14

447 27 0
                                    

Tuan Wijaya mengemudikan mobil dengan cepat, sementara Larasati duduk di sampingnya, tampak cemas.

"Mas cepatlah, aku sangat khawatir pada anakku." Desak Larasati pada suaminya.

"Iya sayang, kamu tenang ya, aku juga khawatir dengan keadaan mereka, terutama pada......saka." Balas Tuan Wijaya memelankan suaranya saat dia menyebut nama saka. Tetapi Larasati bisa mendengar itu.

"Mas, kenapa kamu tiba-tiba peduli pada Saka? Dia adalah cucu yang selalu kamu benci kan?" Tanya Larasati bingung atas perubahan suaminya.

“Larasati, ini bukan tentang benci atau tidak. Ini tentang melindungi keluarga kita dari ancaman dari para musuh." Jawab Tuan Wijaya

"Tapi sebelumnya, kamu tidak pernah menunjukkan perhatian seperti ini. Apa yang membuatmu berubah?” Tanya Nyonya Larasati lagi.

Tuan Wijaya terdiam sejenak, merasakan beratnya pertanyaan itu. Ia menghela nafas, dan akhirnya tuan Wijaya menceritakan semua nya tanpa terlewatkan sedikitpun.

"Kenapa kamu melakukan ini?" Tanya Nyonya Larasati dingin.

"Maaf." Ucap Tuan Wijaya.

"Maaf saja tidak merubah segalanya mas! kamu telah membuat aku membenci cucuku sendiri. Saka sudah banyak terluka karena kita, dan sekarang dia menjadi target dari para musuh-musuh bajingan itu!" Kata nyonya Larasati penuh emosi karena suaminya telah merahasiakan semua ini kepadanya. Sebuah fakta yang membuat dirinya menyesali perbuatannya kepada saka.

"Sayang, Aku mengaku salah, dan aku ingin memperbaiki semuanya. Aku juga akan menjelaskan semuanya kepada yang lain nanti.

"Ya. Kamu memang harus menjelaskan ini kepada mereka semua nanti!" Final Nyonya Larasati.

Setelah itu, di dalam mobil menjadi hening, Nyonya Larasati terdiam dengan pikiran yang bercabang, sedangkan Tuan Wijaya fokus menyetir mobil.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di Mansion Dinata

Setelah menempuh perjalanan yang agak jauh, akhirnya Tuan Wijaya dan Nyonya Larasati sampai di mansion Dinata.

Suasana tegang menyelimuti tempat itu. Dinata dan Rosa sudah menunggu di depan pintu dengan wajah cemas.

“Ayah! Ibu! Akhirnya kalian datang, Aku sangat cemas," Ujar Dinata masih merasa cemas.

"Sayang, biarkan Ayah dan Ibu masuk dulu, kita bahas ini didalam. Mari ayah! ibu!" Kata Rosa mempersilahkan Ayah dan Ibu mertua nya masuk.

Tuan Wijaya dan Nyonya Larasati mengangguk dan melangkah masuk ke dalam mansion itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di ruang tamu

Mereka semua sudah duduk di sofa ruang tamu, dengan suasana yang sedikit tegang.

"Ayah, sepertinya para musuh kita sudah mulai bergerak. Aku sangat cemas terjadi sesuatu pada anak-anak ku yah!

“Tenanglah, anakku. Kami akan memastikan semua aman. Larasati, tolong periksa Saka dan pastikan dia baik-baik saja.” Ucap Tuan Wijaya.

Larasati segera menuju kamar Saka, sementara Tuan Wijaya berbicara dengan Dinata dan Rosa.

Rosa saling pandang dengan Dinata, bingung akan perubahan sikap Tuan Wijaya.

“Ayah, kami tidak mengerti kenapa tiba-tiba kamu sangat peduli pada Saka. Bukankah sebelumnya…” Kata Dinata agak ragu.

"Ayah tahu apa yang akan kau katakan. Ayah akan menceritakan semuanya jika saudara mu yang lain sudah berkumpul semua. Ayah sudah menghubungi mereka untuk berkumpul di mansion mu. Yang terpenting sekarang adalah perketat keamanan disekitar keluarga kita, terutama saka, karena Ayah tau, yang mereka jadikan target adalah Saka.

Arsaka DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang