Di pagi yang cerah, Saka baru saja selesai menyelesaikan semua tugasnya di rumah. Dengan semangat, dia mengemas buku-bukunya ke dalam tas dan meninggalkan rumah. Hari ini, dia tidak perlu mengantar koran dan susu seperti biasanya karena pemiliknya pulang kampung. Untung saja, ayah dan bundanya tidak ada di rumah karena ayahnya sedang ada urusan bisnis ke luar negeri, dan tentu saja bundanya menemani ayahnya. Kedua saudaranya mungkin masih tidur, jadi Saka tidak mendapatkan amukan dari keluarganya.Langit biru dan udara segar pagi memberikan dorongan tambahan untuk hari yang akan datang. Saka berdiri di halte bus, menunggu dengan penuh kesabaran. Udara pagi yang segar terasa sejuk di wajahnya, sementara langit biru perlahan mulai cerah. Ia memeriksa jam tangannya dan melihat waktu yang terus bergerak maju. Di sekelilingnya, beberapa siswa lain juga tampak menunggu bus dengan berbagai ekspresi, ada yang sibuk dengan ponsel mereka dan ada pula yang berbincang dengan teman.
Saka menghela napas, mencoba mengusir rasa bosan yang mulai muncul. Dia memikirkan jadwal pelajaran hari ini dan memeriksa kembali catatannya di ponsel untuk memastikan tidak ada yang terlupakan. Sesekali, ia melihat ke arah jalan raya, berharap bus akan segera muncul di tikungan.
Sambil menunggu, Saka menikmati ketenangan pagi sebelum kesibukan sekolah dimulai, mempersiapkan dirinya untuk menghadapi tantangan hari ini dengan penuh semangat.
Setelah perjalanan panjang menunggu bus, Saka menaiki bus dengan langkah yang perlahan. Ketika bus mulai melaju, pikirannya melayang jauh, membayangkan apa yang akan terjadi di sekolah nanti. Dia membayangkan wajah-wajah siswa yang sering membully-nya, tatapan penuh kebencian yang selalu menghantui setiap langkahnya. Saka mencoba menenangkan diri, berusaha keras untuk tidak membiarkan rasa takut menguasai dirinya. Dia tahu, hari ini mungkin akan sama seperti hari-hari sebelumnya, tetapi dia bertekad untuk tetap kuat menghadapi setiap tantangan yang ada di depannya
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Setibanya di sekolah, Saka melangkah keluar dari bus dengan perlahan. Suara riuh rendah aktivitas pagi di sekolah segera menyambutnya. Dia melihat teman-temannya yang lain berseragam rapi, tertawa dan berbicara dengan ceria. Saka menelan ludah, mencoba mengabaikan perasaan cemas yang menghimpitnya.
Saat dia berjalan menuju gerbang sekolah, beberapa siswa yang biasa membully-nya sudah menunggu di dekatnya. Tatapan sinis dan ejekan sudah siap meluncur. Saka menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. Meski hatinya bergetar, dia tetap melanjutkan langkahnya dengan kepala tegak, menahan segala perasaan yang berkecamuk dalam dirinya.
Untung saja para pembully itu sedang di hukum oleh guru BK karena pakaian mereka yang tidak memenuhi aturan sekolah. Jadi dia lolos dari Bullyan mereka.
....
Di dalam kelas, Saka menuju tempat duduknya dengan cepat dan mengeluarkan bukunya, berusaha untuk tetap fokus, Meski bisik-bisik dan tatapan tajam tak pernah benar-benar hilang, dia berusaha untuk tidak membiarkannya mengganggu konsentrasinya. Dia tahu, di tengah-tengah semua ini, kekuatan dan keteguhan hatinya adalah hal yang paling penting.
Saat bel sekolah berbunyi, semua siswa memasuki kelas dengan cepat. Saka duduk di tempatnya, menarik napas panjang, dan membuka buku-bukunya. Dia mencoba fokus pada pelajaran, meskipun suara bisik-bisik dan tatapan tidak nyaman terus-menerus mengganggu konsentrasinya.
Guru memasuki kelas dan Saat pelajaran berlangsung, guru memberikan pengumuman penting. "Hari ini, kita akan mengerjakan tugas kelompok tentang proyek penelitian," katanya sambil membagikan lembar tugas. "Silakan bentuk kelompok dan pilih topik yang akan kalian teliti."
Saka mengamati sekeliling kelas saat teman-temannya mulai berdiskusi dan membentuk kelompok. Dia mendekati beberapa kelompok, berharap ada yang mau menerima dirinya, namun setiap kali dia ditolak dengan berbagai alasan. Meskipun begitu Saka tetap berusaha untuk bersikap positif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsaka Dirgantara
General FictionSeorang anak bernama arsaka dirgantara menjalani kehidupannya dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Sejak kecil, saka telah menghadapi penolakan dari keluarganya. Keluarga besar dirgantara, baik dari pihak ayah maupun ibu, mereka tidak pernah menyem...