Rosa berdiri di depan pintu ruang rawat saka, jantungnya berdegup kencang. Dia bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti suasana di sekitarnya.
Lampu putih yang menyinari ruang itu membuatnya merasa seolah-olah semua mata tertuju padanya, meskipun sebenarnya tidak ada orang yang memperhatikannya.
Rosa menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dengan tekad yang kuat, Rosa melangkah maju. Setiap langkah terasa berat, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa mundur.
Dia meraih gagang pintu dan perlahan membukanya. Suara pintu yang berdecit seakan menggema di dalam hatinya, tetapi dia tetap melangkah masuk.
Di dalam ruang rawat saka, tidak ada siapapun kecuali saka yang tertidur di brankar, suasana terasa tenang. Rosa melihat saka, anaknya terbaring di ranjang, dikelilingi oleh alat-alat medis.
Meskipun ada rasa cemas yang menyelimuti, dia merasa lega bisa berada di sana.
Dia mendekat, menggenggam tangan saka dan berbisik, "bunda di sini. Kita akan melalui ini bersama sayang." Bisiknya.
Rosa terkejut saat Saka terbangun karena gerakannya. Dia melihat mata sayu anaknya, dan perasaan bersalah melanda hatinya.
Dalam momen tersebut, air mata mulai mengalir di pipinya. Rosa merasa tertekan oleh penyesalan yang mendalam atas kesalahan yang telah dilakukannya terhadap Saka.
Dengan suara yang bergetar, Rosa meminta maaf kepada Saka.
"Maafkan bunda, Saka. Bunda telah berbuat jahat padamu," ucapnya, suaranya penuh emosi.
Dia tahu bahwa kata-kata itu tidak bisa menghapus semua rasa sakit yang mungkin telah dia sebabkan, tetapi dia berharap Saka bisa merasakan ketulusan permohonan maafnya.
Saka, meskipun masih lemah, menatap ibunya dengan senyuman lemah.
"Bunda, saka sudah memaafkan bunda," ujarnya pelan, tetapi dengan tulus.
Rosa tertegun, tidak percaya dengan kata-kata Saka.
"Tapi... Bunda telah menyakiti hatimu. Bagaimana kamu bisa memaafkan bunda begitu mudah?" tanyanya, suaranya penuh haru.
Saka mengangguk pelan, "Karena bunda tetap bunda saka yang paling saka sayang." Jawabnya tersenyum lemah.
Rosa yang mendengar itu, begitu tersentuh hatinya, Anak yang selalu ia abaikan, ia caci maki didepan semua orang, bahkan tak jarang ia juga memukul anak itu. Tapi saka malah dengan mudahnya memaafkan nya.
Begitu baik hati anaknya, kenapa ia begitu tega pada malaikat kecilnya ini dulu.
"Kenapa kamu bisa memaafkan bunda begitu mudah, Nak?" tanyanya sekali lagi, suaranya bergetar penuh emosi.
Saka menatap ibunya dengan lembut. "Semua orang bisa berbuat salah, termasuk kita. Yang penting adalah kita bisa saling memaafkan."
Rosa tertegun, "Tapi bunda telah menyakiti hatimu. Bagaimana bisa kamu begitu baik hati?"
Saka tersenyum lagi, "Setiap orang berhak untuk kesempatan kedua."
Rosa menundukkan kepala, merasa bersalah. "Bunda berjanji akan berusaha lebih baik, nak. Bunda tidak ingin mengecewakanmu lagi."
Saka menggenggam tangan ibunya, "Aku percaya pada bunda. Kita bisa melalui ini bersama."
Momen itu menjadi titik awal bagi keduanya untuk memperbaiki hubungan mereka, membangun kembali kepercayaan dan kasih sayang yang hilang.
.
.
.
.
.
.Setelah sesi maaf memaafkan ibu dan anak itu, tak lama kemudian dokter andi dan beberapa suster datang untuk memeriksa saka.
"Selamat pagi, Saka. Bagaimana kabarmu hari ini?" Tanya dokter andi kepada saka.
"Selamat pagi, Dokter. Aku sudah merasa lebih baik, tapi masih sedikit lemas." Jawab saka.
"Bagus, itu tanda pemulihan. Mari kita lihat hasil pemeriksaanmu." Kata dokter Andi.
Kemudian Suster-suster mulai memeriksa alat medis dan mencatat data.
"Dokter, apakah Saka bisa pulang dalam waktu dekat?" Tanya Rosa kepada dokter Andi.
"Ya, Ibu. Jika semuanya berjalan lancar, Saka bisa pulang dalam dua hari. Pastikan dia istirahat yang cukup dan mengikuti semua petunjuk yang kami berikan." Jawab Dokter Andi dan Rosa mengangguk mengerti.
"Terima kasih, Dokter! aku tidak sabar untuk kembali ke sekolah." Seru saka penuh semangat.
"Pastikan saka mendapatkan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan minum obat sesuai jadwal. Jika ada gejala yang tidak biasa, segera hubungi kami." Kata dokter Andi mengingatkan.
"Baik, Dokter. Aku akan patuh. Terima kasih sudah merawatku." Ujar saka.
"Terima kasih, Dokter Andi. Kami sangat menghargai semua perhatian yang anda berikan.” kata Rosa.
"Sama-sama," kata dokter Andi tersenyum, dan kemudian izin mengundurkan diri.
Setelah kepergian dokter Andi, Rosa kembali berseru.
"Nah, Sekarang, kamu makan dulu ya, bunda suapin, habis itu baru minum obat," kata Rosa sambil menyiapkan makanan yang telah disediakan rumah sakit.
"Okee bundaa," Jawab saka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Di sebuah ruangan gelap, dua sosok misterius sedang berdiskusi dengan serius.
"Mereka sudah mulai peduli pada anak itu, kita harus memanfaatkan situasi ini."
"Kita harus membuat mereka merasa bahwa anak itu adalah beban yang harus ditinggalkan. Dengan begitu, mereka akan terpecah belah lagi."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsaka Dirgantara
General FictionSeorang anak bernama arsaka dirgantara menjalani kehidupannya dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Sejak kecil, saka telah menghadapi penolakan dari keluarganya. Keluarga besar dirgantara, baik dari pihak ayah maupun ibu, mereka tidak pernah menyem...