#story10
PART MASIH LENGKAP!!
(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!)
Hutang sebesar 200 juta yang di tinggalkan oleh ayah Varsha, membuat Varsha harus membanting tulang untuk mencari uang. Segala pekerjaan dia lakukan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Brengsek!” Umpatan itu kembali keluar dari bibir Varsha. Perempuan itu sedang mengobati keningnya yang terluka, mengira-ngira di bagian mana lukanya, dan mengumpat ketika tidak berhasil menemukannya.
Baskara tersenyum melihat Varsha yang terus berusaha mengobati lukanya sendiri. “Aku bisa membantumu jika kau mau.”
Varsha menatap Baskara tajam. “Aku tidak butuh bantuanmu.”
Varsha masih kesal dengan Baskara yang sudah berani menciumnya, dan menggiringnya untuk masuk ke hotel. Sekarang di sinilah Varsha berada, di sebuah kamar hotel. Varsha harus lebih waspada, Baskara bisa saja melakukan hal yang lebih parah dari pada menciumnya. Laki-laki itu tampak seperti singa kelaparan.
“Brengsek!” Sekali lagi umpatan itu terdengar, Varsha melemparkan kapas yang di lumuri alkohol itu secara asal. Dia tidak berhasil menemukan luka di keningnya. Luka di tangan dan kakinya sudah dia obati, hanya tersisa luka di kening.
Baskara terkekeh, dia suka dengan perempuan yang keras kepala seperti Varsha.
Baskara berpindah duduk di sebelah Varsha, membuat perempuan itu menggeser duduknya, sedikit menjauh dari Baskara. Dia harus selalu waspada, ingat, Baskara berbahaya. “Aku hanya berniat membantu mengobati lukamu.”
Varsha berdecih, membantunya mengobati luka tidak perlu dengan membawanya ke hotel. Dia tahu akal busuk Baskara. “Aku tidak percaya padamu.”
“Terserah mau kau percaya atau tidak. Aku tidak berniat tidur dengan perempuan yang sedang terluka. Kau tidak akan bisa mengimbangi permainanku jika staminamu kurang.”
Varsha menatap Baskara tajam. “Kau memang bajingan!”
Baskara tertawa. “Semakin kau mengumpat, semakin aku bergairah, Varsha. Aku bisa berubah pikiran dan tetap menerjangmu jika kau terus mengumpat.”
Varsha memilih diam, dia tidak mau berakhir di hantam Baskara di atas ranjang. Dia belum siap menyerahkan dirinya kepada Baskara.
“Mendekat padaku,” titah Baskara. “Aku akan mengobati luka di keningmu. Kau bisa mempercayai perkataanku, aku tidak suka berbohong.”
Varsha mendengus, sama sekali tidak mengikuti perintah Baskara.
Jika Varsha tidak ingin mendekat, maka Baskara yang akan menghampiri perempuan itu. “Kau tidak menurut.” Baskara menuangkan alkohol ke atas kapas baru. “Kau ingat isi pasal 3? Aku minta kau untuk menurut, tidak membangkang.”