaan berharap bahwa gadis itu tengah belajar disana, mungkin dengan Andrea.

Namun aku tidak menemukannya sama sekali. Ketika aku pergi ke fakultasnya diam-diam mencari keberadaan anak itu. Aku tidak pernah menemukannya disana.

Tetapi aku melihat temannya yang kemarin bersamanya, aku ingat anak ini yang pernah Abigail ceritakan bahwa ia menyukainya.

Ketika gadis dengan berambut blonde itu keluar dari kelasnya aku lantas menghampiri anak itu.

"Apa kau melihat Yoko?".

"Kak faye..?"

Anak itu tampak terkejut ketika melihatku menghampirinya secara tiba-tiba.

"Tolong jawab pertanyaanku.."

"Dia sudah tidak masuk selama seminggu.."

"Apa dia memberitahumu alasannya?".

Anak itu menggeleng kebingungan sama sepertiku.

"Jika kau mendapat kabar darinya tolong kabari aku.."

"Apa Yoko tidak pernah mentoring padamu?".

Aku mengabaikan pertanyaan gadis itu dan pergi meninggalkannya dilorong. Dengan menurunkan rasa egoku, aku membuka ponselku dan mencoba untuk mengirimkan pesan padanya.

"Kemana saja kau?, mengapa tidak pernah menemuiku untuk mentoring?".

Aku mengirimkan pesan itu padanya, menunggu anak itu membalas pesanku.
Namun hingga 30 menit berlalu tidak ada notifikasi darinya.

Dengan gusar aku duduk diruang galeri seni sembari memeriksa ponselku menunggu jawaban darinya.

"Kak faye.."

Aku menoleh kearah sumber suara mengira bahwa itu adalah gadis yang kutunggu. Namun ternyata itu adalah Abigail yang baru saja tiba dengan membawa peralatan lukis miliknya.

"Ternyata kau.."

"Kau berharap siapa yang datang kemari?".

Aku memalingkan wajahku darinya, Abigail mulai meletakkan barang yang ia bawa dan menyusunnya dengan rapi. Sedangkan aku masih tetap memeriksa ponselku.

"Bagaimana dengan mentoringmu kak faye..?"

Aku terkejut dengan pertanyaan yang Abigail lontarkan.

"Sejauh ini cukup baik.."

"Tapi kudengar kau tidak dekat dengan gadis itu?".

"Dari mana kabar itu?".

"Anak-anak membahas itu, mereka melihat justru Andrea yang sering bersamanya ketimbang kau".

Aku mengepalkan tanganku dengan keras, Abigail lantas mengambil kursi dan duduk disebelahku.

"Jangan marah begitu, aku tau dirimu lebih dari mereka kak".

Bersyukur Abigail dan Esmeralda tidak sama seperti mereka yang selalu menebar rumor tentangku. Pandanganku lantas terus memeriksa ponselku menunggu pesan itu berbalas.

"Apa ada sesuatu yang penting, kau terlihat gusar dengan ponselmu sendiri".

Sepertinya aku perlu orang lain untuk menceritakan hal ini dan menurutku Abigail adalah orang yang tepat.

The Same Sun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang