Pada akhirnya keputusan yang dapat ku pilih adalah merelakan rumah itu disita dan aku harus pergi dari sana. Aku membawa barang-barangku yang dirasa sangat perlu untuk tinggal dirumah Yoko.
Kami sepakat untuk tinggal bersama, dan aku akan membantunya membayar sewa rumah miliknya nanti. Sedangkan bibi may, aku terpaksa mengembalikannya ke Thailand sebab tidak mungkin lagi bagiku memberikan gaji padanya.
Aku merasa sedih ketika mengantarkannya saat dibandara kemarin, memberikan sisa tabunganku serta uang hasil penjualan barang-barang dirumah kakek.
Hanya itu yang mampu kulakukan sebagai bentuk pengabdiannya pada keluarga kami bahkan selama ia tinggal bersamaku, seringkali aku tidak memberikannya gaji namun ia tidak pernah marah dan mengerti.
Untungnya mobil itu adalah pemberian kakek namun atas namaku. Karena hanya itu satu-satunya milikku saat ini.
Aku berbaring diatas ranjang tidur sembari menatap langit-langit. Setelah sore tadi membawa barang-barangku untuk pindah, Yoko membantuku merapikan semuanya.
Sampai sekarang aku masih tidak menyangka bahwa aku kehilangan rumah itu. Entahlah, aku merasa sedih namun air mataku tidak menetes sedikitpun.
"Hei..."
Gadis kecil itu baru saja selesai mandi dan berpakaian, dengan perlahan ia meringkuk dan naik keatas ranjang bersamaku lalu memberikan pelukannya.
Aku turut membalas pelukannya, membelai rambutnya yang harum dan mengecup puncak kepala itu dengan lembut.
"Jangan merenung terus.."
Mau bagaimanapun aku masih tetap memikirkannya, semua terasa seperti mimpi buruk untukku.
"Kau sudah makan ?".
Aku bertanya pada pemilik harum teratai yang sedang mempermainkan garis-garis pada leherku.
"Aku menunggumu.."
Dia sangat manis, aku bersyukur sedikit karena aku bisa tinggal bersamanya. Kami berdua turun dari ranjang dan pergi menuju meja makan kecil disana.
"Kau memasak apa?".
Gadis kecilku mulai mengambil piring dan nasi lalu meletakkannya dihadapan kami berdua.
"Aku masak kari tiongkok dan juga babi kecap.."
"Maafkan aku tidak membantumu.."
Dia memberikan senyumnya yang menggemaskan padaku.
"Tak apa.. kau sedang banyak pikiran.. bukankah aku seperti istri yang memasak untuk suami?".
Aku tersenyum kecil melihat tingkahnya.
"Tapi suamimu sekarang tidak bisa memberimu uang..."
"Tak apa, dia sedang terkena masalah dan istri yang baik harus berada disamping suaminya bukan?".
Kami berdua tertawa bersama, ia mulai menuangkan kuah kari itu diatas piring milikku. Menikmati makan malam sederhana itu bersama, ada sedikit perasaan berbeda.
Biasanya aku makan sendirian, tapi kali ini ada gadis kecil itu disampingku.
.
.
.Pagi ini aku pergi menemui Mac, dia adalah orang yang mempromosikan jasaku pada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jasa design grafis milikku.
Kami telah membuat janji untuk bertemu di 7 eleven dipusat kota Sydney. Lama menunggu akhirnya Mac datang menemuiku dengan ransel punggung yang ia bawa.
"Mac.. lama tak bertemu".
Namun tatapan pria itu seperti tidak biasanya, aku tau Mac orang yang sangat menyebalkan. Jalan satu-satunya untuk mendapatkan pekerjaan adalah darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Sun
Romance"Mungkin perjalanan kita akan berbeda, tapi setidaknya kita masih melihat matahari yang sama bukan?". . Mengisahkan perjalanan cinta antara Supaporn Malisorn A.k.a Faye Malisorn seorang mahasiswa Master's Degree dengan Apasra Lertprasert A.k.a Yoko...