BAB 12

8.6K 227 1
                                    

Genre : Dark-romance (21+)
Kata-kata kasar

“Brengsek!” umpatan itu kembali keluar dari bibir Varsha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Brengsek!” umpatan itu kembali keluar dari bibir Varsha. Perempuan itu sedang mengobati keningnya yang terluka, mengira-ngira di bagian mana lukanya, dan mengumpat ketika tidak berhasil menemukannya.

Baskara tersenyum melihat Varsha yang terus berusaha mengobati lukanya sendiri. “Aku bisa membantumu jika kau mau”

Varsha menatap Baskara tajam. “Aku tidak butuh bantuanmu”

Varsha masih kesal dengan Baskara yang sudah berani menciumnya, dan menggiringnya untuk masuk ke hotel. Sekarang di sinilah Varsha berada, di sebuah kamar hotel. Varsha harus lebih waspada, Baskara bisa saja melakukan hal yang lebih parah dari pada menciumnya. Laki-laki itu tampak seperti singa kelaparan.

“Brengsek!” sekali lagi umpatan itu terdengar, Varsha melemparkan kapas yang di lumuri alkohol itu secara asal. Dia tidak berhasil menemukan luka di keningnya. Luka di tangan dan kakinya sudah dia obati, hanya tersisa luka di kening.

Baskara terkekeh, dia suka dengan perempuan yang keras kepala seperti Varsha. Baskara berpindah duduk di sebelah Varsha, membuat perempuan itu menggeser duduknya, sedikit menjauh dari Baskara. Dia harus selalu waspada, ingat, Baskara berbahaya.
“Aku hanya berniat membantu mengobati lukamu”

Varsha berdecih, membantunya mengobati luka tidak perlu dengan membawanya ke hotel. Dia tahu akal busuk Baskara. “Aku tidak percaya padamu”

“Terserah mau kau percaya atau tidak. Aku tidak berniat tidur dengan perempuan yang sedang terluka. Kau tidak akan bisa mengimbangi permainanku jika staminamu kurang”
Varsha menatap Baskara tajam. “Kau memang bajingan!”

Baskara tertawa. “Semakin kau mengumpat, semakin aku bergairah, Varsha. Aku bisa berubah pikiran dan tetap menerjangmu jika kau terus mengumpat”

Varsha memilih diam, dia tidak mau berakhir di hantam Baskara di atas ranjang. Dia belum siap menyerahkan dirinya kepada Baskara.

“Mendekat padaku” suruh Baskara. “Aku akan mengobati luka di keningmu. Kau bisa mempercayai perkataanku, aku tidak suka berbohong”

Varsha mendengus, sama sekali tidak mengikuti perintah Baskara.

Jika Varsha tidak ingin mendekat, maka Baskara yang akan menghampiri perempuan itu. “Kau tidak menurut” Baskara menuangkan alkohol ke atas kapas baru. “Kau ingat isi pasal 3? Aku minta kau untuk menurut, tidak membangkang”

“Aku bukan anak anjing yang harus menurut dengan tuannya”

Baskara menatap Varsha, tersenyum kecil. “Kau mau menjadi anak anjingku?”

Varsha menatap Baskara tajam yang membuat laki-laki itu tergelak. Apa dirinya terlihat seperti anak anjing?

Baskara menggelengkan kepalanya. “Kau lebih cocok aku jadikan istri, dengan begitu aku bisa menikmatimu di ranjang"

“Otak dan mulutmu kotor!”

Baskara tidak marah, dia malah tersenyum nakal. “Kau bisa membersihkannya dengan mulutmu jika mulutku kotor”

Varsha lelah, dia lelah menghadapi Baskara, laki-laki itu selalu memiliki jawaban. Dari pada harus membuang tenaganya sia-sia, Varsha memilih diam. Baskara bukan laki-laki yang bisa di pancing emosinya, laki-laki itu tidak pernah tersinggung meskipun Varsha selalu berkata kasar padanya.

“Menghadap padaku, Varsha” suruh Baskara, tapi Varsha tidak menurut. Baskara harus menggunakan tangannya untuk menarik Varsha agar menghadapkan tubuhnya padanya. “Kenapa kau bisa terluka separah ini? Apa mereka memukulimu?”

“Aku lompat dari mobil. Aw__” Varsha meringis, menatap Baskara tajam. Laki-laki itu menempelkan kapas beralkohol dengan menekannya cukup keras di kening Varsha. “Kau berniat membantuku mengobati lukaku atau kau ingin balas dendam karena aku sudah mengataimu?!”

“Aku membantu mengobati otakmu yang tidak waras ini. Kau bisa saja mati jika melompat dari mobil” Baskara membersihkan darah mengering di kening Varsha, matanya berfokus ke kening perempuan itu.

Varsha mendengus. “Apa pedulimu? Lagi pula aku masih hidup, berguling-guling dari mobil tidak akan membuatku mati”

Baskara menaruh kapas ke meja, kemudian mengambil obat merah, meneteskannya sedikit di kening Varsha, perempuan itu meringis menahan perih. “Aku ingin melihatmu berguling-guling” ucapnya dengan mata fokus ke kening Varsha.

Varsha tidak menanggapi, dia tahu jika ujung-ujungnya Baskara akan membahas kasur atau sejenisnya. Otak laki-laki itu hanya berisi pikiran kotor.

Baskara mengambil plester, menempelkannya di kening Varsha. “Kau tidak menanggapi ucapanku?” tanyanya, menatap Varsha.

Varsha mendengus. “Aku tahu isi otakmu”

Baskara tertawa. “Memangnya apa isi otakku jika kau tahu?” Varsha tidak menjawab. “Aku serius mengatakan ingin melihatmu berguling-guling ketika melompat dari mobil. Pasti menyenangkan karena aku akan merasa seperti menonton film action

“Lalu, kau ingin aku merekayasa ulang adegan?”

Baskara tampak berpikir. “Jika kau mau, kenapa tidak?”

Varsha mendengus lagi. “Kau tidak perlu bersusah payah mengobatiku jika ujung-ujungnya kau menyuruhku melompat kembali!”

Baskara terkekeh, Varsha terlalu sering mendengus ketika berbicara dengannya. Apa dirinya begitu menyebalkan?

Baskara bangkit dari duduknya. “Kau bisa beristirahat di sini”

“Tidak!” tolak Varsha. “Kau bisa berbuat macam-macam denganku”

Baskara mengangkat alisnya sebelah. “Apa salah aku berbuat macam-macam dengan perempuan yang akan menjadi istriku?”

“Tadi kau bilang bahwa kau tidak ingin tidur dengan perempuan yang terluka”

Baskara menganggukkan kepalanya. “Benar. Lalu, apa yang kau khawatirkan?”

Baskara. Laki-laki itulah yang Varsha khawatirkan. Baskara jauh lebih berbahaya dari pada yang Varsha bayangkan. Kondisi Varsha sekarang ibaratnya, dia baru saja keluar dari kandang harimau, kemudian masuk ke kandang singa. Jika Varsha membangunkan singa yang sedang tidur, maka tamatlah riwayatnya.

“Aku tidak mau tidur sekamar denganmu. Aku akan pulang” Varsha bangkit dari duduknya.

“Kau belum menandatangani kontraknya. Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kau menandatanganinya”

Varsha kembali duduk di kursi. “Cepat siapkan suratnya, biar aku tanda tangani”

Baskara mengangguk. Meskipun sedikit tidak suka karena kesannya Varsha memerintahnya, tapi dia sedang tidak ingin ribut lagi. Perempuan itu pasti juga merasakan sakit di sekujur tubuhnya karena hampir seluruh badannya terluka parah.

*******

“Kau harusnya mengabariku saat mereka mendatangimu” omel Lina, menatap Varsha yang duduk di depannya dengan kondisi muka babak belur, dan luka di tangan serta kaki.

Lina terkejut ketika Varsha datang ke Secret dengan di antar oleh Baskara. Terlebih melihat kondisi Varsha yang seperti itu. Lina sempat curiga saat Varsha meneleponnya untuk meminta alamat Baskara, dia sudah mengira jika Varsha di datangi rentenir itu.

“Tubuhku sudah sakit. Kau ingin membuat telingaku sakit mendengarkan omelanmu yang tidak kunjung usai itu?”

Semenjak Varsha tiba di Secret, Lina mencecarnya dengan seribu pertanyaan, meminta kejelasan. Setelah menjelaskan kejadian yang dia alami, Lina masih terus mengomeli Varsha tanpa henti, seakan mulutnya tidak pernah lelah untuk bergerak, mengeluarkan kata-kata yang membuat telinga Varsha berdengung.

Lina mendengus. “Aku mengkhawatirkan keadaanmu. Aku berpikiran menelepon polisi takut jika kau di bawa rentenir itu untuk di bunuh”

“Jika mereka membawaku untuk di bunuh, aku tidak akan melompat dari mobil”

Akan lebih baik jika memang Varsha akan di bunuh, tapi mereka membawanya untuk dijadikan pelacur. Enak saja. Varsha tidak rela jika dia harus melayani laki-laki hidung belang. Ya, walaupun pada akhirnya Varsha harus menjadi istri Baskara, dan bersedia di sentuh layaknya suami istri. Memikirkannya saja membuat bulu kuduk Varsha meremang.

“Jadi, kau menerima semua persyaratan yang diajukan oleh Baskara?”

“Menurutmu? Aku berakhir di antar oleh laki-laki brengsek itu, bukankah itu sudah menjelaskan jika aku menerimanya”

Varsha menerimanya, sudah menandatangani kontrak juga saat di hotel tadi, sebelum Baskara mengantarkannya ke Secret. Varsha sempat menolak untuk di antarkan, tapi Baskara memaksa. Mau tidak mau, suka tidak suka, Varsha pasrah saja.

“Kau tetap mengumpatnya?”

“Tentu saja” Wajah Varsha tampak tidak suka ketika membicarakan Baskara. “Sialnya, umpatanku malah membuatnya bergairah. Memikirkannya saja membuatku menjadi gila! Bisa-bisanya aku terjebak dengan laki-laki seperti dia”

Lina tertawa. “Harusnya kau bersyukur, dia menyelamatkanmu. Dari pada kau di seret melayani laki-laki tidak jelas, lebih baik kau melayani Baskara, dia tampan dan mapan”

Varsha melotot. “Persetan dengan ketampanan dan kemapanannya. Di mataku dia hanyalah laki-laki bajingan yang otaknya berada di selangkangan”

“Laki-laki bajingan itu akan menjadi suamimu nantinya”

“Suami pura-pura. Jangan lupakan itu” koreksi Varsha.

Lina mengangguk-angguk. “Iya, tapi secara tidak langsung, kalian akan menikah sungguhan, hanya saja terikat kontrak”

Mendengar kata menikah, membuat Varsha mendengus kesal. Dia tidak tahu sampai kapan kontraknya itu berjalan, Baskara sama sekali tidak mengubah isi kontraknya. Pasal yang Varsha benci itu masih tertulis rapi di kontrak pernikahan mereka, bahkan kini menjadi urutan pertama. Memang bangsat, Baskara.

“Kapan kau akan menikah dengannya?” tanya Lina.

“Mana aku tahu!” Varsha memasang wajah jengkel, tidak suka membahas pernikahan.

“Kau tidak ingin bukan besok dia langsung mengajakmu menikah”

“Aku baru menandatangani kontrak, tidak mungkin secepat itu”

Tidak mungkin besok, memangnya mempersiapkan pernikahan bisa dalam waktu semalam. Butuh waktu, dan Baskara pasti juga akan mengenalkan Varsha kepada kedua orang tuanya. Masih banyak proses yang harus Varsha lewati, dia harus berakting sebaik mungkin di depan keluarga Baskara. Memikirkannya membuat kepala Varsha kembali pusing, lebih pusing dari pada terbentur tadi.

“Kalau kau menikah dengannya, kau harus berhati-hati. Jangan sampai kau hamil, bisa-bisa setelah kau bercerai dengannya, kau harus mengurus anak sendirian”

Varsha bergidik ngeri, bukan karena membayangkan memiliki anak, melainkan membayangkan jika anaknya hasil dari pernikahan kontrak. “Jangan sampai. Aku akan mencegahnya. Kau ada rekomendasi obat yang bagus? Aku harus mempersiapkannya dari sekarang”

“Suruh saja dia pakai pengaman. Kalau kau minum pil KB, yang ada suasana hatimu berantakan”

“Dia tidak mau memakai pengaman, tertulis jelas di kontrak yang dia buat jika berhubungan layaknya suami istri tanpa pengaman” Varsha menyebutkan isi kontrak itu dengan nada mengejek. “Aku tidak peduli suasana hatiku memburuk, setelah menikah dengannya mungkin setiap hari suasana hatiku akan buruk” Varsha menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, merasa begitu lelah.

“Aku akan membelikanmu pil KB yang biasa aku pakai, tapi ingat, minum sebelum kau berhubungan badan”

“Ya, mana aku tahu kapan dia akan menyentuhku”

Lina tertawa, benar juga, Varsha tidak akan tahu kapan Baskara sedang menginginkannya. “Kalau begitu aku akan membelikan pil KB yang bisa di minum setelah berhubungan. Selalu ingat untuk meminumnya, maksimal satu jam setelah berhubungan”

“Memikirkan berhubungan badan membuatku mendadak mual. Aku tidak bisa membayangkannya”

“Jangan kau bayangkan, cukup rasakan saja saat kau melakukannya”

Varsha menatap Lina kesal. “Kau pikir aku akan bisa menikmatinya jika melakukannya dengan laki-laki seperti Baskara”

Lina tergelak, tidak ada yang salah dengan Baskara, laki-laki itu sangat oke di mata Lina, dan Varsha beruntung jika bisa merasakan benda pusaka milik Baskara yang Lina taksir pasti berukuran super. “Apa akhirnya kau akan pecah perawan bersama Baskara?”

Wajah Varsha tampak begitu kesal, menatap Lina yang kini meledeknya. Dia tidak pernah membayangkan jika harus memberikan keperawanannya demi uang 200 juta, dan pada laki-laki seperti Baskara. Rasanya Varsha ingin segera menghilang bagai di telan bumi. Dia belum siap, benar-benar tidak siap.

*****



*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BAYAR DI MUKA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang